Share

Kontrak Menghamili
Kontrak Menghamili
Author: Diandra Kartika

First Meet

last update Last Updated: 2025-01-24 07:25:02

“Kamu cukup buat saya hamil dan kamu akan mendapat semua benefits yang tertulis di surat kontrak itu,” ucap Anne dengan suara tegasnya.

Axel melihat kertas putih yang telah dibasahi tanda tangan Anne sebelum menatap perempuan yang berpenampilan layaknya orang dengan prinsip kuat dan sulit digoyahkan. Mereka memang baru pertama kali bertemu. Namun, Axel sangat berani bertaruh jika Anne memang seperti penilaiannya, apalagi perempuan itu memakai setelan kantor hitam yang masih terlihat kasual.

“100 ribu dolar?” Axel menyebutkan jumlah uang yang menjadi bagian paling menarik meski Anne juga memberikan benefits lain di atas kertas itu.

“Kurang? Berapa yang kamu mau?”

Sejak kuliah hingga berusia 32 tahun Anne telah menggeluti dunia bisnis yang semakin menghasilkan setiap tahunnya, dia tidak takut jika harus membayar gigolo itu dengan bayaran yang lebih tinggi dari penawarannya, asal dia mendapatkan apa yang dia mau. Uang bukan batu besar yang menghalangi langkah Anne.

“Untuk sekarang cukup, kurang tahu kalau nanti.”

“Kamu bisa minta berapapun jumlah yang kamu mau setelah saya hamil. Sekarang tanda tangani kontrak itu dan kita bisa mulai semuanya,” titahnya.

Axel menyandarkan punggungnya di sofa, melihat wajah Anne yang hanya diterangi cahaya temaram. Wajah yang masih keras menunjukkan keseriusannya. “Anne, aku emang gigolo dan seks itu hal yang biasa untukku. Tapi karena kamu punya permintaan khusus yang mana kamu mau aku setubuhi sampai hamil, aku juga punya permintaan khusus sebelum menandatangani kontrak itu.”

Anne memutar bola matanya dengan malas. “What’s that?”

“Untuk membuatmu sampai hamil, aku pikir tidak cukup hanya dengan satu malam. Untuk berapa malam yang akan kita habiskan bersama, aku rasa tidak seimbang jika kita hanya berinteraksi sebelum dan sesudah seks yang mana, mungkin hanya beberapa menit saja. Aku akui kamu cantik dan berkarisma, sangat rugi jika aku hanya datang untuk melakukan seks saja.”

“Jangan bertele-tele!” potong Anne yang jegah mendengar kalimat panjang Axel.

Axel mendengus. “Tidak sabaran,” ucapnya.

Laki-laki yang membiarkan tubuh atasnya terlihat lantaran kemeja yang tak dikancing itu menjauhkan punggungnya dari sofa, mendorongnya hingga membuat wajah mereka hanya terpaut beberapa senti saja. “Aku mau kita tinggal bersama dan habiskan waktu bersama sampai tujuan kamu tercapai.”

Dahi Anne dengan segera berkerut seraya memundurkan kepala. “To much.”

“Tidak juga. Aku hanya ingin kita tinggal bersama, tidak berlebihan seperti kemauanmu untuk hamil tanpa mau terikat hubungan asmara entah bersamaku atau yang lain.”

“Saya sudah membayarmu dan sudah hak saya mengatur bagaimana kontrak ini berjalan karena saya yang lebih berkuasa di sini. Lagipula, kamu tidak akan rugi sepeserpun. Kamu bahkan mendapat 100 ribu dolar yang bisa kamu tambah nilainya jika kamu mau, mobil keluaran terbaru dan paling eksklusif dan rumah yang luas. Seperti yang kamu bilang, seks sudah jadi hal biasa buat kamu, seharusnya kita tidak perlu tinggal bersama untuk melakukan keinginan saya!” sahutnya dengan menggebu-gebu.

“Kalau itu menurutmu, tidak masalah, kamu bisa cari gigolo lain yang mau menuruti kemauanmu. Lagipula aku tidak terlalu butuh semua benefit itu.” Axel beranjak keluar dari kamar club tempatnya bekerja.

Sepeninggalan Axel, Anne menjadi resah. Axel memang bukan satu-satunya gigolo yang ada di Washington, namun hanya pria itu yang memiliki track record paling bersih dan sesuai dengan kriteria yang dia mau. Jika bukan karena orang tuanya yang menginginkan seorang cucu, Anne tak mungkin bersusah payah mencari gigolo dan membuang waktu berharganya untuk hamil. Anne tidak memiliki impian untuk membangun sebuah keluarga dan memiliki seorang anak!

