“Ahhh … pelan-pelan, Johan ….”
Suara Jenna membuat Elena terbangun. Elena membuka mata perlahan dan lagi-lagi pandangannya kabur. Namun, pendengaran Elena sangat jelas saat ini.“Ough … kau sangat menggairahkan, Sayang. Bercinta denganmu di depan istriku sangat menegangkan dan membuatku semakin bersemangat.”Meskipun tak dapat melihat dengan jelas, Elena langsung tahu jika Johan dan Jenna sedang bicara di tak jauh darinya. Mereka mendesah, mengerang, dan mengucapkan kata-kata kotor yang tak pantas diucapkan antara kakak dan adik ipar.Elena mengerjapkan mata berulang-ulang. Dia harus melihat langsung, apakah suara-suara itu hanya imanjinasinya atau realita?Jantung Elena berdetak sangat cepat tatkala melihat samar Jenna dan Johan tanpa busana. Di ujung ruangan, Jenna menunduk bersandar di sofa dan memunggungi Johan yang sedang melakukan penyatuan dengannya.‘Tidak mungkin … aku pasti hanya mimpi ….’Elena memejamkan mata dengan kuat, lalu membuka mata lebar. Penglihatannya menjadi semakin jelas.Air mata mulai merembes dan membasahi pipi. Yang Elena dengar dan samar-samar dilihatnya tadi, ternyata bukanlah mimpi.Johan dan Jenna berselingkuh di belakangnya. Mereka bercinta setiap saat, bahkan di saat Elena masih sadar. Karena ketidakmampuan Elena menggunakan panca indranya dengan sempurna, tak ada ketakutan bagi mereka setiap kali melakukan hubungan terlarang di depannya.“J-Johan ….” Elena ingin meneriakkan nama Johan, tetapi hanya bisikan yang keluar dari mulutnya.Akan tetapi, suara isak tangis Elena terdengar di telinga Johan. Dia melirik singkat ke arah Elena yang jelas-jelas sedang melihatnya.“Istriku sudah bangun. Mari kita selesaikan dengan cepat, Sayang!”“Ahh … menyebalkan! Mengganggu kesenangan orang saja!”Mereka tak tahu jika Elena dapat mendengar dan melihat perbuatan hina itu. Suara desahan keduanya semakin nyaring tertangkap gendang telinga Elena.Hati Elena begitu sakit tak tertahankan. Ingin berteriak pun tak dapat dia lakukan.Jantungnya terasa diremas-remas tatkala Johan dan Jenna yang telah berpakaian lengkap mendekat ke arahnya. Deru napas Elena semakin cepat karena kesulitan bernapas.Rongga dada Elena kian memanas. Rasa sakit itu kambuh lagi, bercampur dengan luka di hati.“Sayang, kenapa kau menangis?” Johan mengusap air mata di pipi Elena.Elena ingin sekali menyingkirkan tangan kotor sang suami yang masih tercium aroma percintaan dengan wanita lain. Namun, tangannya hanya dapat meremas seprai. Cengkeraman pada seprai berangsur mengendur seiring dengan otot-otot di tubuhnya yang kembali melemah.“Ambilkan kakakmu obat, Jenna. Elena pasti mimpi buruk lagi.”‘Tidak! Aku tidak sedang mimpi buruk! Kau jahat, Johan! Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku?!’Air mata Elena berderai kian deras. Johan berusaha untuk membuat istrinya tenang dan berhenti menangis.Jenna pun kembali bersama Anna dengan membawa obat. Elena menatap pilu sang ibu tiri. Apakah Anna tahu perselingkuhan Johan dan Jenna? Ataukah dirinya hanya bermimpi seperti kata Johan?Elena tak tahu batas alam sadarnya sendiri.Dia ingin mengadukan apa yang baru saja dilihatnya kepada sang ibu tiri. Berharap jika dia akan mendengar bahwa Johan tak mungkin berselingkuh darinya.Namun, Anna justru mengatakan sesuatu yang membuat Elena tercengang, “Kalian bodoh sekali! Banyak kamar di rumah ini … kenapa harus bercinta di kamar Elena?! Kau juga, Johan! Tahan nafsumu itu! Mama selalu melihat kalian bermesraan di mana saja tanpa kenal waktu!”