Apakah Ratu akan memberikan maaf untuk Revan?
🏵️🏵️🏵️ “Ampuni aku, Sayang. Aku tidak tahu harus berbuat apa agar kamu menerima keberadaanku. Aku ingin kita kembali seperti dulu lagi.” “Bisa nggak kamu tidak membahas itu. Aku bosan!” Sikap yang Ratu tunjukkan sekarang sungguh bertolak belakang dengan yang dulu. “Aku sedih melihat sikap kamu yang seperti ini.” “Lebih sedih mana dari perbuatan yang kamu lakukan di masa lalu? Menjijikkan!” “Aku mohon, jangan selalu mengungkit masalah itu, Sayang. Aku tahu bahwa apa yang terjadi di masa lalu telah membuatmu terluka.” “Jika kamu sudah tahu, tolong jangan ganggu hidupku.” “Aku hanya ingin agar hubungan kita kembali rukun. Aku merindukan kasih sayangmu yang dulu.” “Kenapa kamu nggak memilih mendapatkannya dari wanita pujaanmu?” “Kamulah wanita pujaanku.” “Aku membencimu!” “Tapi aku mencintaimu, Sayang.” “Cintamu hanya di mulut.” “Itu nggak benar, Sayang. Cinta yang kurasakan tulus dari hati.” “Cukup, Mas. Aku nggak mau dengar.” “Aku tahu kalau kamu juga mencintaiku, tapi
🏵️🏵️🏵️ “Izinkan aku memeluk istriku walaupun hanya sebentar saja. Aku sangat merindukan pelukan ini, Sayang.” Revan makin erat memeluk Ratu. “Lepasin, Mas. Aku nggak bisa napas, nih. Sesak banget.” “Maaf, Sayang.” Revan melonggarkan pelukannya. “Awas, Mas. Aku mau mandi.” Ratu berusaha melepaskan diri dari suaminya. “Tunggu sebentar lagi. Aku masih kangen.” “Nggak suka, ah. Lepasin.” Ratu akhirnya berhasil melepaskan pelukan suaminya. Revan bahagia melihat wajah istrinya yang kini merah merona. Ia sangat yakin kalau Ratu juga mengharapkan pelukan darinya karena ia dapat melihat sikapnya yang tidak melakukan penolakan. Revan senyum-senyum sendiri melihat wanita yang ia cintai itu berjalan menuju kamar mandi. Kini, Revan merasakan kebahagiaan yang sangat luar biasa karena hari ini, ia kembali merasakan kehangatan saat memeluk Ratu. Baginya, itu suatu perkembangan yang sangat baik untuk dirinya dan wanita itu. 🏵️🏵️🏵️ Revan masih membayangkan wajah merah merona Ratu saat me
🏵️🏵️🏵️ Sudah berkali-kali Bimo memencoba membuka diri menerima wanita lain yang mendekatinya, tetapi usaha itu tetap gagal. Perempuan yang ada dalam hati dan pikirannya hanya Ratu seorang. “Lihat aku gitu banget, sih, Bim. Kangen, ya? Atau terpesona dengan kecantikanku?” Ratu menyadari pandangan Bimo terhadapnya. “Maaf.” Bimo segera memalingkan wajah. “Kita langsung makan, yuk! Aku minta Bi Ijah siapin, ya.” Ratu langsung menawarkan makan kepada kedua sahabatnya. “Boleh, deh. Kebetulan juga laper, nih.” Cinta penuh semangat menerima tawaran Ratu. Ratu lalu mempersilahkan kedua sahabatnya duduk, kemudian ia melangkah ke dapur untuk meminta Bi Ijah menyuguhkan makanan kepada Cinta dan Bimo. Hari ini, Ratu meminta Bi Ijah memasak mie goreng basah kesukaan sahabat terbaiknya. “Jaga sikap, dong, Bim. Hampir aja Ratu tahu perasaan kamu. Ingat, dia sekarang sudah menjadi seorang ibu.” Cinta mengingatkan Bimo untuk menjaga sikap di depan Ratu. “Iya, maaf. Aku khilaf.” Tidak menung
🏵️🏵️🏵️“Kita tidurnya bareng, ya, Sayang, bersama anak kita.” Revan melemparkan senyuman kepada Ratu.“Kalau kamu mau tidur, di sofa aja. Jangan dekat-dekat dengan anakku.”“Dia juga anakku.”“Terserah! Tapi aku nggak mau dekat denganmu.”“Kenapa tiba-tiba sikap kamu berubah lagi, Sayang? Hanya karena foto itu?” Revan menggenggam tangan Ratu.“Udahlah, Mas. Aku udah malas bahas tentang itu. Aku nggak tahu sampai kapan kita harus bertahan dengan keadaan seperti ini.”“Aku mohon, Sayang. Aku nggak mau hubungan kita berantakan hanya karena masa lalu. Aku udah jelasin semuanya ke kamu. Untuk apa kita mempermasalahkan itu lagi?” Revan mencium jemari istrinya.“Udah. Sekarang kamu mandi dulu sana. Bangun tidur bukannya langsung mandi, ini malah ngoceh.” Ratu berusaha mengalihkan topik pembicaraan.“Kamu nggak marah lagi, Sayang?” “Nggak tahu.” Ratu melepaskan genggaman suaminya lalu merebahkan tubuh di samping Andra.Revan memandangi wajah Ratu. Ia sangat tahu wanita itu sangat mencinta
