Apakah ada sesuatu yang tak boleh Elena ketahui?
Mereka berpandangan tanpa kata cukup lama. Hingga Vera tiba-tiba tersenyum, lalu menautkan tangan di lengan Elena. “Kau seharusnya menunggu teman-teman yang lain. Mereka tidak akan bangun jika kita berdua pergi sendiri.” Elena menoleh ke belakang selagi Vera menarik dirinya ke arah villa. “Kau sedang apa di danau sendirian?” Dia tak bisa menahan rasa penasarannya. “Menghanyutkan kapal. Kalian semua masih tidur dan aku bosan sendirian di villa.” Benarkah hanya itu? Kenapa Elena meragukan kata-kata Vera? Vera kemudian membicarakan tentang semua tempat yang mereka lewati, serta kenangan bersama teman-teman lainnya. Sehingga Elena tak sempat bertanya, benda apa yang ada di atas kapal kecil itu? Di villa, para wanita lain sudah ada di depan. Mereka terlihat sedang menggoda sisa para pengawal Elena yang menjaga area tersebut. Saat melihat Elena dan Vera, mereka segera bergabung dan melanjutkan rencana semula. Ke danau, lalu berbasah-basahan di bawah air terjun. Elena senang sekali bi
“Penyakit kulit apa maksudmu? Katakan yang jelas!” bentak Jason. Dia sangat berharap jika Elena memang hanya terkena penyakit kulit. Namun, keterangan Luna jelas-jelas menunjukkan bahwa Elena tidak mengalami penyakit kulit, melainkan terkena kutukan yang sama dengannya. “Aku juga tidak tahu. Elena hanya menyuruhku untuk merahasiakan penyakitnya dari siapa pun, termasuk Anda.” Luna kemudian menyadari jika dirinya sudah melakukan kesalahan besar dengan mengatakan rahasia Elena. Sejujurnya, waktu liburan bersama Elena cukup menyenangkan. Bukan hanya kaya raya dan menuruti apa maunya, mereka cukup banyak bicara sampai benar-benar akrab seperti dengan teman-teman yang lain. Dia pun tak mau Elena tiba-tiba menghilang, ketika teman-temannya juga sudah akrab dengan Elena. “Tuan Jason, aku mohon jangan beri tahu Elena jika aku yang mengatakannya. Lagi pula, Anda selalu bersama Elena setiap hari dan tidak mungkin Anda tidak tahu penyakit Elena, bukan?” pinta Luna. Jason bergeming dan terpu
Jason memeluk Elena yang sedang membaca buku di ranjang. Dia mengecup perut Elena berulang-ulang.‘Maafkan Papa ....’“Kau mengejutkanku, Jason.” Elena menaruh buku di nakas.Jason tersenyum kecil. “Kau terlambat terkejut karena terlalu fokus membaca buku.”“Kenapa lama sekali? Kau bilang hanya sebentar.”“Papa belum bilang jika aku mampir menemui klien dulu?”“Sudah.” Elena terkekeh geli oleh pertanyaannya sendiri.“Aku akan menemui Papa sebentar. Jangan lama-lama membaca buku.”Jason telah menimbang-nimbang apakah dirinya perlu mengatakan kepada William tentang masalah kutukan Elena. Dia akhirnya memutuskan untuk memberi tahu itu.Dia melangkah dengan ragu masuk ke kamar William setelah mengetuk pintu. William sedang duduk di sofa sambil melihat-lihat baju anak-anak di internet.“Jason, lihatlah ini .... Bagaimana kalau kita membeli ini semua?”Keraguan Jason semakin membesar begitu melihat wajah antusias William yang ingin segera menyambut cucunya. William dapat membaca
“Sayang,” bisik Jason sambil memegang tangan Elena.Elena spontan melepaskan tangan Jason. Dalam hati dan benaknya terjadi pertentangan hebat. Namun, melihat wajah Jason dan William, Elena tak bisa mundur sekarang.“Mari, Nyonya Elena.”Lucy datang membawakan kain putih untuk menutupi tubuh Elena. Mereka bertukar senyum saat Elena hendak berganti pakaian.Langkah Elena terasa berat tatkala menuju ruang ritual yang telah disiapkan para tetua. Jason mendorong pelan Elena ke dekat ranjang.“Semua akan baik-baik saja. Aku akan selalu di sini bersamamu.” Kata-kata penenang Jason tak berhasil mengusir rasa gugup sekaligus rasa bersalah yang Elena rasakan. Biarpun demikian, Elena tetap melangkah maju dan duduk di ranjang yang terletak di tengah-tengah ruangan.Arthur, tetua yang berusia paling tua dari para tetua, menjelaskan kepada Elena bahwa mereka akan mencoba cara supaya dapat menyelamatkan janinnya sekaligus. Akan tetapi, Elena akan merasakan sakit yang luar biasa jauh dari rit