‘Mama juga tahu? Ada apa ini sebenarnya? Apakah karena aku tidak bisa melakukan kewajibanku sebagai seorang istri?’“Jenna yang menggodaku, Ma. Aku mana tahan ….” Johan terkekeh pelan.“K-kenapa?” Hanya satu kata yang terucap dari mulut Elena. Kenapa mereka setega itu padanya?Johan, Jenna, dan Anna yang sebelumnya sedang bercakap-cakap, terdiam dan menghadap ke arahnya. Sorot mata ketiga orang itu tak menunjukkan kepedulian pada Elena sedikit pun.“Apa … aku … mimpi buruk … lagi?”Johan membuang napas kasar. “Tidak, Sayang, kau tidak pernah bermimpi buruk. Ini sangat nyata.”“Johan!” sergah Anna.“Sudahlah, Ma, biarkan Elena tahu semuanya. Tidak baik menyembunyikan sesuatu dari orang sekarat,” ujar Johan tanpa perasaan, “lagi pula, lihatlah kondisinya sekarang. Hidungnya sudah mengeluarkan darah. Sebentar lagi, dia pasti akan mati.”Elena menangis tanpa suara tatkala ketiga orang yang disayanginya bersahut-sahutan menjelaskan semua situasi dengan nada sinis. Termasuk alasan Johan menikahi dirinya.Dia tak pernah menyangka, Johan hanya berpura-pura mencintainya selama ini agar dapat menikah dengannya. Mereka bertiga bekerja sama menipu Elena untuk mendapatkan warisan William Forbes, ayahnya.“Jika kau mati, semua harta Papa William akan jatuh ke tanganku, Elena. Kau tidak perlu khawatir, aku akan menggunakan harta peninggalan papamu tersayang dengan sebaik-baiknya,” bisik Johan sambil mengusap puncak kepala Elena.“Aku juga akan menjaga suamimu dengan baik, Kakak,” cibir Jenna dengan seulas senyuman, “ups, salah … Johan memang kekasihku sejak awal. Aku hanya meminjamkan Johan padamu sebentar.”“Ayahmu keterlaluan sekali, bukan? Dia tidak meninggalkan apa pun untukku dan Jenna,” sahut Anna.
Elena menggeleng-geleng lemah. Tidak … dia tidak boleh mati dan membuat para pengkhianat itu menang! Bagaimanapun caranya, dia harus tetap hidup!Namun, semua itu hanya harapan Elena. Johan tiba-tiba menangkup pipi Elena dengan kasar.Anna memasukkan dua pil merah ke mulutnya dengan paksa. Jenna juga membantu dengan menuangkan air mineral sampai masuk ke mulut dan lubang hidung Elena.Elena sekuat tenaga ingin memuntahkan racun yang selama ini disangkanya sebagai obat penawar. Namun, ketiga orang itu tak membiarkan Elena melawan.Dalam hitungan detik, dada Elena kian memanas. Napasnya pun terputus-putus sehingga dia harus bersusah payah meraup udara melalui mulut.Akan tetapi, semua sia-sia ….Rasa sakit di sekujur tubuhnya semakin terasa. Otot-ototnya menegang dari kaki, lalu menjalar hingga ke bawah kepala.Elena tak bisa bernapas! Sesaat kemudian, kegelapan menyelimuti dirinya.Gelap … hanya itu yang dapat Elena saksikan. Tubuhnya seakan terbang melayang-layang. Seberkas cahaya tiba-tiba muncul di sekelilingnya. Potongan-potongan adegan kenangan layaknya film yang diputar mengelilingi tubuhnya. Jiwa Elena seakan tertarik ke dalam adegan itu. Namun, Elena tak bisa mengatakan apa pun di sana. Dia bergerak dengan sendirinya, mengikuti alur yang telah terjadi. “Papa ….” Elena menatap wajah ayahnya yang tengah tersenyum padanya. “Elena, kau akan lulus kuliah bulan