Beranda / Sci-Fi / Koloni Betaverse / 4. Better to Take a Look

Share

4. Better to Take a Look

Penulis: Joel Amri
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-24 16:47:51

"Pemerintah berencana membangun Auto Pinned Grid System untuk semua jalan dalam kota di Jakarta. Proyek tersebut ditargetkan selesai pada 2254 nanti. Apabila terlaksana, sebagai konsekuensinya kendaraan pribadi bermesin yang tidak dapat terintegrasi dengan APGS seperti mobil dan sepeda motor, akan ditiadakan dari jalanan ibu kota." Dila membacakan resume berita seputar Jakarta. "Maaf, Andy. Ini berita buruk untuk Beetle kamu."

"Oh, ya! Semoga pada saat itu aku sudah bisa membangun rumah di Weleri. Akan kubawa dia ke sana."

Mobil Beetle listrik kabriolet putih itu adalah koleksi akongnya. Kondisi mobil buatan Jerman yang desainnya terinspirasi dari bentuk kumbang itu sangat terawat. Dalam surat wasiat yang dibacakan setelah kakeknya itu wafat, nama Andy disebutkan berhak mewarisi mobil tersebut. Selain itu dia juga memperoleh sepetak lahan di Weleri, Jawa Tengah. 

Namun, berita soal rencana pembangunan APGS itu memang tidak ditemuinya

di Global Earth Network, atau setidaknya di media tersebut ia tidak masuk dalam berita terkini terkait Jakarta.

"Tapi, bukan berita itu yang aku cari. Adakah berita terkini tentang lockdown di Jakarta?"

"Baiklah. Tunggu beberapa detik!"

Dengan sepeda gunung berangka kuning hitamnya, Andy membelah jalan utama di Betaverse. Tanpa lalu lalang mobil, mobdron, atau kendaraan besar bermesin lainnya, suasana di jalan raya itu menjadi seperti jalanan plaza. Bahkan kadang terdapat segerombolan burung pipit yang berhamburan saat dia lewat.

"Tajuk rencana yang terbit hari ini membahas tentang lockdown di Jawa. Artinya, Jakarta juga termasuk, bukan?"

"Please deh, Dil!"

"Baiklah. Mengikuti perkembangan terakhir dampak virus Z di dunia, juga laporan hasil penelitian ilmiah mengenai hubungan gejala yang timbul akibat infeksi virus Z dengan faktor-faktor imunitas fisik dan psikologis, maka isolasi menyeluruh atau lockdown di semua wilayah di Jawa tidak bisa dihindari."

"Teruskan!" kata Andy setelah Dila berhenti bersuara beberapa saat.

"Kamu ingin aku membaca resume atau keseluruhannya?"

"Highlight, tapi dipersingkat."

"Hem. Pernyataan Panglima TNI bahwa ancaman virus Z tidak boleh dipandang sebelah mata telah memunculkan polemik di antara anggota DPR yang saling berseberangan. Sementara, kemarin beberapa senator dari wilayah Sumatra juga menyuarakan kekhawatiran terhadap peningkatan jumlah orang yang terinfeksi virus Z di pulau itu. Mereka meminta penambahan jumlah mesin lab pendeteksi digital di setiap provinsi. Seorang sosiolog dari Universitas Nasional Australia memberi peringatan akan terjadinya krisis sosial terutama di wilayah perkotaan di Pulau Jawa. Kesimpulan itu dia dapatkan dari hasil simulasi yang dilakukan dengan mengacu pada mutasi virus Z terkini yang terjadi di seluruh dunia. Profesor Munir, orang yang pertama kali meramalkan keberadaan virus Z satu dekade lalu, juga tidak membantah kesimpulan tersebut."

"Tunggu! Bagaimana dengan lockdown? Apakah itu baru sekadar isu?"

"Menurut redaksi Betalook, jika faktor dan variabelnya terpenuhi, lockdown di seluruh Jawa akan terjadi paling lambat satu bulan ke depan dan paling cepat satu minggu ini."

"Jadi, itu hanya prediksi … hanya opini."

"Kamu bisa coba memeriksanya dengan DefineXD."

"Oke, cobalah!"

"Baiklah. Tunggu sebentar."

Dua kilometer di depannya, di ujung jalan, tampak menjulang Menara Oracle, gedung pencakar langit setinggi 240 meter. Secara struktur bangunan, ia berupa gedung tabung bertumpuk tetapi dengan desain kontemporer yang aerodinamis. Balai kota dan segenap departemen, kecuali Departemen Kepolisian, berkantor di gedung tersebut.

