Beranda / Fantasi / Koma / SEMANGKUK SOTO

Share

SEMANGKUK SOTO

Penulis: Lintang
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-14 19:12:22

RIMBA

Angin sepoi-sepoi menerbangkan helaian rambutku. Hari ini tidak ada yang spesial, aku juga tidak pergi ke ruang lukis, karena masih kesal dengan kejadian tempo hari. Aish, si Oja tunggu pembalasanku. Tunggu aku ini bicara, tentu hari ini aku tidak kesana karena hari ini Minggu.

Entah mengapa aku benci semua tentangnya, mukanya yang selalu dipuja-puja buatku muak, senyumnya, iuhhh. Ketawanya, rasanya inginku bunuh dengan tanganku.

Aku tidak ingin bertemu dengannya.

Lebih baik seperti ini duduk sendiri dibangku taman yang luas, ditemani buku novel klasik, dengan alunan musik ghost by skinnyfabs lewat earphone.

Ah, aku suka ketenangan ini.

"Hello, my best!"

Sebuah tepukan keras memecah ketenangan ini, ya siapa lagi kalau bukan Gina, sahabatku.

Aku hanya meliriknya sekilas kemudian kembali ke novel.

"Kangen enggak?"

Hanya gelengan kepala yang ikhlas kulakukan.

"What! Gue enggak masuk selama 3 hari dan lo enggak kangen sama gue, seriously?" cerocos Gina histeris.

Aku meletakkan novel di sampingku dan menghembuskan nafas kemudian menatap Gina.

"Lo, jahat udah ninggalin gue. Huwaaaa." aku menangis tidak peduli, karena memang lingkunganya sepi.

"Cup, cup, cup." Gina menenangkanku kedalam pelukannya.

"Kok, lo tega sih ninggalin gue sendiri."

"kan udah ada Oja yang jagain lo, jadi gue enggak khawatir."

Aku melepas pelukan Gina begitu mendengar namanya disebut. Ah sial, padahal aku sudah membuangnya tapi malah dipungut Gina, sang pecinta alam.

"Gue suka uangnya, bukan orangnya," ucapku kesal.

"Astaga, gue kebanyakan ngasih lo serbuk jahat."

"Hah?"

"Lo butuh uang banget ya?"

Aku hanya mengangguk.

"Tapi dia udah tahu lo cuman mlorotin."

"Tentu lah, dia udah sadar secarakan dia pinter. Enggak kayak kita cuma copas suara hati istri."

Kami kemudian saling tatap dengan tatapan prihatin.

"Segitu bodohnya kita ya?"

Kami berdua mengangguk bersamaan.

Lalu menatap langit cerah namun polos tanpa awan dan matahari. Entah pergi kemana mereka. Mungkin memilih tempat yang dibawahnya ceria lebih sedap dipandang tidak seperti kami, menyedihkan.

"Kalian enggak sebodoh itu kok."

Suara entah dari mana tiba-tiba membuka hatiku, sepertinya Gina juga. Suara barusan seolah memberiku kekuatan untuk tetap hidup.

Siapa sih dia, sepertinya malaikat penuh kata-kata bijak. Ah, aku ingin memeluknya dan berterimakasih.

Pandanganku menyusuri sekitar taman, tapi tak ada siapapun, lalu kutatap kembali langit, Gina mengikuti arah pandangku. Mungkinkah suara dari langit.

"Woi! Gue disini."

Sebuah suara keras tepat menggema ditelingaku. Aku berbalik dan mendapati seseorang yang sangat ingin kubunuh, dia adalah Oja, dengan muka yang memuakkan.

Gina tersenyum kearah kami secara bergantian, kenapa perasaanku mulai enggak enak ya. Tentu sajalah kan ada Oja, gimana sih, aku ini.

Tapi sepertinya bukan hanya itu saja karena Gina mulai berdiri dan meninggalkan kami berdua. Berdua.

Aku hanya bisa menghela napas lemas, kemudian memutar bola malas dan mengadahkan tangan kearah Oja.

"Mana jatah gue."

"Gue kesini mau putus," tukas Oja.

"What? Enggak enggak enggak, Enggak bisa," tolakku bagaimana bisa tiba-tiba dia minta putus, aku kan, belum puas mlorotin.

"Kalau gue bilang putus, ya putus." Oja masih saja ngotot.

"Gue bilang enggak bisa, karena gue punya ini."

