Apa yang Revan lakukan di musala?
🏵️🏵️🏵️ Revan menengadah sambil mengangkat tangan lalu meminta ampun kepada Allah. “Allah Yang Maha Pemurah, aku bersujud di hadapan-Mu. Berikanlah keajaiban untuk dua orang yang sangat aku cintai dan sayangi. Selamatkanlah istri dan anak dalam kandungannya.” Revan dengan isakan tangis meminta keajaiban. “Aku sadar dengan semua yang telah kulakukan selama ini. Aku sering mengabaikan perintah-Mu. Aku sudah terlalu banyak berbuat dosa dan tidak menjalankan kewajibanku sebagai makhluk ciptaan-Mu.” “Jangan biarkan dua orang yang ada dalam hidupku, menanggung semua kesalahan yang telah aku perbuat. Jika Engkau ingin memberikan teguran padaku, jangan limpahkan pada istri dan anakku. Biarkan aku yang merasakan hukuman itu. Ampuni mereka, ya, Allah. Aku mohon.” “Hanya keajaiban-Mu yang mampu memberikan kehidupan dan menyelamatkan ciptaan-Mu. Aku yakin dan percaya bahwa Engkau akan memberikan anugerah pada mereka yang selalu ingat kepada-Mu. Istriku selalu berusaha menjalankan perintah-Mu
🏵️🏵️🏵️ Pak Arman sangat heran menyaksikan apa yang Ratu lakukan. Ia tidak percaya melihat perubahan yang terjadi terhadap putrinya itu. Selama ini, ia amat tahu kalau sang anak sungguh mencintai Revan. “Ada apa dengan kamu, Nak?” tanya Pak Arman kepada Ratu dengan penuh keanehan. “Dia bukan suami yang terbaik untuk Ratu, Pah. Ratu sudah ikhlas jika harus berpisah dengannya.” Isakan tangis Ratu makin tidak tertahankan. “Jangan pernah ngomong seperti itu, Sayang. Aku mohon.” Revan masih berusaha meraih tangan istrinya. “Cukup, Mas. Aku udah capek. Sekarang aku akan mewujudkan keinginanmu untuk berpisah denganku. Kamu boleh melepaskan aku." “Aku nggak mau berpisah denganmu. Aku nggak bisa, Sayang.” Revan tidak kuasa menahan air matanya agar tidak jatuh. “Kamu keluar, Mas. Aku mau istirahat.” Ratu mengusir Revan dari ruangan. Bu Bella segera menghampiri sang menantu dan meminta agar menjauhi Ratu. Wanita paruh baya itu merasa makin yakin kalau hubungan anak dan menantunya sudah
🏵️🏵️🏵️“Kita semua tahu bahwa pernikahan kami terjadi karena perjodohan. Mas Revan merasa tertekan dengan hal itu hingga memberikan Ratu sebuah pilihan dalam bentuk perjanjian.”“Tapi itu udah berlalu. Kenapa sekarang dipermasalahkan lagi?”“Karena Mas Revan masih berhubungan dengan wanita masa lalunya.”Revan yang mendengar penjelasan Ratu langsung memberikan bantahan. “Itu nggak benar, Sayang.” Ia mendekati istrinya itu.“Aku sudah melihat buktinya, Mas. Kamu tidak bisa mengelak lagi.”“Ini tidak seperti yang kamu pikirkan.”Revan berusaha menjelaskan kenyataan yang sebenarnya kepada Ratu, tetapi wanita itu dengan mudah mengatakan tidak dapat memercayai suaminya lagi setelah melihat foto-foto mesranya bersama Lani. Ratu tidak ingin dianggap sebagai orang ketiga dalam hubungan Revan dengan sang mantan kekasih.Ratu berjanji kepada Revan akan berusaha ikhlas menerima kenyataan kalau suaminya lebih memilih masa lalu daripada istrinya. Ia tidak ingin menghalangi jalan Revan agar dapa