depan. Papa ingin menjodohkanmu dengan seseorang.” William Forbes, ayah Elena menyodorkan dua foto pria tampan di atas meja. Kilas balik pada rekaman di otak Elena yang sedang menemui ajalnya pun berganti dengan adegan lainnya. Kenangan yang indah, tetapi hanya membuat luka di hati Elena semakin menganga. “Elena, biarpun kita bertemu karena perjodohan, tetapi aku sangat mencintaimu.” Johan berlutut dengan satu kaki. Dia mengeluarkan kotak perhiasan dari saku, lalu membukanya di depan Elena. “Berse
Elena menangis semakin deras seraya melompat dari ranjang. Dia gegas membuka pintu dan tercengang melihat William benar-benar berdiri di depannya.‘Mungkin, ini memang surga untukku …,’ batin Elena bahagia. Elena langsung memeluk William dengan erat. “Papa! Aku merindukanmu!”Andaikan William tahu penderitaan Elena setelah ditinggal mati olehnya ...William menyambut pelukan Elena. “Oh, ada apa dengan putriku pagi-pagi begini? Kenapa kau menangis? Apa kau baru saja mimpi buruk?” Benar … kehidupan Elena setelah kematian William merupakan sebuah mimpi buruk yang terbungkus oleh kebahagiaan palsu, yang diberikan oleh keluarga tiri dan suaminya.“Di mana Mama, Papa?” Bukankah dia juga bisa berkumpul lagi bersama Brenda, ibu kandungnya di surga? “Mama sepertinya ada di bawah sedang menyiapkan sarapan.” William membelai lembut puncak kepala Elena. “Jangan lupa mandi dulu sebelum turun. Kau tidak mau membuat semua orang kehilangan nafsu makan, bukan?” Elena tersenyum lebar sambil mengang
“Kenapa kau melihatku seperti itu, Sayang?” Johan kembali menggoyangkan kantong belanjaan. Elena tersenyum lebar. Bukan karena dia bahagia bisa bertemu dengan Johan lagi, melainkan karena Elena bisa memperbaiki semuanya sebelum terlambat! Dia bahkan belum menikah dengan Johan, William pun masih hidup! Selain balas dendam, Elena juga akan berusaha menyelamatkan hidup ayahnya sebelum kecelakaan itu terjadi.“Aku senang sekali bertemu denganmu lagi, Johan Wright!” ‘Dengan begitu, aku bisa membalas pengkhianatanmu, Johan. Kesalahanmu sangat besar dan tidak bisa aku maafkan!’ lanjut Elena dalam hati. “Oh, Sayang ...” Johan melihat Elena dengan tatapan mendamba. Membuat Elena ingin muntah karena tahu bahwa semua hanya sandiwara. “Aku akan datang ke sini lagi nanti setelah bekerja.” Elena mengangguk, lalu menyambar kantong belanja, dan menutup pintu sebelum Johan berpamitan padanya. Tak peduli jika Johan akan tersinggung. Elena muak melihat wajah pria itu terlalu lama. Ada satu hal yan
‘Jason Wright … kenapa dia memanggilku? Tunggu sebentar … ini belum pernah terjadi sebelumnya. Jason tidak mungkin bicara denganku lebih dulu. Bukankah dia membenciku?’ Banyak pertanyaan di benak Elena hanya karena satu panggilan Jason padanya. Jason sebelumnya tidak pernah sekali pun bicara dengan Elena. Bahkan, ketika Elena mengajak bicara, Jason langsung pergi menghindar. Karena sikap Jason, Elena mengira jika kakak tiri Johan itu tidak menyukainya. Sikap Jason pun semakin memburuk seiring berjalannya waktu. Pria itu bahkan tak mau menatap Elena lagi. Elena berasumsi jika Jason mungkin membenci dirinya. Dia menyerah mendekati Jason dan mulai membuka hati kepada Johan yang terus melakukan pendekatan. “Jason … maksudku- Kakak- Jason a-ada apa memanggilku?” Elena bingung harus memanggil Jason bagaimana. “Ikut denganku.” Jason melewati Elena dan lagi-lagi, dia mengalihkan pandangan dari wanita itu. Elena mencebik, tetapi tetap menurut dan mengikuti langkah Jason. Sampai di parkira