Aku memperlihatkan sebuah flashdisk.

"Apaan isinya?" tanya Oja, mulai tertarik.

Aku memasang benda itu ke HP dan terputarlah sebuah video dimana Oja menangis karena didorong adik cowoknya yang masih ingusan ke bawah derasnya hujan.

"Enaknya disebarin kapan ya," aku menakut-nakuti Oja yang masih menatap HP ku meski sudah kumatikan.

Hahaha, rasain kemenanganku.

"Emmm, nanti aja deh abis putus."

"Eh, jangan jangan. Gak jadi putus deh," cegah Oja terlihat ketaakutan.

Aku tersenyum penuh kemenangan, menatap wajah Oja yang ketakutan. Aduhhh, senangnya lihat musuh menderita.

"Good boy." aku sedikit berjingkat mengacak-acak rambut Oja.

Laki-laki itu menghunuskan tatapan tajam kepadaku, tentu saja diriku yang kalem ini kaget dan berhenti membuat rambutnya berantakan. Kenapa anjing penurut ini tiba-tiba menggonggong.

"Gue bukan anjing lo," ketus Oja.

Dia kemudian berlalu meninggalkanku yang masih termangu dengan ucapanya, kupikir dia mulai menakutkan, lihat saja barusan Oja berucap seolah bisa membaca pikiranku.

Apa selama ini aku terlalu jahat kepadanya, tapi setelah kupikir-pikir, aku hanya memlorotinya sedikit, sekitar tiga ratus ribu. Bukankah itu jumlah yang amat sedikit bagi seorang Seroja nelumbo.

Ah, sudahlah untuk apa aku memikirkan. Aku sekarang juga harus segera pulang.

Aku berjalan menyusuri gang-gang sempit, beberapa sampah gelas plastik berserakan. Dasar manusia! Masih saja membuang sampah sembarangan, aku menendangnya satu persatu dan berhasil masuk ke tong sampah,hingga hanya tersisaa satu, kutendang saja terus untuk sekedar bermain di dunia yang membosankan ini.

Akhirnya aku keluar dari gang sempit busuk itu, tapi kenyataanya aku kembali melihat sebuah pemandangan busuk. Seorang pria kurus dangan pakaian lusuh sedang duduk di pembatas jalan sendirian dengan sebotol miras murahan ditanganya.

Aku benci melihatnya.

Tapi sebagai seorang anak aku harus berbakti kepadannya. Aku menghembuskan nafas dan mulai mendekatinya.

"Ayah, ayo makan dirumah. Nenek sudah menunggumu," ajakku lembut.

Ayah meneguk miras lalu mengelap mulutnya dengan lengan yang memegang miras. Kemudian ayah mengacungkan mirasnya dengan sempoyongan kearahku dan mulai berkata.

"Hei, kau. Berani berainya menyuruh orang yang telah banting tulang hanya untukmu, tugasmu itu hanya belajar. Mengerti!"

Aku kembali menghembuskan nafas penuh kesabaran dan tersenyum paksa.

"Ayah ayo pulang, dan makan bersama."

"Apa kau ikan! Sudah kubilang jangan berani kepadaku, rawat saja nenek peyotmu itu sendiri!"

Ayah kembali meneguk minumanya rakus.

Ucapan ayah barusan membuatku tertusuk, aku masih bisa sabar jika ayah menghinaku. Tapi saat ayah menyebut nama nenek seperti itu, rasanya kesabaranku sudah berada dipenghujung.

Tanganku terkepal kuat, rasanya gatal sekali. Tapi tidak aku tidak boleh melakukanya, lebih baik aku pulang dan makan bersama nenek.

Hari semakin petang, aku berlari untuk sampai di rumah, aku tidak ingin membuat nenek menunggu terlalu lama.

Ku buka dua pintu besar lalu kulihat seorang wanita tua berpakaian sederhana sedang menata kardus-kardus bekas hasil pungutanya dari pagi. Padahal aku sudah mencegahnya bekerja kasar seperti itu karena aku telah mendapatkan kerja part-time .

"Astaga nenek, bukankah sudah kubilang aku sudah mendapatkan pekerjaan, kenapa masih mengumpulkan kardus." Ucapku sambil membantu nenek menata kardus kemudian mengikatnya menggunakan rafia.

Nenek berdiri dengan membawa kardus yang telah ditali ke sudut halaman kecil rumah kami.