Sebenarnya masih ada opsi lain, yakni donor sperma. Namun, Anne merasa tidak nyaman dengan opsi itu meski lebih mudah.

“Ah, sial!”

***

“Jadi, kapan kamu menikah?” tanya Jasmine.

Anne yang baru saja duduk di kursi ruang makan langsung mendengus disusul dengan nafsu makan yang menguap.

“Aku tidak pulang malam ini,” ucapnya langsung beranjak pergi tanpa menyentuh selembar roti ataupun meneguk susu yang telah disiapkan untuknya.

Jasmine menghembuskan nafas kecewa mendengar ucapan anaknya. Namun, dia tidak bisa melarang setelah membuat mood Anne jatuh. Anne sendiri telah berada di dalam mini cooper yang dia miliki sejak usia 20 tahun, kado ulang tahun dari orang tuanya yang belum pernah dia acuhkan. Anne bukan orang yang pelit, akan tetapi dia tidak ingin membeli hal yang tak terlalu dibutuhkan apalagi dengan mini cooper-nya yang masih bisa berjalan dengan baik.

Tak langsung menuju perusahaan, Anne berbelok ke salah satu cafe yang tertangkap bola matanya. Sarapan pagi adalah hal yang harus Anne lakukan atau harinya tidak akan berjalan dengan lancar. Membaca daftar menu yang terlihat dengan jelas saat dia berdiri di depan meja pemesanan.

Morning, can I help you?” suara bass mengetuk rungu Anne.

Can I get 1 matcha latte and 2 matcha croissant, please?” Anne kehilangan kemampuan berbicara di ujung kalimat saat beralih menatap waiters yang melayaninya.

Axel tersenyum karir dan tak sedikitpun merasa terganggu dengan kedatangan Anne. “Sure. Dine in or take away?”

Anne yang membisu membuat Axel mengangkat salah satu alisnya. “Miss?”

Anne terkejut, menatap ke arah lain sembari berdehem sebelum kembali menatap Axel yang masis menunggu jawabannya. “Take away.”

Tidak banyak yang Anne lakukan saat menunggu pesanannya selesai dibuat, perempuan dengan setelan kerja itu hanya berdiri sembari sesekali melihat ponsel.

***

“Kamu bertengkar dengan Jasmine lagi?” tanya Genie.

“Tidak.”

Genie menghembuskan nafas, cukup jengah dengan drama yang sudah terjadi hampir 3 tahun ini dan dia selalu menjadi perantara mulut saat sepasang ibu anak itu bertengkar.

“Apa satupun pria yang aku kenalkan padamu tidak ada yang kamu suka? Ayolah, Anne, kamu bosan mendengar permintaan Jasmine tapi kamu tidak terlihat ingin mengakhirinya.”

“Aku tidak ingin menikah, Genie. Kamu tahu alasannya ‘kan?”

“Lalu?”

Anne mengacuhkan laptopnya, menatap teman sekaligus sekretarisnya dengan serius. “Jasmine ingin memiliki cucu, aku bisa menyanggupi hal itu tapi aku perlu waktu. Kamu tahu kalau membuat anak hanya butuh sel sperma bertemu sel telur tanpa perlu menikah?”

Anne memikirkan apakah dia harus memberitahu Genie tentang tindakan yang baru saja dia ambil  atau tidak.

“Katakan padaku apa yang kamu pikirkan. Kamu memang pintar, tapi dalam hal ini kamu nol besar.”

Bola mata hazel itu berputar, Anne bukannya nol besar, hanya saja, dia malas memikirkan hal yang tidak penting. Menjadi wanita karir adalah impiannya, hal lain diluar itu Anne buang jauh-jauh dari otak dengan IQ tingginya.

“Semua pria yang kamu kenalkan padaku, aku akui mereka tampan. Namun, aku cukup ketat untuk memiliki hubungan cinta dengan pria. Aku menyelidiki apapun tentang mereka dan aku tidak suka dengan track record yang aku dapatkan. Tapi aku mendapat satu pria di Washington yang memiliki track record cukup bagus, aku bertemu dengannya kemarin, membawa surat perjanjian yang hasil akhirnya tidak sesuai.”

Bibir Genie terkatup untuk beberapa saat sebelum kembali dapat berucap. “Aku yakin kamu menawarkan sesuatu bernilai fantastis, alasan apa yang buat dia tidak setuju?”

