Home / Fantasi / Koma / TUAN PUTRI PMS

Share

TUAN PUTRI PMS

Author: Lintang
last update Last Updated: 2021-06-14 19:06:15

SEROJA

Hari-hari dikelas berjalan seperti biasanya, membosankan. Aku punya banyak teman tapi hanya sebatas nama. Mereka pikir bisa membodohiku dengan menyuruhku mengerjakan pr mereka.

Aku melakukan itu hanya karena aku bosan, tidak tahu apa yang harus dilakukan.

"Oja, kantin yuk."

seorang gadis berambut panjang dan tinggi berdiri di sebelahku dengan muka ceria seperti biasa. Dia bernama michel salah satu murid VIP.

"Yuk." jawabku sambil berdiri dan berjalan bersisihan denganya. Tentunya juga bersama teman-teman yang lain.

Aku seperti biasa berpapasan dengan Rimba dan seperti biasa pula kami saling tak sapa, seolah tak pernah bertemu.

Tapi berpapasan dengan dia kali ini membuatku mengingat suasana ruang lukis yang begitu tenang.

Aku ingin kesana lagi.

Dikantin aku tidak perlu berebut bangku seperti anak-anak lain, aku hanya perlu berdiri didekat tempat yang ingin aku tempati dan dengan sendirinya mereka akan menyingkir untukku.

Inilah keuntungan menjadi siswa populer.

"Oja, nanti biar aku bantu ngerjain pr-nya," tawar Michel.

Aku memakan sesuap soto dan menatapnya kemudian terseyum.

"Makasih, tapi kali ini gue pengen sendiri."

Michel kembali menyedot es teh-nya dengan muka masam, sepertinya aku membuatnya kecewa.

Kasian dia, dari kemarin membantuku mengerjakan pr anak-anak. Sebagai gantinya kali ini aku enggak akan membiarkanya kelelahan.

Soto-ku sudah habis, aku mengecek arloji hadiah dari ayahku. Waktu istirahat masih tersisa banyak.

"Aku ketoilet sebentar ya," dustaku.

Teman-teman hanya mengangguk percaya kepadaku.

Aku berjalan menyusuri lorong menju ke tempat favorit baruku, ruang lukis. Meskipun disana ada  si tuan putri PMS tapi aku tak peduli.

Aku terlambat si tuan putri itu sudah sampai duluan, tapi aku sudah terlanjur sampai didepan, jadi kuputuskan masuk dan duduk dijendela.

Rimba juga kelihatanya tidak peduli ia lebih tertarik kepada lukisanya, sekarang dia ngelukis apa ya? Aku penasaran. Kemarin itu lukisanya ter-.

"Apa lihat-lihat?"

Huh, untung aku tidak terjengkal kebelakang, sentakanya itu membuatku kaget, tak salah aku menjulukinya tuan putri PMS. Kerjaanya setiap hari marah-marah terus.

Padahal teman aja sedikit tapi gayanya selangit.

"lukisan lo yang kemarin mana?" tanyaku.

Tapi sepertinya tindakanku ini salah karena mukanya terlihat memerah seperti akan meledak.

"Apa? Mau lo ketawain lagi?" sembur Rimba.

"Astaga, lo tuh salah paham. Kemarin gue ketawa karena lukisan lo terlihat bebas tanpa batas," jelasku.

Rimba terlihat tenang, dia tak memberontak lagi. Rimba hanya menatapku sebentar kemudian melanjutkan lukisanya lagi.

"Rasanya kayak ngetawain hidup gue," gumamku lirih.

"Hah?"

"Apa?"

"Lo, barusan kayak bilang sesuatu."

Aduh, sepertinya dia mendengarku, kalau aku kasih tahu pasti keponya kambuh.

"Bukan apa-apa kok," kilahku.

"Oh," balas Rimba terlihat tak peduli.

Apa? Hanya oh, saja. Bagus lah, dia tak seperti gadis kebanyakan, punya kepo akut.

Iya, aku juga punya penyakit kepo.

Suasana kembali sunyi, aku suka. Tapi, sunyi, bersama Rimba rasanya aneh.

"Gue boleh datang kesini setiap hari enggak?"

Tanyaku.

"Buat lo, boleh-boleh aja," jawabnya tanpa menoleh kearahku.

Apa katanya tadi? Buat gue, khusus buat gue? Dia istimewain gue?

"Khusus buat gue doang?" tanyaku memastikan.