Aku ikutan berdiri lalu duduk di teras rumah.

Disusul nenek yang telah selesai dengan bertumpuk-tumpuk kardus itu.

"Cucuku dimana ayahmu? Kenapa tidak kau ajak pulang?"

tanya nenek khawatir.

Ternyata nenek juga menghawatirkan ayah.

"Ayah sedang makan angkringan bersama teman-temanya," dustaku.

Aku tidak mau membuat nenek keluar mencari ayah yang hanya akan berakhir sia-sia.

Biarkan seperti ini, hanya kami berdua dengan ketenangan.

Halaman rumah kami dipenuhi tumpukan kardus bekas, benar-benar berantakan tapi itu semua hasil kerja keras nenek, rasanya aku ingin menangis. Padahal sudah kukatakan berkali-kali tidak perlu bekerja, nenek memang keras kepala.

Aku merogoh sakuku lalu mengeluarkan tiga lembar kertas merah.

"Nek, terimalah uang ini. Aku akan bekerja mulai nanti malam jadi nenek tak perlu bekerja." Kataku sambil menyerahkan uang itu.

Tapi nenek malah mendorong tanganku seolah menolak pemberianku, dan berkata.

"Bukanya nenek menolak, tapi barusan kau berkata akan mulai bekerja malam ini. Jadi nenek sedikit ragu," jelas nenek, ia menatapku lekat-lekat.

Kami terdiam sesaat.

Dalam keheningan ini tiba-tiba terdengar suara krucukan, ternyata itu berasal dari perutku.

"Astaga, cucuku sudah lapar ya. Nenek akan ambilkan," ucap nenek.

Nenek masuk kedalam. Aku mulai merenungkan sepertinya ucapan nenek benar, aku harus berhenti memloroti Oja meskipun ia sedikit sombong, dan mulai bekerja keras dengan benar. Dunia ini memang kejam sudah beberapa kali aku mencoba pergi selamanya lebih cepat dari dunia sialan ini, tapi wajah teduh nenek selalu berhasil menggagalkanya.

Rasanya aku ingin menangis, pasti sekarang mataku sudah berkaca-kaca.

tak perlu menunggu lama nenek sudah keluar membawa dua mangkuk penuh kepulan asap dengan aroma yang menggugah selera.

Ah, aku tahu aroma apa ini.

Mataku berbinar begitu mengetahui isi dari mangkuk tersebut, dugaanku benar itu adalah soto dengan potongan tahu kecil sebagai pengganti daging ayam.

Aku langsung mengambilnya dan memakannya dengan lahap, ini adalah makanan kesukaanku. Membuatku kembali teringat kakak, air di ujung mataku sudah tak dapat kutahan, aku menangis.

"Pelan-pelan makanya nanti tersedak." Ujar nenek sambil mengelus lembut kepalaku.

Perkataan nenek justru membuatku semakin menangis, dan juga membuatku tersedak.

"Dasar, keras kepala." Nenek mencubit gemas pipiku lalu bersiap untuk berdiri, namun dengan cepat kucegah.

"Aku tidak butuh minum, aku ingin terus makan soto ini," cegahku dengan suara tertahan karena isak tangis.

Nenek kembali duduk dan ikut memakan sotonya bersamaku, dibawah langit senja yang kian menawan memberikan ketenangan tersendiri didunia yang melelahkan, memaksa kami bekerja keras untuk hidup. Meskipun tak tahu tujuannya.

Aku rindu kakak.

Bab terkait

  • Koma   Announcements

    RIMBA"Bisa nggak nulis kisah orang lain aja, jangan kisah gue, muak gue bacanya males juga nginget masa lalu. Pokoknya bab selanjutnya harus ganti, tulis kisah lain! Fix no debat!""Ssssttttt. Iya, gue ganti. Please..... jangan berisik.""Ganti di bab ini! Sekarang juga!""gimana sih, katanya di bab selanjutnya?""ya, itu tadi. Sekarang udah beda.""cepetannnn!!!""iya, iya. Berisik!"Maaf, Dia emang gitu.Padahal gue belum ada ide. Yaudah deh asal uploud aja, yang penting bisa buat nyumpelin mulut SIRimba.Maaf, yaaaa(╥_╥).Taraaaaa ini diaaaaa........Kupersembahkan kepada kaliannnn.....................GERIMISGerimis ing latar omahNelesi lemah ga