🏵️🏵️🏵️ Ratu hanya bisa diam, ia makin bingung memikirkan hubungannya dengan Revan, seperti tidak ada titik terang. Hatinya sakit karena sang suami masih tetap menyimpan nomor kontak wanita masa lalunya. Ratu merasa yakin kalau laki-laki yang ia cintai tidak dapat lepas dari Lani. Sang mantan kekasih menjadi alasan kenapa dulu Revan memintanya menandatangi surat perjanjian yang sulit diterima akal dan pikiran. Kenyataan kadang tidak seindah harapan, itulah yang Ratu rasakan saat ini. Dulu, ia sangat yakin telah berhasil memenangkan hati suaminya, tetapi semua itu hanya ilusi semata. Ternyata yang ia hadapi di depan mata sungguh jauh berbeda karena Revan tidak mampu menghapus bayang-bayang masa lalunya. Sekarang, Ratu pasrah menerima kenyataan di mana sang suami tidak pernah menjadikannya sebagai wanita pilihan. Ia tetap dianggap sebagai seseorang yang telah menggagalkan bersatunya hubungan dua insan yang saling mencintai. “Sayang … aku udah nggak pernah berhubungan lagi denganny
🏵️🏵️🏵️ “Kamu yang kuat dan sabar, ya, Sayang. Kamu menjadi seperti ini karena kami.” Bu Bella membelai rambut putrinya. “Ini bukan salah Mama ataupun Papa. Semuanya terjadi karena takdir yang harus Ratu jalani.” “Kamu wanita hebat, Sayang. Mampu menjalani semua ini. Mungkin kalau Mama di posisi kamu, Mama pasti tidak akan bertahan.” “Ini nggak akan mungkin terjadi pada Mama karena Papa suami yang selalu setia mencintai Mama.” Bu Bella tidak kuasa menahan air matanya mendengar apa yang diucapkan putrinya. Ia merasa bersalah dengan apa yang nenimpa Ratu saat ini. Perjodohan yang mereka putuskan beberapa tahun lalu, telah nembawa anak bungsunya pada sebuah penderitaan. Ratu yang dulu sangat periang, kini telah berubah menjadi wanita yang lebih banyak diam. Saat anaknya tidur, ia hanya mampu meratapi kenyataan bahwa suami yang dulu sangat ia hormati, tidak pernah menjadikan dirinya sebagai istri pilihan. Ratu merasa bahwa Revan tidak pernah memberikan cinta yang tulus untuknya k
🏵️🏵️🏵️ Hari ini, Ratu ingin membuktikan kebenaran dari apa yang telah ia dengar dari sahabat dan suaminya. Ia meminta Bu Bella untuk menjaga Andra. Ia merasa tidak kuat untuk tetap berdiam diri di rumah hingga tidak tahu apa yang dilakukan suaminya. “Ratu titip Andra, ya, Mah.” “Sebenarnya kamu mau ke mana, sih, Sayang?” Bu Bella penasaran. “Ini benar-benar penting banget, Mah “ “Sepenting apa, sih. Cerita, dong, sama Mama.” “Nanti kalau jawabannya sudah Ratu dapatkan, pasti cerita ke Mama. Oh, ya, Ratu pinjam mobil Mama, ya.” “Iya, deh. Mama tunggu cerita kamu.” “Ratu pergi, ya, Mah. Assalamualaikum.” Ratu beranjak meninggalkan ibu dan anaknya. “Waalalikumsalam.” Bu Bella membalas salam sambil memandang kepergian Ratu. Ia heran dengan sikap putrinya yang tidak seperti biasanya. Ratu kembali melihat pemandangan di sepanjang jalan. Semenjak kehamilannya setahun yang lalu, ini pertama kali ia mengendarai kendaraan sendiri. Selama ini, ia lebih banyak menghabiskan waktu di ru
🏵️🏵️🏵️ “Dia merawat wanita masa lalunya yang sedang sakit.” “Apa?” Bu Bella terkejut mendengar penjelasan putrinya. “Iya, Mah. Ratu akhirnya meminta cerai dari dia. Ratu udah nggak kuat, Mah. Ratu capek menjalani hubungan seperti ini.” “Kamu yang sabar, ya, Sayang.” Bu Bella mencium kepala anaknya. “Ratu akan tetap kuat dan semangat untuk Andra, Mah. Sekarang harapan Ratu hanya Andra.” “Mama dan papa secepatnya akan membicarakan ini dengan orang tua Revan. Kamu jangan larut dalam kesedihan. Mungkin dia bukan suami terbaik untukmu.” “Iya, Mah. Ratu harus tetap tegar menghadapi semua ini.” “Mama nggak habis pikir, ternyata Revan tega berbuat seperti itu. Dia tidak berusaha memanfaatkan kesempatan kedua yang Mama berikan. Justru perbuatannya semakin sulit diterima akal dan pikiran.” “Dia tidak berniat untuk memperbaiki hubungan kami, Mah.” “Sekarang, pilihan ada di tangan kamu. Ikuti kata hatimu, semoga pilihanmu yang terbaik.” Bu Bella menggenggam jemari putrinya. Ratu tela