“Dia mau kita tinggal bersama sampai tujuan kontrak itu tercapai dan aku menolak hal itu. Aku tidak ingin orang lain mengusik privasiku, Gen!”

Wajah cantik Anne menunjukkan rasa frustasi yang mencekiknya sejak tadi malam. Anne ingin membuat Jasmine bahagia dengan menuruti keinginan wanita itu, namun Anne juga tidak bisa memaksa dirinya untuk membiarkan pria asing masuk terlalu jauh dalam hidupnya.

“Kenapa dia ingin tinggal bersamamu?”

“Dia tidak memberi alasan yang aku pahami.”

“Kamu tidak punya pria lain dengan track record seperti dia?”

Anne menggeleng.

“Hanya tinggal bersama ‘kan? Itu bukan hal yang sulit, kamu masih bisa tetap menutup diri darinya hingga tujuanmu tercapai.”

“Aku tidak berpikir seperti itu. Tinggal bersama lebih seperti mimpi buruk bagiku.”

“Lalu kamu ingin terus bertengkar dengan Jasmine? Kamu bisa obrolkan hal ini terlebih dahulu dengannya, membuat perjanjian lain sebelum kalian tinggal bersama, membuat do’s and don'ts. Aku pikir dia tidak jauh berbeda denganmu. Memangnya dia bekerja sebagai apa? Dan kalau kamu berpikir, tinggal bersama adalah mimpi buruk bagimu, apa kamu takut memiliki perasaan lebih dengannya?”

Anne mengetuk jarinya di atas meja kerja, sedangkan Genie yang merasa haus meneguk minuman yang berada di atas meja itu.

“Gigolo dan aku tidak mungkin memiliki perasaan lebih dengannya!”

Dengan mata bulatnya yang membola, Genie terbatuk hingga mulutnya tak bisa menahan seluruh air yang baru saja mengisi rongga mulut itu.

What the fuck?!”

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Tika Mony
ok. lanjut
goodnovel comment avatar
Deni Ayutrisnawati
𝚖𝚎𝚗𝚞𝚗𝚐𝚐𝚞 𝙰𝚗𝚗𝚎 𝚓𝚊𝚝𝚞𝚑 𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊 𝚜𝚎𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚝𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚊
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kontrak Menghamili   Do's And Don'ts

    Axel keluar dari kamar, melihat sekitar apartemen yang temaram. Namun, netra abu miliknya masih bisa menangkap keberadaan Anne di ruang tengah. Itu semua karena cahaya dari laptop yang tergeletak di atas meja. Melihat jam dinding, Axel lantas melangkah ke dapur untuk membuat sesuatu.“Matcha addict?” gumamnya saat melihat isi lemari yang menyimpan bahan makanan.Tangan yang dihiasi urat menambah kesan maskulin Axel kini menyimpan cangkir berisi matcha yang telah dilarutkan di sisi kanan dan cangkir lebih besar berisi susu di tangan kiri. Dengan keahlian yang dia miliki, Axel berhasil membuat dolphin mengapung menghiasi matcha tersebut.“Still awake?” tanyanya berbasa-basi sembari mengisi bagian kosong sofa, tak lupa untuk meletakkan cangkir biru yang berisi matcha latte ke atas meja.Anne yang sebenarnya sedang melamun terkejut dengan kedatangan Axel, namun perempuan dengan rambut yang diikat acak itu dengan cepat bersikap biasa saja. “I have work.” Anne lantas menarik laptop dari mej

    Last Updated : 2025-01-24
  • Kontrak Menghamili   Anne's Side

    Pintu yang awalnya tertutup rapat, bahkan terkunci kini terbuka menimbulkan derit yang memecah heningnya malam. Celah kecil pintu semakin lebar dengan ujung kaki seseorang yang memakai sandal rumahan mulai melewati batas kamar dengan area luar.Bola mata yang terhalang poni panjang itu berhasil menilik kamar yang hanya diterangi lampu tidur, sebelum berakhir pada seseorang yang terlelap di bawah selimut tebal. Lidah yang masih berada di tempatnya mendorong dinding pipi, lalu kelopak mata itu berkedip perlahan sebelum kaki panjangnya melangkah bersamaan dengan pintu yang kembali tertutup.Cahaya jingga yang menjadi penerang satu-satunya kamar itu padam, ulah dari tangan yang terbungkus sarung tangan berbahan latex. Kini kamar itu benar-benar gelap. Masih seperti sebelumnya, hanya hening yang ada. Ah, tidak, hembusan nafas halus dari pemilik kamar menjadi suara yang masih terdengar, juga gumaman yang terdengar senada dengan hembusan nafas itu.Sarung tangan latex yang dia pakai pun tert