"Ya, secara lo kan, siswa VIP jadi boleh datang kesini sesuka hati," jelasnya. Kali ini sambil menatapku.

Ih, apaan sih aku bisa-bisanya mikir Rimba suka aku, kalau dia sampai suka, perang dunia tiga enggak bisa dihindari.

Aku bales nih, lihat aja dia pasti juga bakal ge-er. Hahaha (tawa jahat).

"Gue suka lo."

"apa?" Rimba menatapku serius, mukanya memerah seperti tomat. Astaga, mati-matian aku menahan tawa. Lucu banget sih, dia.

"Iya, gue suka sama lo yang selalu nepatin janji. Buat pura-pura gak saling kenal." Jelasku, berusaha senatural mungkin.

Tatapan serius Rimba berubah menjadi tatapan bodoh, ia mengerjap-ngerjap beberapa kali, dia terlihat salah tingkah. Namun dia berusaha menutupinya dengan kembali melukis.

"Oh, iya. Namanya juga bisnis." balasnya sambil kembali sibuk melukis.

Rasanya air ludah diujung lidahku ini mau muncrat, aku mengalihkan pandanganku keluar jendela dan sesekali menutupi mulutku dengan lengan. Kalau kalian tahu, aku ingin sekali tertawa sampai puas, sampai perutku sakit.

Tapi tidak jangan, bisa-bisa tuan putri PMS marah lagi. Kedua tanduknya nanti keluar, kan, menakutkan.

"Lo ketawa?" tanya Rimba dengan tatapan tajam.

"E-enggak, siapa yang ketawa," kilahku takut-takut.

"Tadi lo ketawa!" tuding Rimba.

"Enggak."

"Lo ngetawain lukisan gue lagi kan?"

Astaga, sekarang bahkan dia lebih menakutkan.

"Gue bilang enggak, ya enggak."

Sebagai laki-laki sejati aku berusaha tegas, jangan sampai kelihatan letoi didepan perempuan meskipun dia putri PMS.

"Kali ini gue enggak bakal lepasin lo."

Rimba tiba-tiba mendekatiku, salah satu tanganya memegang kuas penuh cat ditudingkan kearahku.

Aku berusaha menjauhinya, dengan berlari keluar ruangan ini. Kulihat dibelakangku Rimba masih berusaha mengejarku dengan ganas, apalagi dengan tatapan itu. Hiiii... Menakutkan.

Segerombolan malaikat penolong berjalan kearahku, salah satunya Michel, berjalan cepat dan menggenggam tanganku dengan tatapan khawatir.

"Lo kenapa Ja? Siapa yang ngejar lo?" Michel menyerangku dengan berbagai pertanyaan.

Ah, perempuan ini masih sama seperti dulu.

"Enggak papa kok, udah lupain aja," jawabku enteng. Masih terengah-engah.

Michel hanya mengangguk, tapi aku yakin pertanyaan-pertanyaan itu masih berputar-putar dikepalanya.

Sedangkan yang lainya terlihat tidak terlalu peduli.

Kami berjalan kembali, aku sesekali melihat kebelakang. Terlihat Rimba yang hanya memandangku kesal dengan memegang erat kuas kotor itu.

Aku sedikit melambaikan tanganku sambil tersenyum mengejek.

Tapi Rimba balas menghunuskan tatapan tajam kepadaku, tatapan yang berbeda dari biasanya, tatapan seolah ia ingin membunuhku.

Dan disaat itulah perasaan bersalah itu muncul.

Padahal kan cuman salah paham, dasar tuan putri PMS.

Related chapters

  • Koma   SEMANGKUK SOTO

    RIMBAAngin sepoi-sepoi menerbangkan helaian rambutku. Hari ini tidak ada yang spesial, aku juga tidak pergi ke ruang lukis, karena masih kesal dengan kejadian tempo hari. Aish, si Oja tunggu pembalasanku. Tunggu aku ini bicara, tentu hari ini aku tidak kesana karena hari ini Minggu.Entah mengapa aku benci semua tentangnya, mukanya yang selalu dipuja-puja buatku muak, senyumnya, iuhhh. Ketawanya, rasanya inginku bunuh dengan tanganku.Aku tidak ingin bertemu dengannya.Lebih baik seperti ini duduk sendiri dibangku taman yang luas, ditemani buku novel klasik, dengan alunan musik ghost by skinnyfabs lewat earphone.Ah, aku suka ketenangan ini."Hello, my best!"Sebuah tepukan keras memecah ketenangan ini, ya siapa lagi kalau bukan Gina, sahabatku.Aku hanya meliriknya sekilas kemudian kembali ke nove