“Menikah denganmu?” Elena tercenung oleh tawaran Jason. Bukan hanya terkejut, Elena juga takut. Sebab, tindakan Jason tak seperti kehidupan sebelumnya. Mendadak, Elena ragu jika dirinya sedang mengulang masa lalu. Apakah Jason juga sadar jika kehidupan yang sekarang pernah terjadi? Jika benar seperti itu, Elena harus mempertanyakan tentang kesempatan yang diberikan langit untuk membalas dendam atau memperbaiki kehidupannya. Semua bukan tentang dirinya dan mungkin ada sebuah kejanggalan dari dunia ini. “Lalu, kau lebih memilih untuk menikahi pria yang hanya ingin menipumu?” Jason mengambil sesuatu dari balik jasnya. Kemudian melemparkan beberapa lembar foto ke atas meja di depan Elena. Elena memungut foto-foto itu. Tak terkejut melihat Johan dan Jenna sedang bermesraan di sudut bar, juga ketika mereka masuk ke kamar hotel. Dia bahkan pernah melihat yang lebih buruk dari semua itu!Namun, hatinya tetap saja masih terasa pedih. Biar bagaimanapun, Elena pernah tulus mencintai Jo
*Satu Minggu sebelum pernikahan ... “Baiklah. Aku akan memberimu waktu satu jam untuk berpikir. Ingat ... aku hanya akan menawarimu satu kali.” Elena langsung melihat lurus ke arah Jason dengan tampang kaget. “Satu jam? Apa kau sedang memaksaku sekarang?” Satu jam terlalu cepat untuk menimbang-bimbang keputusan besar yang akan mengubah masa depan Elena.“Tidak, aku tidak memaksamu, tapi waktu kita tidak banyak. Jika kau setuju, kita harus membuat persiapan pernikahan secepatnya. Dan aku tidak mau menggunakan segala sesuatu yang sudah kau dan Johan persiapkan.” Bayangan percintaan panas Johan dan Jenna kembali berputar-putar dalam kepalanya. ‘Tidak! Walaupun Johan berubah, aku tidak sudi menerimanya lagi!’ “Baik. Aku akan menerima tawaranmu,” jawab Elena dengan mantap. Tak ada lagi keraguan di hatinya. Elena harus fokus membalas perbuatan para mengkhianat itu dan mengusir mereka dari kehidupannya. “Bagus, kita akan menikah di hari yang sama dengan jadwal pernikahanmu.” Setelah m
“Bisakah kami ganti pakaian sekarang? Para tamu undangan sudah menunggu.” Elena mencegah Johan membalas ucapannya, lalu pergi ke kamar ganti di sebelahnya.Di dalam ruangan itu, sayup-sayup terdengar pertengkaran antara Johan dan Jason. Elena tak mau ikut campur dan mengajak para perias berbincang agar tak mendengar mereka.Kini, Elena mengenakan gaun bak putri raja, mewah tetapi tak berlebihan. Ketika Anna dan Jenna menyusul masuk ke ruang ganti dan melihatnya, mereka tercengang hingga kehilangan kata-kata.‘Mereka pasti mengira aku akan berganti gaun pilihan mereka.’“Maaf, Jenna, aku tidak memakai gaun yang kau pilih karena kurang cocok dengan tema yang Jason inginkan,” ungkap Elena dengan raut wajah penuh penyesalan.Gaun yang dipilih Jenna hanya gaun putih sutera panjang dan polos. Elena masih ingat, dulu dia kecewa karena gaun yang dicoba sebelum menikah, tak sama dengan yang dipakai saat menikah.Elena dapat menebak jika Jenna atau Anna menukar gaun tersebut dengan kualitas yang