🏵️🏵️🏵️ “Ini nggak adil, dong, untuk Ratu.” Bu Bella menolak keputusan suaminya. “Dalam hal ini, Mama nggak boleh ikut campur. Papa yang akan mengatur semuanya.” Pak Arman tidak menerima pembelaan istrinya. “Papa nggak kasihan lihat anak kita?” “Cukup, Mah. Jangan memperkeruh keadaan!” Pak Arman bersikap tegas kepada istrinya. “Terserah Papa.” Bu Bella sangat kesal menghadapi suaminya. “Untuk kamu, Revan ....” Pak Arman memanggil nama menantunya. “Iya, Pah,” sahut Revan. “Kapan pun kamu boleh datang ke rumah Papa untuk bertemu putramu. Berusahalah membujuk istrimu agar dia kembali memberikan kepercayaan padamu.” “Baik, Pah. Revan janji akan berusaha menjadi lebih baik.” “Jangan hanya sekadar janji, tapi buktikan.” “Tapi Ratu nggak mau ketemu dia, Pah.” Ratu membuka suara lalu menunjuk ke arah Revan. “Jangan egois, Nak. Ini semua demi kebaikan kalian. Papa tahu kalau kamu sangat menyayangi dan menghargai suamimu. Jangan ikutin emosi sesaat, ikuti kata hatimu.” Pak Arman me
🏵️🏵️🏵️ “Ampuni aku, Sayang. Aku tidak tahu harus berbuat apa agar kamu menerima keberadaanku. Aku ingin kita kembali seperti dulu lagi.” “Bisa nggak kamu tidak membahas itu. Aku bosan!” Sikap yang Ratu tunjukkan sekarang sungguh bertolak belakang dengan yang dulu. “Aku sedih melihat sikap kamu yang seperti ini.” “Lebih sedih mana dari perbuatan yang kamu lakukan di masa lalu? Menjijikkan!” “Aku mohon, jangan selalu mengungkit masalah itu, Sayang. Aku tahu bahwa apa yang terjadi di masa lalu telah membuatmu terluka.” “Jika kamu sudah tahu, tolong jangan ganggu hidupku.” “Aku hanya ingin agar hubungan kita kembali rukun. Aku merindukan kasih sayangmu yang dulu.” “Kenapa kamu nggak memilih mendapatkannya dari wanita pujaanmu?” “Kamulah wanita pujaanku.” “Aku membencimu!” “Tapi aku mencintaimu, Sayang.” “Cintamu hanya di mulut.” “Itu nggak benar, Sayang. Cinta yang kurasakan tulus dari hati.” “Cukup, Mas. Aku nggak mau dengar.” “Aku tahu kalau kamu juga mencintaiku, tapi
🏵️🏵️🏵️ “Izinkan aku memeluk istriku walaupun hanya sebentar saja. Aku sangat merindukan pelukan ini, Sayang.” Revan makin erat memeluk Ratu. “Lepasin, Mas. Aku nggak bisa napas, nih. Sesak banget.” “Maaf, Sayang.” Revan melonggarkan pelukannya. “Awas, Mas. Aku mau mandi.” Ratu berusaha melepaskan diri dari suaminya. “Tunggu sebentar lagi. Aku masih kangen.” “Nggak suka, ah. Lepasin.” Ratu akhirnya berhasil melepaskan pelukan suaminya. Revan bahagia melihat wajah istrinya yang kini merah merona. Ia sangat yakin kalau Ratu juga mengharapkan pelukan darinya karena ia dapat melihat sikapnya yang tidak melakukan penolakan. Revan senyum-senyum sendiri melihat wanita yang ia cintai itu berjalan menuju kamar mandi. Kini, Revan merasakan kebahagiaan yang sangat luar biasa karena hari ini, ia kembali merasakan kehangatan saat memeluk Ratu. Baginya, itu suatu perkembangan yang sangat baik untuk dirinya dan wanita itu. 🏵️🏵️🏵️ Revan masih membayangkan wajah merah merona Ratu saat me
🏵️🏵️🏵️ Sudah berkali-kali Bimo memencoba membuka diri menerima wanita lain yang mendekatinya, tetapi usaha itu tetap gagal. Perempuan yang ada dalam hati dan pikirannya hanya Ratu seorang. “Lihat aku gitu banget, sih, Bim. Kangen, ya? Atau terpesona dengan kecantikanku?” Ratu menyadari pandangan Bimo terhadapnya. “Maaf.” Bimo segera memalingkan wajah. “Kita langsung makan, yuk! Aku minta Bi Ijah siapin, ya.” Ratu langsung menawarkan makan kepada kedua sahabatnya. “Boleh, deh. Kebetulan juga laper, nih.” Cinta penuh semangat menerima tawaran Ratu. Ratu lalu mempersilahkan kedua sahabatnya duduk, kemudian ia melangkah ke dapur untuk meminta Bi Ijah menyuguhkan makanan kepada Cinta dan Bimo. Hari ini, Ratu meminta Bi Ijah memasak mie goreng basah kesukaan sahabat terbaiknya. “Jaga sikap, dong, Bim. Hampir aja Ratu tahu perasaan kamu. Ingat, dia sekarang sudah menjadi seorang ibu.” Cinta mengingatkan Bimo untuk menjaga sikap di depan Ratu. “Iya, maaf. Aku khilaf.” Tidak menung