    Last Updated : 2025-01-24
  • Kontrak Menghamili   My Dolphin

    Axel melepas weightlifting belt yang dia pakai setelah melepaskan barbel dari genggamannya, memakai jaket bertudung miliknya dan bergegas kembali ke apartemen Anne setelah membaca pesan dari perempuan itu.Pria itu melatih fisiknya masih di tower apartemen yang sama di mana dia tinggal saat ini, itu kenapa dia tidak membutuhkan banyak waktu untuk sampai di unit. Namun, sesampainya dia di apartemen, ruangan yang bisa mereka gunakan bersama terlihat sepi. Tidak terlihat kehadiran Anne di ruangan itu, bahkan lampu belum menyala meski malam hampir tiba.Saat mencoba berkeliling mencari keberadaan Anne, dia menemukan punggung sempit perempuan itu dibalik pintu yang terhubung dengan balkon. Tak langsung mendekati Anne, Axel memutar arah menuju kamarnya dan keluar dengan membawa selimut.“Lagi hujan, kenapa di luar?” tanya Axel setelah menyelimuti tubuh Anne dengan selimut.Anne yang sedari tadi melamun pun terkejut dengan selimut yang kini menempel pada tubuhnya juga dengan kedatangan Axel.

    Last Updated : 2025-01-24
  • Kontrak Menghamili   First Step

    “Dolphin? Why are you calling me that?” Kedua alis Anne tertekuk tajam.“A special nickname for you from me. It'll bring us closer, maybe.” Axel menatap Anne sesekali lantaran dia yang sedang memotong tomat menjadi beberapa bagian lebih kecil.“Aku tidak butuh! Jangan memanggilku dengan sebutan itu lagi. Aku memperingatkanmu, Axel! Aku memintamu melakukan beberapa hal bukan berarti kamu bisa melewati semua batas.” Wajah Anne terlihat sangat serius dengan kedua tangan yang terkepal di kedua sisi tubuhnya.“Batas?” Salah satu alis Axel terangkat, suara tajam pisau yang menghantam talenan mengisi ruangan itu. Jarak dapur dan ruang tengah memang tidak terlalu luas, didukung keadaan yang hening membuat obrolan jarak jauh mereka tetap terdengar jelas.“Aku hanya memanggilmu My Dolphin agar kita bisa semakin akrab dan tujuanmu segera tercapai. It's the same like sweetheart, sweetie pie, honey, babe or anything else. Itu hanya panggilan akrab.” Axel menyalakan kompor, meletakkan teflon di ata

    Last Updated : 2025-01-24

Latest chapter

  • Kontrak Menghamili   First Step

    “Dolphin? Why are you calling me that?” Kedua alis Anne tertekuk tajam.“A special nickname for you from me. It'll bring us closer, maybe.” Axel menatap Anne sesekali lantaran dia yang sedang memotong tomat menjadi beberapa bagian lebih kecil.“Aku tidak butuh! Jangan memanggilku dengan sebutan itu lagi. Aku memperingatkanmu, Axel! Aku memintamu melakukan beberapa hal bukan berarti kamu bisa melewati semua batas.” Wajah Anne terlihat sangat serius dengan kedua tangan yang terkepal di kedua sisi tubuhnya.“Batas?” Salah satu alis Axel terangkat, suara tajam pisau yang menghantam talenan mengisi ruangan itu. Jarak dapur dan ruang tengah memang tidak terlalu luas, didukung keadaan yang hening membuat obrolan jarak jauh mereka tetap terdengar jelas.“Aku hanya memanggilmu My Dolphin agar kita bisa semakin akrab dan tujuanmu segera tercapai. It's the same like sweetheart, sweetie pie, honey, babe or anything else. Itu hanya panggilan akrab.” Axel menyalakan kompor, meletakkan teflon di ata