"Artikel tersebut valid!"

"Valid? Untuk sebuah peristiwa yang belum terjadi?"

"Kamu bertanya?"

"Oke, sudahlah, Dil!"

Untuk sebuah media elegan, dengan iklan berkelas dari sebuah tempat yang dibangun dengan mengagungkan teknologi tinggi dan terdepan dalam konsep pemikiran, melayani masyarakat berpendidikan yang penuh kedisiplinan dan keteraturan, zero corruption, sejauh ini isi pemberitaan Betaverse Outlook tidak dapat dijadikan pegangan karena menurutnya, sebuah opini, bagaimanapun, bukanlah fakta. Tidak ada lockdown sepulau Jawa hari ini. Secara jurnalistik bahkan Tablet Metro, media lokal Jakarta, jadi terasa lebih baik. Walaupun mereka memberitakan soal perceraian artis atau biduan yang selingkuh setidaknya itu fakta.

Andy ingin fokus mengayuh sepedanya.  Namun, lamat-lamat dia menyadari kekesalannya kepada satu-satunya media yang dimiliki kota ini, berlebihan. Betalook berhak untuk menulis yang menurut mereka layak disiarkan. Jika dia tak setuju pun tidak ada yang melarang. 

Barangkali kekesalannya sesungguhnya bukan kepada aplikasi berita itu melainkan kenyataan bahwa dia masih belum bisa mengetahui kabar keluarganya. Ironisnya, hanya isu dari Betaverse Outlook yang bisa disambungkan dengan persoalannya itu. Dalam hal ini fakta seterang apapun mengenai perceraian dan perselingkuhan selebriti sama sekali tidak akan membantunya.

"Dila, putarkan album pramilenium!"

"Baiklah. Play randomly!"

"No! Grunge only!" pinta Andy sambil mempercepat putaran gir sepedanya.

Sebelum tiba di pertigaan tempat Menara Oracle berdiri, di sisi kanan jalan, terdapat sebuah papan layar videotron berbahan amoxled yang setipis kaca. Papan itu melekat vertikal menutupi sebagian jendela kaca di tiga tingkat pertama sebuah gedung perkantoran yang lebih rendah dari Menara Oracle. 

Dia hafal dengan satu iklan sebuah media pada papan layar itu yang juga menunjukkan lokasi kantornya. Kantor Betaverse Outlook berada di tiga lantai tersebut. Video animasi tiga dimensi itu menampilkan objek teleskop dan mikroskop serta permainan teks dalam hitam putih yang memikat dengan kesan yang tegas, berkelas dan canggih.

“Betaverse Outlook … Betalook … Better to take a look!” 

Ada keingintahuan yang muncul tiba-tiba di benaknya. Inikah kekuatan sebuah iklan? Sekarang baru disadarinya, gambar teleskop dan mikroskop itu hadir bukan sebagai elemen desain semata. Kami mengamati dan meneliti, pasti begitu kira-kira maksudnya. Orang-orang seakan digoda untuk melihat lebih saksama isi pemberitaan Betalook. Hal lainnya, semboyan pada iklan Betaverse Outlook itu memicu memorinya tentang Kota Betaverse itu sendiri. 

Kota mengagumkan ini sudah semacam utopia. Sejak SD Andy sering mendengar cerita tentang Betaverse dengan segala keistimewaan dan kecanggihannya yang bagaikan kisah fiksi sains. Keajaiban pertama yang membekas adalah cerita disertai rekaman video tentang alun-alun Kota Betaverse yang berubah menjadi stadion sepak bola yang megah hanya dalam hitungan jam. Setelah selesai digunakan stadion itu secara otomatis dikemas ulang dan disimpan ke bawah tanah hingga alun-alun yang asri itu kembali ke keadaan semula. Sangat luar biasa. Terlalu fantastis sehingga dia menganggapnya itu hanya sebuah video animasi.

Kemudian setelah dewasa ketika dia menyaksikannya langsung, bahkan menjadi warga Kota Betaverse yang bekerja di kantor pemerintah, tentu saja dia percaya dengan keajaiban-keajaiban itu walaupun kesan yang didapatkannya tidak seajaib dulu. Hal itu karena dalam kuliahnya dia mempelajari juga ilmu teknik mutakhir yang diterapkan di Betaverse. Salah satunya adalah teknik mekanisme transformasi arsitektur seperti yang digunakan pada stadion sepak bola tersebut.