Pria dengan suara berat dan dalam itu semakin mendekat dan membawa kengerian yang luar biasa. Elena spontan mundur menghindar. Wajahnya serupa dengan Jason, tetapi aura pria itu sangat berbeda. Dia menyeringai hingga membuat Elena bergidik. “Oh, kau pasti mengira bahwa aku ... hmmm ... Jason, bukan?” “S-siapa kau? A-apa maumu? Di mana ini? Apa aku telah mati?” Suara Elena bergetar oleh rasa takut yang begitu dalam. “Kau tidak perlu tahu siapa aku dan namaku. Yang perlu kau tahu adalah ... Jason sudah membawamu kembali ke masa lalu dengan benda keramat milik Keluarga Wright. Tidak masalah jika-” “Apa!?” pekik Elena. Dalam sekejap, pria yang tak mau menyebutkan nama dan berwajah mirip Jason itu berdiri tepat di depan Elena. Elena bahkan tak sempat berkedip saat pria itu mencengkeram lehernya. Wajah Elena membiru dan paru-parunya seakan hampir meledak karena cekikan di lehernya. Dia meronta-ronta sambil mencakar tangan dingin pria itu, tetapi usahanya berakhir sia-sia. “Jangan me
Dalam sekejap, Elena terbangun di tengah ruangan dengan ketujuh tetua yang berdiri mengelilinginya. Mereka sudah berhenti merapalkan mantra. Jason dan William memegang kedua sisi tangan Elena sangat erat. Kepala kedua pria itu menunduk dan bersandar di sisi ranjang. Tak sadar jika Elena telah membuka mata. “Jason ... Papa ...,” panggil Elena lirih. Jason sontak bangkit, lalu memeluk Elena. “Kau baik-baik saja, Sayang?” tanya Jason dengan mata sembab. William tersenyum dan mengangguk sambil menatap Elena dengan raut kesedihan, kemudian mundur untuk memberikan ruang kepada anak dan menantunya. Para tetua mengajak William ke luar dari ruangan itu, menyisakan mereka Jason dan Elena. Elena mengusap wajah Jason penuh kasih sayang. Tak menyangka jika Jason nekat melakukan apa saja untuk membawanya dari kematian. “Aku ingin duduk ...,” pinta Elena. Jason membimbing Elena hingga terduduk. Kemudian kembali memeluk sambil mengusap lembut rambutnya. “Terima kasih dan maafkan aku, Jason Wr
Bola mata Elena menggantung tanda tak suka .... Dia melihat gerak-gerik Jason dengan sebal. Setelah bergumul panas sampai pagi, Jason kembali menatap dirinya seperti wanita yang patut dikasihani. “Sudah selesai? Mau berangkat sekarang?” tanya Jason halus. “Jason ... jangan seperti ini terus! Kembalilah seperti biasanya!” sergah Elena. “Aku sungguh baik-baik saja. Seperti katamu, kita bisa memiliki anak lagi suatu saat nanti. Waktu kita masih panjang ....” Elena sudah membuat kontrak dengan leluhur Jason. Dia tak peduli apa pun isinya, asalkan leluhur Jason dapat melenyapkan 'kotoran' sampai bersih sehingga Elena tak perlu mencemaskan masa depannya lagi atas kutukan itu.Namun, Elena tak bisa mengatakannya kepada Jason, sesuai kesepakatan dengan sang leluhur. Jason belum tahu jika buah hati mereka tidak benar-benar ada.Bagaimana mungkin Jason bisa kembali seperti dulu, di saat dirinya telah kehilangan buah hati mereka? Pun, Jason masih mengira Elena hanya pura-pura kuat di hadapanny
Jason sontak mendongak ke atas untuk melihat wajah Elena yang terkejut. Tangannya terangkat untuk mengusap pipi Elena. “Maafkan aku, Sayang .... Kepalaku masih sangat pusing dan Austin banyak melakukan kesalahan saat rapat. Banyak orang yang susah diatur. Jiwaku seakan masih tertinggal di ruang rapat. Aku ....” Jason menunduk penuh penyesalan. Keheranan Elena menghilang, berganti dengan rasa iba. Belum pernah sekali pun Elena mendengar Jason memaki. Jason pasti sangat membutuhkan istirahat saat ini. “Jason, pulanglah ke rumah. Biar aku suruh Logan yang memijatmu. Tanganku lemas karena banyak mengetik dan menulis. Maaf ....” Jason meremas telapak tangan Elena yang bertengger di bahunya. Kemudian memajukan sampai di depan mulut dan menciumnya. “Aku yang seharusnya minta maaf ... aku sudah membentakmu. Aku tidak sengaja ....” Jason menampar mulutnya sendiri dengan keras. “Mulut ini sudah melakukan kesalahan besar!” “Jason!” sergah Elena sambil mencekal pergelangan tangan Jason. “Ti