🏵️🏵️🏵️“Kita tidurnya bareng, ya, Sayang, bersama anak kita.” Revan melemparkan senyuman kepada Ratu.“Kalau kamu mau tidur, di sofa aja. Jangan dekat-dekat dengan anakku.”“Dia juga anakku.”“Terserah! Tapi aku nggak mau dekat denganmu.”“Kenapa tiba-tiba sikap kamu berubah lagi, Sayang? Hanya karena foto itu?” Revan menggenggam tangan Ratu.“Udahlah, Mas. Aku udah malas bahas tentang itu. Aku nggak tahu sampai kapan kita harus bertahan dengan keadaan seperti ini.”“Aku mohon, Sayang. Aku nggak mau hubungan kita berantakan hanya karena masa lalu. Aku udah jelasin semuanya ke kamu. Untuk apa kita mempermasalahkan itu lagi?” Revan mencium jemari istrinya.“Udah. Sekarang kamu mandi dulu sana. Bangun tidur bukannya langsung mandi, ini malah ngoceh.” Ratu berusaha mengalihkan topik pembicaraan.“Kamu nggak marah lagi, Sayang?” “Nggak tahu.” Ratu melepaskan genggaman suaminya lalu merebahkan tubuh di samping Andra.Revan memandangi wajah Ratu. Ia sangat tahu wanita itu sangat mencinta
🏵️🏵️🏵️ “Iya, Mas. Aku hanya sekadar mengenang masa itu. Aku percaya kalau sekarang kamu mencintaiku. Kamu sudah membuktikannya padaku.” Ratu mengembangkan senyuman. Dua insan itu sangat bahagia. Revan dan Ratu akhirnya menjalankan tugas sebagai sepasang suami istri. Tidak ada obrolan lagi selain desahan dan bunyi ranjang tempat mereka memadu kasih. Revan dan Ratu menikmati indahnya bercinta di malam pertama. “Terima kasih, Sayang,” ucap Revan kepada Ratu setelah selesai menjalankan hasrat suami istri tersebut. Laki-laki itu mendaratkan ciuman di kening sang istri. “Itu sudah menjadi kewajibanku, Mas.” “Aku ingin agar Andra secepatnya punya adik. Seorang adik perempuan yang cantik seperti mamanya.” “Iya, Mas. Semoga harapan kita segera terkabul.” Hubungan suami istri yang Revan dan Ratu jalani saat ini, tidak hanya tertulis di atas kertas seperti sebelumnya. Dua insan itu menjalani pernikahan dengan ikhlas dan sepenuh hati. Dasar dari ikatan sakral mereka adalah cinta, bukan k
🏵️🏵️🏵️Setelah beberapa hari berlalu, Revan dan kedua orang tuanya pun berkunjung ke rumah orang tua Ratu. Tujuannya untuk menyampaikan keinginan yang selama ini mereka nantikan, mengajukan lamaran agar Ratu kembali menjadi istri Revan.Pak Wijaya dan Bu Sandra sangat bahagia karena harapan mereka akan segera terwujud. Kedua orang tua itu dari dulu tidak pernah menginginkan perpisahan Ratu dan Revan. Mereka selalu berharap agar hubungan orang yang mereka sayangi tetap langgeng selamanya.“Apa kabar, Man?” tanya Pak Wijaya kepada Pak Arman. Saat ini, kedua keluarga itu sedang duduk di ruang keluarga rumah orang tua Ratu.“Alhamdulillah, kabar baik, Jay.” Pak Arman menepuk-nepuk pundak sahabatnya.Sementara Bu Sandra memilih menikmati bermain dengan cucunya. Wanita paruh baya tersebut tidak sabar ingin melihat Revan dan Ratu kembali bersama dan memberikan cucu yang banyak untuknya. Dulu, ia sangat sedih karena tidak dapat mencegah perpisahan sang anak dengan wanita yang ia cintai.Ak