Johan menatap Elena dan Jason penuh kemarahan. Harga dirinya terasa tercabik-cabik ditinggalkan saat hari pernikahannya.Dia ingin mengamuk dan menggagalkan pernikahan itu, tetapi tak mau menanggung malu dan amukan Edmund. Meskipun Edmund selalu di pihaknya, dia tak akan terima jika Johan mempermalukan nama baik keluarga mereka.Bagaimana mungkin Elena sanggup meninggalkan dirinya? Johan tak habis pikir dengan tindakan gegabah Elena.Sejak kapan Elena dan Jason berhubungan? Selama satu tahun, apakah Elena benar-benar tak pernah mencintai dirinya? Apakah Elena berselingkuh darinya?Tidak, Jason pasti berbuat sesuatu kepada Elena. Bisa jadi, sang kakak tiri mengancam wanita itu, atau mengatakan sesuatu yang membuat Elena berbalik membenci dirinya.Segala prasangka buruk memenuhi benak Johan. Dia tak dapat berpikir jernih untuk sekarang.Johan sangat yakin jika Elena tergila-gila padanya. Elena selalu percaya dan menurut dengan apa pun yang dikatakannya. Bahkan, jika hubungan gelapnya de
“Gemma! Kau ada di mana?” Elena sudah berkeliling di kediaman Wright untuk mencari keberadaan Gemma. Anak perempuan yang kini berusia enam tahun itu biasa bersembunyi saat Elena pulang dari kerja. Di belakang Elena, Jason membuntuti sang istri seperti biasa. Jason kini membuka kantor pribadi di kediamannya karena masih enggan menampakkan diri di JG Group jika bukan untuk menghadiri pertemuan penting. “Gemma pasti sedang bermain petak umpet bersama Brian, Elena. Biarkan saja ....” Elena menatap tajam sang suami. “Kenapa kau tidak mengawasi Gemma? Katanya, kau kerja di rumah karena selalu ingin bersama putrimu! Dan kenapa Brian ada di sini?” Jason menghentikan langkah Elena, lalu mengecup bibirnya yang tak berhenti mengomel. “Lucy sedang menghukum Brian sepertinya. Kau juga tahu, Lucy tidak suka saat Brian pulang terlambat walau satu menit.” Benar. Lima tahun lalu, Brian menikahi Lucy dan tinggal di Desa Redwood. Terkadang, Brian bosan dan jalan-jalan ke kota hingga lupa waktu. Keb
Setelah menghabiskan tiga hari bersama James, Vera pun tahu jika selama ini James hidup di rumah yang terletak di tengah-tengah hutan. Andaikan dirinya tak ke sana malam itu, mereka tak akan pernah bertemu. Vera tak berkutik melawan James Wright. Dia sudah seperti budak yang harus melayani James setiap saat. Meski Vera menginginkan wajah itu. Tetapi, sikap James jauh berbeda dari Jason. Nyaris tak ada kesamaan, selain wajah mereka.‘Dia gila … bagaimana caraku pergi darinya?’ “Ough, ya ampun … wanita di masa depan ternyata sangat pintar melayani pria. Bagus, Sayang, goyangkan tubuhmu lebih kencang.” Vera meliuk-meliuk di atas James sambil menggigit bibir. Dia tak bisa menikmati percintaan panas yang berulang setiap saat. ‘Orang ini benar-benar seperti binatang! Dia bahkan seratus kali lebih buruk dari Andrew,’ maki Vera dalam hati. Selesai menerima puncak kenikmatan, James mendorong Vera dengan kasar hingga tersungkur di lantai. “Ah, aku bosan. Saatnya aku keluar dari tempat meny