    Last Updated : 2021-06-14
  • Koma   Announcements

    RIMBA"Bisa nggak nulis kisah orang lain aja, jangan kisah gue, muak gue bacanya males juga nginget masa lalu. Pokoknya bab selanjutnya harus ganti, tulis kisah lain! Fix no debat!""Ssssttttt. Iya, gue ganti. Please..... jangan berisik.""Ganti di bab ini! Sekarang juga!""gimana sih, katanya di bab selanjutnya?""ya, itu tadi. Sekarang udah beda.""cepetannnn!!!""iya, iya. Berisik!"Maaf, Dia emang gitu.Padahal gue belum ada ide. Yaudah deh asal uploud aja, yang penting bisa buat nyumpelin mulut SIRimba.Maaf, yaaaa(╥_╥).Taraaaaa ini diaaaaa........Kupersembahkan kepada kaliannnn.....................GERIMISGerimis ing latar omahNelesi lemah ga

    Last Updated : 2021-08-28
  • Koma   ILALANG part 1

    Siang menjemput sore menampakan goresan-goresan indah dilangit yang kian gelap, hembusan angin lembut menyentuh kulitku, kurasakan hawa hangat yang membuatku nyaman, tentram. Secangkir kopi mungkin pas untuk menemani sore ini.Hari itu seperti biasanya kulihat seorang perempuan berambut sebahu lengkap dengan gaun putih selutut lengan panjang memandang kosong ke hamparan ilalang liar yang kian memanjang dengan liarnya.Dan seperti biasa juga aku menemaninya duduk di bangku kayu panjang tua tanpa sandaran, megajaknya ngobrol, mendengarkan ceritanya, menepuk punggungnya ketika tatapanya kosong, dan entahlah.Aku meringis samar ketika terdengar bunyi 'kriett' setiap kali kujatuhkan pantatku di bangku tua itu. Sebenarnya sudah beberapa kali aku menawarkan diri megganti bangku itu dengan yang baru, tapi gadis itu pasti akan menatapku tajam kemudian berkata dengan lembut 'kau tak mengerti nilai sejarah ya?'Tanga

    Last Updated : 2021-08-28
  • Koma   SAPU TANGAN

    Sinar matahari pedesaan terasa hangat di punggung seorang gadis yang tengah mengayuh sepeda sekuat tenaga di jalanan yang sedikit menanjak. Rambut panjangnya di biarkan tergerai indah, gadis itu berkali-kali meniup poninya yang mulai memanjang.Tanpa ia bisa kendalikan tiba-tiba sepedanya jatuh.Gadis berparas manis itu segera bangkit dan memeriksa keaadaan sepedanya, dan benar saja ban-nya bocor, sebuah paku payung menancap kuat di ban karet itu. Ia menghembuskan nafas kasar, menduga yang melakukan pekerjaan usil ini pasti adik laki-lakinya, si bocah ingusan nan pecicilan.Dalam hati ia berikrar tidak akan membantu mengerjakan PR adiknya malam nanti.Gadis itu bergegas menuntun sepedanya menuju bengkel yang selalu dilewati. Akhirnya ia sampai dan dengan tergesa-gesa ia mengatakan kepada abang bengkel bahwa sepedanya akan diambil sepulang sekolah nanti.Dengan kecepatan maksimal gadis berz

    Last Updated : 2021-06-14
  • Koma   JEBAKAN

    SEROJAApa hidup ini adil untukku?Pertanyaan itu terus terbayang setelah aku menonton flim Rembulan tenggelam di wajahmu. Adaptasi dari novel karya penulis legendaris favoritku Tere liye, dia sudah menjadi idolaku sejak bangku SD sampai batas usiaku yang entah sampai kapan.Setelah kupikir-pikir hidup ini cukup adil untuk diriki sendiri, tapi entah dengan orang lain. Aku menjadi presdir Veritas SMA Victoria, salah satu SMA bergengsi di kota hujan. Yang menurutku satu dari sedikitnya SMA terbaik di Bogor yang letaknya berdekatan dengan desa.Orang-orang di sekolah itu begitu menghormatiku beberapa dari mereka bahkan terlihat takut kepadaku, entah karena apa. Mungkinkah wajahku menakutkan? Sungguh keji jika mereka menganggap rupaku yang tampan ini menakutkan.Tunggu, aku ini bicara apa? Tampan?Aish, apa wajahku ini bisa dibilang tam