🏵️🏵️🏵️ “Maksudku bukan seperti itu, Mas. Tapi nggak enak sama tetangga.” “Kalau kamu merasa nggak enak sama tetangga, kita pulang ke rumah, yuk.” Ratu terkejut mendengar ajakan Revan. “Ke rumah mana?” tanya Ratu penasaran. “Ke rumah kita.” Revan memainkan alisnya. “Kamu bisa aja. Keadaannya nggak seperti dulu lagi, Mas. Kita sudah menjalani hidup masing-masing.” “Tapi aku ingin kita kembali seperti dulu. Membina keluarga yang bahagia. Kita belum pernah merasakan hidup bersama di istana cinta kita setelah Andra lahir. Aku sudah lama menantikan saat indah itu.” “Aku ….” “Apa lagi yang kamu tunggu, Sayang? Kita sudah jujur dengan perasaan masing-masing. Kita saling mencintai. Bukankah sudah sewajarnya kita kembali mengikat hubungan kita dalam pernikahan?” “Kasih aku waktu untuk berpikir, Mas.” “Berapa lama lagi kamu menggantung perasaanku, Sayang?” “Beri aku waktu seminggu lagi. Aku pasti akan memberikan jawaban.” “Aku ingin seperti keluarga yang lain. Hidup bersama dengan
🏵️🏵️🏵️ “Hai, Neng.” Bimo langsung menyapa setelah Ratu duduk. “Hai juga.” Ratu berusaha tersenyum. “Maaf, aku mengganggu.” “Nggak, kok.” Ratu terpaksa mengatakan kebohongan di depan Bimo, padahal hati kecilnya mengatakan kalau dirinya tidak suka melihat kedatangan laki-laki itu. “Aku ingin ngomong penting sama kamu.” Ratu melihat keseriusan di wajah Bimo. “Mau ngomong apa?” tanya Ratu penasaran. “Aku udah cerita pada orang tuaku kalau aku mencintaimu. Mereka meminta agar aku secepatnya melamar kamu.” Ratu sangat terkejut mendengar penjelasan Bimo. “Itu nggak mungkin, Bimo. Udah berapa kali aku bilang ke kamu kalau aku menganggap kamu itu tetap sebagai teman, nggak lebih.” Ratu kembali mengatakan penolakan di depan Bimo. “Tapi aku sangat mencintaimu, Neng. Apa yang kurang dariku? Bertahun-tahun lamanya aku memendam rasa dan tetap setia mencintaimu. Setelah kamu berpisah dengan mantan suamimu, aku merasa kalau itu suatu pertanda kalau kamu ditakdirkan untukku.” Ratu makin tid
🏵️🏵️🏵️ Revan berdiri lalu menarik kaus yang Bimo gunakan. Ratu yang menyaksikan hal itu segera meminta mantan suaminya untuk tidak melakukan kekerasan. Ratu sangat tahu seperti apa rasa tidak suka Revan terhadap Bimo sejak dulu. Ayah dari anaknya itu tidak rela melihat keberadaan sahabatnya. Bimo sosok yang sangat Revan benci. Ratu tidak tahu kenapa tebakan mantan suaminya sangat tepat tentang perasaan Bimo yang sudah lama terpendam untuk dirinya. Kebenaran itu terungkap ketika akhirnya teman yang telah lama ia kenal itu mengungkapkan perasaannya. “Aku mencintaimu, Neng,” ungkap Bimo beberapa bulan yang lalu. “Aku minta maaf karena belum dapat membalas perasaanmu.” Ratu kala itu memberikan penolakan. “Aku akan sabar menunggu saat kamu akhirnya akan membalas cintaku.” “Jangan, Bim. Selama ini aku menganggapmu hanya sebagai teman, nggak lebih.” “Aku akan sabar menunggu sampai kamu membuka hati untukku.” Ratu saat ini dihadapkan pada dua laki-laki yang memiliki perasaan cinta u
🏵️🏵️🏵️ Waktu terus berlalu, hari ini Andra genap berusia dua tahun. Ratu dengan semangat mengadakan perayaan bertambahnya usia putra semata wayangnya. Ia tetap menghargai Revan sebagai ayah dari anaknya. Oleh karena itu, laki-laki tersebut turut hadir beserta anggota keluarganya. Kebencian Ratu kepada Revan tidak seperti dulu lagi. Ia mulai membuka diri untuk memberikan maaf terhadap mantan suaminya itu. Ratu sadar, bahwa kebencian yang ada dalam hatinya tidak membawa ketenangan, tetapi justru sakit yang mendalam. Walaupun Revan dan Ratu bukan pasangan suami istri lagi, Revan masih tetap setia hanya mencintai mantan istrinya seorang. Ia selalu berusaha agar Ratu kembali menerima dirinya seperti dulu lagi. Kemajuan itu telah ia rasakan saat ini. “Terima kasih, Sayang, karena kamu bersedia mengundangku dan keluarga.” Revan berbincang berdua bersama Ratu setelah acara selesai. Sebutan 'Sayang' untuk Ratu masih tetap tidak berubah dari Revan. “Kalian juga keluarga Andra. Kamu sebag