Mentari bersinar sangat terang seperti hari sebelum-sebelumnya. Di kota yang sangat sepi itu, Vera masih berusaha mencari keberadaan makhluk bernyawa selain dirinya. Sayang, bahkan serangga pun tak terlihat di tempat itu. Hanya ada dirinya yang mengulang waktu yang sama … setiap hari. Waktunya diam di tempat. Setiap pukul delapan malam, Vera akan mendengar dentuman keras di arah selatan tempat tinggalnya, dekat dengan tanah milik Keluarga Wright. Benar. Dirinya tinggal di kediaman Wright selama ini. Vera hidup di dunia dengan waktu yang sama dan berulang-ulang terus-menerus. Dia ingin melihat asal dentuman itu terjadi. Akan tetapi, ketika hari mulai gelap, Vera tak berani keluar dari rumah. Kota itu adalah kota yang sama, tetapi terasa asing karena memiliki pemandangan yang berbeda. Tak ada gedung-gedung pencakar langit di sekitarnya. Tak ada pula lampu terang-benderang di setiap pinggiran jalan. Tempat tinggal keluarga Vera pun masih berupa tanah kosong dengan puluhan pohon-poho
Dokumen penting yang semula tertumpuk rapi itu jatuh berserakan di lantai saat Jason berlari keluar dari ruangan. Dengan wajah yang terlihat sangat panik, Jason gegas mengikuti Ruby ke kamar. “Elena!” seru Jason dengan napas terengah-engah. Tak seperti bayangan, Elena justru duduk tenang sambil mengelus perutnya meski keningnya berkeringat deras. “Jason, ada sedikit lendir bercampur darah keluar ... Bisakah kau membantuku berjalan sampai mobil? Kita ke rumah sakit sekarang.” Jason panik. Dia malah mondar-mandir sambil sesekali mengusap wajah. Bingung bagaimana caranya menggendong Elena. Bagaimana kalau bayi itu keluar di saat dia menggendong Elena dan lari ke mobil? “Bayiku bisa jatuh,” gumamnya. Tapi, jika dia tak segera membawa Elena ke rumah sakit, bagaimana cara Elena melahirkan? Jason sampai tak kepikiran memanggil dokter kandungan Elena ke rumah. “Tuan!” seru Ruby membangunkan lamunan Jason. “Bisakah Anda lebih cepat membopong Nyonya Elena!?” “Tapi, bagaimana-” “Elena!” W
“Apa benar dugaanku kalau Paman Andrew terkena pengaruh ramuan Vera?” tanya Elena begitu Logan pulang.“Betul, Nyonya. Tetapi, kadar ramuan yang ada di tubuh Tuan Andrew tidak begitu banyak,” terang Logan.Logan lantas mengatakan semua yang Tetua Michael pesankan saat dia meninggalkan Andrew. Tak sampai satu minggu, Logan akan menjemput dan memulangkan Andrew. Lalu, pembicaraan tentang Anna muncul saat Jason bertanya, “Bagaimana dengan dua wanita itu? Aku dengar, mereka akan pindah ke tempat lain lagi?”“Ini surat dari Nyonya Anna. Lebih baik Anda membacanya terlebih dulu.”Logan mengeluarkan sebuah amplop putih, lalu menyerahkan kepada Elena. Surat itu ditunjukkan untuk Elena dan William. William pun mendekat dan ikut membaca isinya.Surat itu berisi tentang penyesalan Anna, juga permohonan maaf atas semua yang sudah Anna dan Jenna rencanakan kepada William dan Elena. Karena pesan Brenda yang ingin supaya Anna menjaga suami dan putrinya jika terjadi sesuatu kepada dirinya, Anna jadi
Elena mengamati sikap Andrew, mulai dari gerakan tubuh, bibir, dan sorot matanya. Rose jelas mengatakan padanya jika Vera tak pernah memberikan ramuan atau mencuci otak Andrew. Tapi, kenapa Elena jadi meragukannya? Andrew terlihat seperti Rose sebelum mendapat pengobatan. Mata pria itu sedikit menggantung, seperti tak fokus bicara atau menatapnya.“Kenapa Paman ingin melihat perempuan itu lagi? Gara-gara Vera, Paman kehilangan perusahaan dan keluarga Paman,” pancing Elena. Kini, Andrew dengan jelas menunjukkan ekspresi yang menahan kemarahan. Sepertinya, Andrew tak suka mendengar Elena menyalahkan Vera. “Paman perlu melihat Vera sekarang.” Andrew masih bersikeras dengan keinginannya. Seolah semua yang telah terjadi tak berpengaruh apa pun padanya.“Tidak bisa, Paman. Maaf … sebaiknya Paman melupakan perempuan itu dan menata hidup Paman yang berantakan karena dirinya.” Saat mengatakan itu, Elena tiba-tiba memikirkan sesuatu. Andrew tak mungkin menyerah dan pasti akan terus mencari