    Last Updated : 2021-06-14
  • Koma   PANGERAN JENDELA

    RIMBAAku menatap dia yang tengah fokus pada buku tebal dengan tulisan besar, FISIKA. Aku tersenyum sinis kepadanya, untuk apa ia belajar mati-matian? Bukankah masa depanya telah terjamin berkat ayahnya yang menjadi kandidat calon walikota?Cih, itukan hanya pencitraan dirinya terhadap guru. Supaya mereka memberikan rasa cinta yang lebih kepada Oja, siswa populer yang ikut andil dalam penguasaan sekolah Victoria. Memecat guru atau pegawai sesuka hatinya, juga tersebar rumor kalau dia pernah menjadi penguntit seorang siswi kelas tiga saat dirinya kelas 10.Rumor itu sebenarnya sudah terkubur sejak lama, tapi tidak ada yang tidak mungkin bagi seorang ahli komputer seperti sahabatku, Gina.Jika bukan karena bujukan maut Gina aku tidak akan sudi berpacaran dengan Oja. Gina mengatakan, dengan menjadi pacarnya sang pangeran maka otomatis aku juga akan kecipratan hartanya. Sudah jelas kalau

    Last Updated : 2021-06-14

Latest chapter

  • Koma   ILALANG part 1

    Siang menjemput sore menampakan goresan-goresan indah dilangit yang kian gelap, hembusan angin lembut menyentuh kulitku, kurasakan hawa hangat yang membuatku nyaman, tentram. Secangkir kopi mungkin pas untuk menemani sore ini.Hari itu seperti biasanya kulihat seorang perempuan berambut sebahu lengkap dengan gaun putih selutut lengan panjang memandang kosong ke hamparan ilalang liar yang kian memanjang dengan liarnya.Dan seperti biasa juga aku menemaninya duduk di bangku kayu panjang tua tanpa sandaran, megajaknya ngobrol, mendengarkan ceritanya, menepuk punggungnya ketika tatapanya kosong, dan entahlah.Aku meringis samar ketika terdengar bunyi 'kriett' setiap kali kujatuhkan pantatku di bangku tua itu. Sebenarnya sudah beberapa kali aku menawarkan diri megganti bangku itu dengan yang baru, tapi gadis itu pasti akan menatapku tajam kemudian berkata dengan lembut 'kau tak mengerti nilai sejarah ya?'Tanga

  • Koma   Announcements

    RIMBA"Bisa nggak nulis kisah orang lain aja, jangan kisah gue, muak gue bacanya males juga nginget masa lalu. Pokoknya bab selanjutnya harus ganti, tulis kisah lain! Fix no debat!""Ssssttttt. Iya, gue ganti. Please..... jangan berisik.""Ganti di bab ini! Sekarang juga!""gimana sih, katanya di bab selanjutnya?""ya, itu tadi. Sekarang udah beda.""cepetannnn!!!""iya, iya. Berisik!"Maaf, Dia emang gitu.Padahal gue belum ada ide. Yaudah deh asal uploud aja, yang penting bisa buat nyumpelin mulut SIRimba.Maaf, yaaaa(╥_╥).Taraaaaa ini diaaaaa........Kupersembahkan kepada kaliannnn.....................GERIMISGerimis ing latar omahNelesi lemah ga

  • Koma   SEMANGKUK SOTO

    RIMBAAngin sepoi-sepoi menerbangkan helaian rambutku. Hari ini tidak ada yang spesial, aku juga tidak pergi ke ruang lukis, karena masih kesal dengan kejadian tempo hari. Aish, si Oja tunggu pembalasanku. Tunggu aku ini bicara, tentu hari ini aku tidak kesana karena hari ini Minggu.Entah mengapa aku benci semua tentangnya, mukanya yang selalu dipuja-puja buatku muak, senyumnya, iuhhh. Ketawanya, rasanya inginku bunuh dengan tanganku.Aku tidak ingin bertemu dengannya.Lebih baik seperti ini duduk sendiri dibangku taman yang luas, ditemani buku novel klasik, dengan alunan musik ghost by skinnyfabs lewat earphone.Ah, aku suka ketenangan ini."Hello, my best!"Sebuah tepukan keras memecah ketenangan ini, ya siapa lagi kalau bukan Gina, sahabatku.Aku hanya meliriknya sekilas kemudian kembali ke nove