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-28
  • Koma   ILALANG part 1

    Siang menjemput sore menampakan goresan-goresan indah dilangit yang kian gelap, hembusan angin lembut menyentuh kulitku, kurasakan hawa hangat yang membuatku nyaman, tentram. Secangkir kopi mungkin pas untuk menemani sore ini.Hari itu seperti biasanya kulihat seorang perempuan berambut sebahu lengkap dengan gaun putih selutut lengan panjang memandang kosong ke hamparan ilalang liar yang kian memanjang dengan liarnya.Dan seperti biasa juga aku menemaninya duduk di bangku kayu panjang tua tanpa sandaran, megajaknya ngobrol, mendengarkan ceritanya, menepuk punggungnya ketika tatapanya kosong, dan entahlah.Aku meringis samar ketika terdengar bunyi 'kriett' setiap kali kujatuhkan pantatku di bangku tua itu. Sebenarnya sudah beberapa kali aku menawarkan diri megganti bangku itu dengan yang baru, tapi gadis itu pasti akan menatapku tajam kemudian berkata dengan lembut 'kau tak mengerti nilai sejarah ya?'Tanga

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-28
  • Koma   SAPU TANGAN

    Sinar matahari pedesaan terasa hangat di punggung seorang gadis yang tengah mengayuh sepeda sekuat tenaga di jalanan yang sedikit menanjak. Rambut panjangnya di biarkan tergerai indah, gadis itu berkali-kali meniup poninya yang mulai memanjang.Tanpa ia bisa kendalikan tiba-tiba sepedanya jatuh.Gadis berparas manis itu segera bangkit dan memeriksa keaadaan sepedanya, dan benar saja ban-nya bocor, sebuah paku payung menancap kuat di ban karet itu. Ia menghembuskan nafas kasar, menduga yang melakukan pekerjaan usil ini pasti adik laki-lakinya, si bocah ingusan nan pecicilan.Dalam hati ia berikrar tidak akan membantu mengerjakan PR adiknya malam nanti.Gadis itu bergegas menuntun sepedanya menuju bengkel yang selalu dilewati. Akhirnya ia sampai dan dengan tergesa-gesa ia mengatakan kepada abang bengkel bahwa sepedanya akan diambil sepulang sekolah nanti.Dengan kecepatan maksimal gadis berz

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-14
  • Koma   JEBAKAN

    SEROJAApa hidup ini adil untukku?Pertanyaan itu terus terbayang setelah aku menonton flim Rembulan tenggelam di wajahmu. Adaptasi dari novel karya penulis legendaris favoritku Tere liye, dia sudah menjadi idolaku sejak bangku SD sampai batas usiaku yang entah sampai kapan.Setelah kupikir-pikir hidup ini cukup adil untuk diriki sendiri, tapi entah dengan orang lain. Aku menjadi presdir Veritas SMA Victoria, salah satu SMA bergengsi di kota hujan. Yang menurutku satu dari sedikitnya SMA terbaik di Bogor yang letaknya berdekatan dengan desa.Orang-orang di sekolah itu begitu menghormatiku beberapa dari mereka bahkan terlihat takut kepadaku, entah karena apa. Mungkinkah wajahku menakutkan? Sungguh keji jika mereka menganggap rupaku yang tampan ini menakutkan.Tunggu, aku ini bicara apa? Tampan?Aish, apa wajahku ini bisa dibilang tam

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-14
  • Koma   PANGERAN JENDELA

    RIMBAAku menatap dia yang tengah fokus pada buku tebal dengan tulisan besar, FISIKA. Aku tersenyum sinis kepadanya, untuk apa ia belajar mati-matian? Bukankah masa depanya telah terjamin berkat ayahnya yang menjadi kandidat calon walikota?Cih, itukan hanya pencitraan dirinya terhadap guru. Supaya mereka memberikan rasa cinta yang lebih kepada Oja, siswa populer yang ikut andil dalam penguasaan sekolah Victoria. Memecat guru atau pegawai sesuka hatinya, juga tersebar rumor kalau dia pernah menjadi penguntit seorang siswi kelas tiga saat dirinya kelas 10.Rumor itu sebenarnya sudah terkubur sejak lama, tapi tidak ada yang tidak mungkin bagi seorang ahli komputer seperti sahabatku, Gina.Jika bukan karena bujukan maut Gina aku tidak akan sudi berpacaran dengan Oja. Gina mengatakan, dengan menjadi pacarnya sang pangeran maka otomatis aku juga akan kecipratan hartanya. Sudah jelas kalau