“Jadi, sejak tadi Luna diam karena kau, Logan!?” Elena turut memukul punggung Logan dengan bantal. Logan masih meringkuk di kaki Luna selagi menutupi belakang kepala dengan kedua lengan. Dia takut menunjukkan wajahnya. Dua wanita itu menyerang Logan secara membabi-buta. ‘Aku lebih baik dikeroyok selusin berandalan daripada harus berada di situasi seperti ini!’ jerit Logan dalam hati. Ketika Logan melihat ke arah Jason, pria itu justru pura-pura tak melihatnya! Setelah kemarahan Elena dan Luna sedikit mereda, mereka pun duduk dengan tenang dan berhadap-hadapan. Luna melipat tangan di depan dada dan masih menatap Logan penuh amarah. “Sekarang, ceritakan padaku, Luna. Apa yang sudah Logan perbuat padamu? Kenapa kau minta kesucianmu lagi? Apa jangan-jangan, Logan sudah ….” Elena menggantung ucapannya selagi menatap tajam Logan. Dia akan menghukum Logan hingga merasakan penderitaan jika tebakannya benar. Elena pikir, Logan telah merudapaksa Luna sehingga membuat temannya itu sampai
Jason bersandar lemas di kursi dengan mulut sedikit terbuka. Dia tak menyangka jika Elena lebih cepat mengatasi masalah Vera dibanding dirinya.“Aku hanya beruntung karena Rose mau membantuku.” Elena tampaknya tahu apa yang dipikirkan sang suami.Jason merasa dirinya tak bisa melindungi Elena. Dia seharusnya bergerak cepat, tetapi malah berbaring di sembarang tempat selama beberapa hari ini.“Maaf, Elena, aku seharusnya sadar lebih cepat kalau Logan bergerak sendiri. Bagaimana kalau kau gagal dan perempuan itu membalas perbuatanmu?”Elena menyandarkan kepala di pundak Jason, lalu memeluk perutnya. “Yang penting, semua sudah berakhir sekarang. Dia tidak akan bisa mengganggu hidup kita lagi. Semua musibah yang terjadi juga disebabkan oleh Vera, bukan? Kita tidak perlu mengkhawatirkan apa pun lagi sekarang, kecuali menanti kelahiran bayi kita.”Tak hanya Jason, William juga merasa tak bisa berbuat apa pun. “Lalu, bagaimana dengan perusahaan Andrew yang sekarang diambil alih oleh adik ipa
“Elena? Apa yang sudah Elena lakukan? Apa dia tahu aku ada di sini?” Jason tak pernah menduga kemungkinan itu lantaran dirinya pun baru mengetahui dari Logan beberapa jam sebelumnya. Akhir-akhir ini pun, Jason tak bisa berpikir apa-apa. Dia hanya fokus menikmati mual dan pusing yang selalu melanda di pagi hari dan ketika mencium aroma tertentu.“Benar. Elena yang membantuku untuk mendapatkan aset Andrew dengan mudah. Dia juga yang memintaku ke sini untuk membukakan jalan untukmu, Jason. Ayo, pulang sekarang! Bibi akan mengantar kalian sampai di kediaman Forbes.” Jason mengikuti Whitney masih dengan tampang kebingungan. Sementara itu, Logan menggendong Luna sampai masuk ke mobil Whitney. Dia meninggalkan mobil yang digunakan sebelumnya, yang merupakan milik pengawal Andrew. “Tunggu sebentar, Tuan. Ada yang perlu saya lakukan terlebih dulu,” ujar Logan tiba-tiba. “Kenapa lagi?” “Ada orang yang memukul saya dari belakang waktu itu.” Logan menyeringai ke arah Danny. Tanpa aba-aba, Lo