  • Koma   TUAN PUTRI PMS

    SEROJAHari-hari dikelas berjalan seperti biasanya, membosankan. Aku punya banyak teman tapi hanya sebatas nama. Mereka pikir bisa membodohiku dengan menyuruhku mengerjakan pr mereka.Aku melakukan itu hanya karena aku bosan, tidak tahu apa yang harus dilakukan."Oja, kantin yuk."seorang gadis berambut panjang dan tinggi berdiri di sebelahku dengan muka ceria seperti biasa. Dia bernama michel salah satu murid VIP."Yuk." jawabku sambil berdiri dan berjalan bersisihan denganya. Tentunya juga bersama teman-teman yang lain.Aku seperti biasa berpapasan dengan Rimba dan seperti biasa pula kami saling tak sapa, seolah tak pernah bertemu.Tapi berpapasan dengan dia kali ini membuatku mengingat suasana ruang lukis yang begitu tenang.Aku ingin kesana lagi.Dikantin aku tidak perlu berebut bangku sepe

  • Koma   PANGERAN JENDELA

    RIMBAAku menatap dia yang tengah fokus pada buku tebal dengan tulisan besar, FISIKA. Aku tersenyum sinis kepadanya, untuk apa ia belajar mati-matian? Bukankah masa depanya telah terjamin berkat ayahnya yang menjadi kandidat calon walikota?Cih, itukan hanya pencitraan dirinya terhadap guru. Supaya mereka memberikan rasa cinta yang lebih kepada Oja, siswa populer yang ikut andil dalam penguasaan sekolah Victoria. Memecat guru atau pegawai sesuka hatinya, juga tersebar rumor kalau dia pernah menjadi penguntit seorang siswi kelas tiga saat dirinya kelas 10.Rumor itu sebenarnya sudah terkubur sejak lama, tapi tidak ada yang tidak mungkin bagi seorang ahli komputer seperti sahabatku, Gina.Jika bukan karena bujukan maut Gina aku tidak akan sudi berpacaran dengan Oja. Gina mengatakan, dengan menjadi pacarnya sang pangeran maka otomatis aku juga akan kecipratan hartanya. Sudah jelas kalau

  • Koma   JEBAKAN

    SEROJAApa hidup ini adil untukku?Pertanyaan itu terus terbayang setelah aku menonton flim Rembulan tenggelam di wajahmu. Adaptasi dari novel karya penulis legendaris favoritku Tere liye, dia sudah menjadi idolaku sejak bangku SD sampai batas usiaku yang entah sampai kapan.Setelah kupikir-pikir hidup ini cukup adil untuk diriki sendiri, tapi entah dengan orang lain. Aku menjadi presdir Veritas SMA Victoria, salah satu SMA bergengsi di kota hujan. Yang menurutku satu dari sedikitnya SMA terbaik di Bogor yang letaknya berdekatan dengan desa.Orang-orang di sekolah itu begitu menghormatiku beberapa dari mereka bahkan terlihat takut kepadaku, entah karena apa. Mungkinkah wajahku menakutkan? Sungguh keji jika mereka menganggap rupaku yang tampan ini menakutkan.Tunggu, aku ini bicara apa? Tampan?Aish, apa wajahku ini bisa dibilang tam

  • Koma   SAPU TANGAN

    Sinar matahari pedesaan terasa hangat di punggung seorang gadis yang tengah mengayuh sepeda sekuat tenaga di jalanan yang sedikit menanjak. Rambut panjangnya di biarkan tergerai indah, gadis itu berkali-kali meniup poninya yang mulai memanjang.Tanpa ia bisa kendalikan tiba-tiba sepedanya jatuh.Gadis berparas manis itu segera bangkit dan memeriksa keaadaan sepedanya, dan benar saja ban-nya bocor, sebuah paku payung menancap kuat di ban karet itu. Ia menghembuskan nafas kasar, menduga yang melakukan pekerjaan usil ini pasti adik laki-lakinya, si bocah ingusan nan pecicilan.Dalam hati ia berikrar tidak akan membantu mengerjakan PR adiknya malam nanti.Gadis itu bergegas menuntun sepedanya menuju bengkel yang selalu dilewati. Akhirnya ia sampai dan dengan tergesa-gesa ia mengatakan kepada abang bengkel bahwa sepedanya akan diambil sepulang sekolah nanti.Dengan kecepatan maksimal gadis berz

DMCA.com Protection Status