  • Kontrak Menghamili   My Dolphin

    Axel melepas weightlifting belt yang dia pakai setelah melepaskan barbel dari genggamannya, memakai jaket bertudung miliknya dan bergegas kembali ke apartemen Anne setelah membaca pesan dari perempuan itu.Pria itu melatih fisiknya masih di tower apartemen yang sama di mana dia tinggal saat ini, itu kenapa dia tidak membutuhkan banyak waktu untuk sampai di unit. Namun, sesampainya dia di apartemen, ruangan yang bisa mereka gunakan bersama terlihat sepi. Tidak terlihat kehadiran Anne di ruangan itu, bahkan lampu belum menyala meski malam hampir tiba.Saat mencoba berkeliling mencari keberadaan Anne, dia menemukan punggung sempit perempuan itu dibalik pintu yang terhubung dengan balkon. Tak langsung mendekati Anne, Axel memutar arah menuju kamarnya dan keluar dengan membawa selimut.“Lagi hujan, kenapa di luar?” tanya Axel setelah menyelimuti tubuh Anne dengan selimut.Anne yang sedari tadi melamun pun terkejut dengan selimut yang kini menempel pada tubuhnya juga dengan kedatangan Axel.

  • Kontrak Menghamili   Anne's Side

    Pintu yang awalnya tertutup rapat, bahkan terkunci kini terbuka menimbulkan derit yang memecah heningnya malam. Celah kecil pintu semakin lebar dengan ujung kaki seseorang yang memakai sandal rumahan mulai melewati batas kamar dengan area luar.Bola mata yang terhalang poni panjang itu berhasil menilik kamar yang hanya diterangi lampu tidur, sebelum berakhir pada seseorang yang terlelap di bawah selimut tebal. Lidah yang masih berada di tempatnya mendorong dinding pipi, lalu kelopak mata itu berkedip perlahan sebelum kaki panjangnya melangkah bersamaan dengan pintu yang kembali tertutup.Cahaya jingga yang menjadi penerang satu-satunya kamar itu padam, ulah dari tangan yang terbungkus sarung tangan berbahan latex. Kini kamar itu benar-benar gelap. Masih seperti sebelumnya, hanya hening yang ada. Ah, tidak, hembusan nafas halus dari pemilik kamar menjadi suara yang masih terdengar, juga gumaman yang terdengar senada dengan hembusan nafas itu.Sarung tangan latex yang dia pakai pun tert

  • Kontrak Menghamili   Do's And Don'ts

    Axel keluar dari kamar, melihat sekitar apartemen yang temaram. Namun, netra abu miliknya masih bisa menangkap keberadaan Anne di ruang tengah. Itu semua karena cahaya dari laptop yang tergeletak di atas meja. Melihat jam dinding, Axel lantas melangkah ke dapur untuk membuat sesuatu.“Matcha addict?” gumamnya saat melihat isi lemari yang menyimpan bahan makanan.Tangan yang dihiasi urat menambah kesan maskulin Axel kini menyimpan cangkir berisi matcha yang telah dilarutkan di sisi kanan dan cangkir lebih besar berisi susu di tangan kiri. Dengan keahlian yang dia miliki, Axel berhasil membuat dolphin mengapung menghiasi matcha tersebut.“Still awake?” tanyanya berbasa-basi sembari mengisi bagian kosong sofa, tak lupa untuk meletakkan cangkir biru yang berisi matcha latte ke atas meja.Anne yang sebenarnya sedang melamun terkejut dengan kedatangan Axel, namun perempuan dengan rambut yang diikat acak itu dengan cepat bersikap biasa saja. “I have work.” Anne lantas menarik laptop dari mej

  • Kontrak Menghamili   First Meet

    “Kamu cukup buat saya hamil dan kamu akan mendapat semua benefits yang tertulis di surat kontrak itu,” ucap Anne dengan suara tegasnya.Axel melihat kertas putih yang telah dibasahi tanda tangan Anne sebelum menatap perempuan yang berpenampilan layaknya orang dengan prinsip kuat dan sulit digoyahkan. Mereka memang baru pertama kali bertemu. Namun, Axel sangat berani bertaruh jika Anne memang seperti penilaiannya, apalagi perempuan itu memakai setelan kantor hitam yang masih terlihat kasual.“100 ribu dolar?” Axel menyebutkan jumlah uang yang menjadi bagian paling menarik meski Anne juga memberikan benefits lain di atas kertas itu.“Kurang? Berapa yang kamu mau?”Sejak kuliah hingga berusia 32 tahun Anne telah menggeluti dunia bisnis yang semakin menghasilkan setiap tahunnya, dia tidak takut jika harus membayar gigolo itu dengan bayaran yang lebih tinggi dari penawarannya, asal dia mendapatkan apa yang dia mau. Uang bukan batu besar yang menghalangi langkah Anne.“Untuk sekarang cukup,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status