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-14
  • Koma   TUAN PUTRI PMS

    SEROJAHari-hari dikelas berjalan seperti biasanya, membosankan. Aku punya banyak teman tapi hanya sebatas nama. Mereka pikir bisa membodohiku dengan menyuruhku mengerjakan pr mereka.Aku melakukan itu hanya karena aku bosan, tidak tahu apa yang harus dilakukan."Oja, kantin yuk."seorang gadis berambut panjang dan tinggi berdiri di sebelahku dengan muka ceria seperti biasa. Dia bernama michel salah satu murid VIP."Yuk." jawabku sambil berdiri dan berjalan bersisihan denganya. Tentunya juga bersama teman-teman yang lain.Aku seperti biasa berpapasan dengan Rimba dan seperti biasa pula kami saling tak sapa, seolah tak pernah bertemu.Tapi berpapasan dengan dia kali ini membuatku mengingat suasana ruang lukis yang begitu tenang.Aku ingin kesana lagi.Dikantin aku tidak perlu berebut bangku sepe

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-14

Bab terbaru

  • Koma   ILALANG part 1

    Siang menjemput sore menampakan goresan-goresan indah dilangit yang kian gelap, hembusan angin lembut menyentuh kulitku, kurasakan hawa hangat yang membuatku nyaman, tentram. Secangkir kopi mungkin pas untuk menemani sore ini.Hari itu seperti biasanya kulihat seorang perempuan berambut sebahu lengkap dengan gaun putih selutut lengan panjang memandang kosong ke hamparan ilalang liar yang kian memanjang dengan liarnya.Dan seperti biasa juga aku menemaninya duduk di bangku kayu panjang tua tanpa sandaran, megajaknya ngobrol, mendengarkan ceritanya, menepuk punggungnya ketika tatapanya kosong, dan entahlah.Aku meringis samar ketika terdengar bunyi 'kriett' setiap kali kujatuhkan pantatku di bangku tua itu. Sebenarnya sudah beberapa kali aku menawarkan diri megganti bangku itu dengan yang baru, tapi gadis itu pasti akan menatapku tajam kemudian berkata dengan lembut 'kau tak mengerti nilai sejarah ya?'Tanga

  • Koma   Announcements

    RIMBA"Bisa nggak nulis kisah orang lain aja, jangan kisah gue, muak gue bacanya males juga nginget masa lalu. Pokoknya bab selanjutnya harus ganti, tulis kisah lain! Fix no debat!""Ssssttttt. Iya, gue ganti. Please..... jangan berisik.""Ganti di bab ini! Sekarang juga!""gimana sih, katanya di bab selanjutnya?""ya, itu tadi. Sekarang udah beda.""cepetannnn!!!""iya, iya. Berisik!"Maaf, Dia emang gitu.Padahal gue belum ada ide. Yaudah deh asal uploud aja, yang penting bisa buat nyumpelin mulut SIRimba.Maaf, yaaaa(╥_╥).Taraaaaa ini diaaaaa........Kupersembahkan kepada kaliannnn.....................GERIMISGerimis ing latar omahNelesi lemah ga

  • Koma   SEMANGKUK SOTO

    RIMBAAngin sepoi-sepoi menerbangkan helaian rambutku. Hari ini tidak ada yang spesial, aku juga tidak pergi ke ruang lukis, karena masih kesal dengan kejadian tempo hari. Aish, si Oja tunggu pembalasanku. Tunggu aku ini bicara, tentu hari ini aku tidak kesana karena hari ini Minggu.Entah mengapa aku benci semua tentangnya, mukanya yang selalu dipuja-puja buatku muak, senyumnya, iuhhh. Ketawanya, rasanya inginku bunuh dengan tanganku.Aku tidak ingin bertemu dengannya.Lebih baik seperti ini duduk sendiri dibangku taman yang luas, ditemani buku novel klasik, dengan alunan musik ghost by skinnyfabs lewat earphone.Ah, aku suka ketenangan ini."Hello, my best!"Sebuah tepukan keras memecah ketenangan ini, ya siapa lagi kalau bukan Gina, sahabatku.Aku hanya meliriknya sekilas kemudian kembali ke nove