🏵️🏵️🏵️ Setelah mendengar apa yang keluar dari mulut Revan, dada Ratu terasa sesak dan tidak ingin percaya dengan pengakuan suaminya itu. Ia merasa seperti orang yang kehilangan arah mengetahui ayah dari anaknya telah menikah lagi tanpa sepengetahuan dirinya. Ratu pun makin memantapkan diri agar segera berpisah dengan Revan. Pengakuan Revan membuatnya seperti berada dalam mimpi buruk yang dengan sengaja memasuki alam bawah sadar. “Apa? Keterlaluan kamu, Van. Mama berusaha memberimu kesempatan kedua, tapi justru ini yang kamu berikan. Ternyata kamu sama sekali tidak ingin memperbaiki hubungan kalian. Mama tidak percaya dengan apa yang kamu pikirkan.” Bu Bella sangat terkejut mendengar pengakuan menantunya. Revan akhirnya menjelaskan kenyataan yang sebenarnya kepada istri dan ibu mertuanya. Ia tidak tega melihat isakan tangis Ratu karena perbuatannya. Dirinya mencoba mendekati wanita itu dan berharap tidak mendapat penolakan. Akan tetapi, Ratu tetap tidak terima dengan tindakan la
🏵️🏵️🏵️ “Dia merawat wanita masa lalunya yang sedang sakit.” “Apa?” Bu Bella terkejut mendengar penjelasan putrinya. “Iya, Mah. Ratu akhirnya meminta cerai dari dia. Ratu udah nggak kuat, Mah. Ratu capek menjalani hubungan seperti ini.” “Kamu yang sabar, ya, Sayang.” Bu Bella mencium kepala anaknya. “Ratu akan tetap kuat dan semangat untuk Andra, Mah. Sekarang harapan Ratu hanya Andra.” “Mama dan papa secepatnya akan membicarakan ini dengan orang tua Revan. Kamu jangan larut dalam kesedihan. Mungkin dia bukan suami terbaik untukmu.” “Iya, Mah. Ratu harus tetap tegar menghadapi semua ini.” “Mama nggak habis pikir, ternyata Revan tega berbuat seperti itu. Dia tidak berusaha memanfaatkan kesempatan kedua yang Mama berikan. Justru perbuatannya semakin sulit diterima akal dan pikiran.” “Dia tidak berniat untuk memperbaiki hubungan kami, Mah.” “Sekarang, pilihan ada di tangan kamu. Ikuti kata hatimu, semoga pilihanmu yang terbaik.” Bu Bella menggenggam jemari putrinya. Ratu tela
🏵️🏵️🏵️ Hari ini, Ratu ingin membuktikan kebenaran dari apa yang telah ia dengar dari sahabat dan suaminya. Ia meminta Bu Bella untuk menjaga Andra. Ia merasa tidak kuat untuk tetap berdiam diri di rumah hingga tidak tahu apa yang dilakukan suaminya. “Ratu titip Andra, ya, Mah.” “Sebenarnya kamu mau ke mana, sih, Sayang?” Bu Bella penasaran. “Ini benar-benar penting banget, Mah “ “Sepenting apa, sih. Cerita, dong, sama Mama.” “Nanti kalau jawabannya sudah Ratu dapatkan, pasti cerita ke Mama. Oh, ya, Ratu pinjam mobil Mama, ya.” “Iya, deh. Mama tunggu cerita kamu.” “Ratu pergi, ya, Mah. Assalamualaikum.” Ratu beranjak meninggalkan ibu dan anaknya. “Waalalikumsalam.” Bu Bella membalas salam sambil memandang kepergian Ratu. Ia heran dengan sikap putrinya yang tidak seperti biasanya. Ratu kembali melihat pemandangan di sepanjang jalan. Semenjak kehamilannya setahun yang lalu, ini pertama kali ia mengendarai kendaraan sendiri. Selama ini, ia lebih banyak menghabiskan waktu di ru