  • Koma   TUAN PUTRI PMS

    SEROJAHari-hari dikelas berjalan seperti biasanya, membosankan. Aku punya banyak teman tapi hanya sebatas nama. Mereka pikir bisa membodohiku dengan menyuruhku mengerjakan pr mereka.Aku melakukan itu hanya karena aku bosan, tidak tahu apa yang harus dilakukan."Oja, kantin yuk."seorang gadis berambut panjang dan tinggi berdiri di sebelahku dengan muka ceria seperti biasa. Dia bernama michel salah satu murid VIP."Yuk." jawabku sambil berdiri dan berjalan bersisihan denganya. Tentunya juga bersama teman-teman yang lain.Aku seperti biasa berpapasan dengan Rimba dan seperti biasa pula kami saling tak sapa, seolah tak pernah bertemu.Tapi berpapasan dengan dia kali ini membuatku mengingat suasana ruang lukis yang begitu tenang.Aku ingin kesana lagi.Dikantin aku tidak perlu berebut bangku sepe

  • Koma   PANGERAN JENDELA

    RIMBAAku menatap dia yang tengah fokus pada buku tebal dengan tulisan besar, FISIKA. Aku tersenyum sinis kepadanya, untuk apa ia belajar mati-matian? Bukankah masa depanya telah terjamin berkat ayahnya yang menjadi kandidat calon walikota?Cih, itukan hanya pencitraan dirinya terhadap guru. Supaya mereka memberikan rasa cinta yang lebih kepada Oja, siswa populer yang ikut andil dalam penguasaan sekolah Victoria. Memecat guru atau pegawai sesuka hatinya, juga tersebar rumor kalau dia pernah menjadi penguntit seorang siswi kelas tiga saat dirinya kelas 10.Rumor itu sebenarnya sudah terkubur sejak lama, tapi tidak ada yang tidak mungkin bagi seorang ahli komputer seperti sahabatku, Gina.Jika bukan karena bujukan maut Gina aku tidak akan sudi berpacaran dengan Oja. Gina mengatakan, dengan menjadi pacarnya sang pangeran maka otomatis aku juga akan kecipratan hartanya. Sudah jelas kalau

  • Koma   JEBAKAN

    SEROJAApa hidup ini adil untukku?Pertanyaan itu terus terbayang setelah aku menonton flim Rembulan tenggelam di wajahmu. Adaptasi dari novel karya penulis legendaris favoritku Tere liye, dia sudah menjadi idolaku sejak bangku SD sampai batas usiaku yang entah sampai kapan.Setelah kupikir-pikir hidup ini cukup adil untuk diriki sendiri, tapi entah dengan orang lain. Aku menjadi presdir Veritas SMA Victoria, salah satu SMA bergengsi di kota hujan. Yang menurutku satu dari sedikitnya SMA terbaik di Bogor yang letaknya berdekatan dengan desa.Orang-orang di sekolah itu begitu menghormatiku beberapa dari mereka bahkan terlihat takut kepadaku, entah karena apa. Mungkinkah wajahku menakutkan? Sungguh keji jika mereka menganggap rupaku yang tampan ini menakutkan.Tunggu, aku ini bicara apa? Tampan?Aish, apa wajahku ini bisa dibilang tam

  • Koma   SAPU TANGAN

    Sinar matahari pedesaan terasa hangat di punggung seorang gadis yang tengah mengayuh sepeda sekuat tenaga di jalanan yang sedikit menanjak. Rambut panjangnya di biarkan tergerai indah, gadis itu berkali-kali meniup poninya yang mulai memanjang.Tanpa ia bisa kendalikan tiba-tiba sepedanya jatuh.Gadis berparas manis itu segera bangkit dan memeriksa keaadaan sepedanya, dan benar saja ban-nya bocor, sebuah paku payung menancap kuat di ban karet itu. Ia menghembuskan nafas kasar, menduga yang melakukan pekerjaan usil ini pasti adik laki-lakinya, si bocah ingusan nan pecicilan.Dalam hati ia berikrar tidak akan membantu mengerjakan PR adiknya malam nanti.Gadis itu bergegas menuntun sepedanya menuju bengkel yang selalu dilewati. Akhirnya ia sampai dan dengan tergesa-gesa ia mengatakan kepada abang bengkel bahwa sepedanya akan diambil sepulang sekolah nanti.Dengan kecepatan maksimal gadis berz

DMCA.com Protection Status