Jadi, barangkali, sebaiknya dia memeriksanya terlebih dulu sebelum membantah isi tajuk rencana Betaverse Outlook. It's better to take a look.

"Dila, siapa sih pemilik media Betalook?"

"George C. Lee."

"Diplomat Cheng? Pendiri Kota Betaverse?"

"Kamu bertanya? Jika ya, jawabannya adalah ya, kamu benar."

"Lantas, siapa pemimpin redaksinya?"

"George C. Lee alias Diplomat Cheng."

"Astaga! Sekarang aku benar-benar tidak dapat mengabaikan isinya begitu saja."

***

Bab terkait

  • Koloni Betaverse   5. Babah dan Ningsih

    Jakarta Timur, April 2250 Ningsih memanggil ayahnya dengan Babah, atau Babah Su'eb. Kata ibunya, itu gara-gara waktu pertama diajari bicara lidahnya tidak mau mengucapkan kata Abah dengan benar. Lalu untuk seterusnya panggilan Babah itu terpatri di lidahnya. Sementara ibunya selalu memanggil dengan Abah, atau Abah Su'eb. Demikian pula sebaliknya, Babah suka memanggilnya dengan Dewi. Babah jelas tahu nama lengkapnya adalah Sri Ningsih. Ibunya selalu memanggilnya Ningsih. Babah sendiri mengaku tidak ingat sejak kapan dia mulai memanggilnya dengan nama berbeda. Mulyo yang baru dua setengah tahun dengan lidah mungilnya sudah bisa pula memanggil namanya, Kak Ningsih. Namun, bocah laki-laki itu seperti tidak terlalu peduli dengannya dan selalu menempel pada ibu. Mereka berempat selama ini tinggal di ladang mobil. Itu adalah sebuah lahan datar seluas lapangan bola tempat ratusan bangkai mobil bekas ditelantarkan. Babah bertanggung jawab mencarikan mereka bangkai mobil yang layak untuk ti

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-24
  • Koloni Betaverse   6. Mom and Dad

    Menara Oracle memiliki jalan masuk terbuka tanpa pagar pembatas. Andy melewati halaman berlantai batu alam berwarna kelabu dan bersamanya terlihat sejumlah karyawan yang datang dengan otopet listrik. Mereka yang energik dan tinggal dalam radius satu kilometer dari kantor, umumnya lebih memilih jalan di permukaan daripada streamline, apalagi bagi mereka yang berjiwa muda, mengendarai otopet listrik memberi kesenangan tersendiri. Di lahan parkir basement, Andy bertemu sekelompok karyawan yang tampak saling akrab sedang memarkir otopet mereka. Dia mengenali salah satunya, yaitu seorang perempuan petugas kebersihan di departemennya. Petugas kebersihan memang datang pagi-pagi. Mereka semua profesional. Di Menara Oracle tidak ada pekerjaan yang dipandang sebagai pekerjaan tenaga kasar. Petugas kebersihan seperti perempuan itu telah mengikuti pelatihan minimal selama satu bulan seperti dirinya sebelum resmi mendapatkan kartu identitas warga Betaverse. Di kartu itu status mereka tercantum

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-24
  • Koloni Betaverse   7. Orang-Orang Aneh

    Jumat itu matahari semakin tinggi, Babah kembali menarik gerobak barangnya. Dia mendongak ketika sejumlah mobdron melintas di langit di atas jalan raya. Mereka terbang memasuki Jakarta tanpa hambatan. Dunia orang-orang atas, dia menyebutnya begitu. Sebentar lagi pukul sembilan, dia hanya punya waktu satu jam untuk berkeliling sebelum tiba di rumah singgah tempat Ningsih bersekolah. Sementara itu, Ningsih berjalan di sisi kiri gerobak. Dia sembunyi dari orang-orang aneh di atas trotoar di seberang jalan. Mobdron terbang rendah di langit bagai kawanan burung yang melintas tiada habis-habisnya, tidak bisa mengalihkan pikiran buruk yang menghantui Ningsih. Sesekali gadis itu mencuri pandang ke belakang untuk memastikan. Babah benar bahwa jarak mereka terlalu jauh. Mobil listrik yang berjejalan juga menghalangi mereka. Selain itu arah jalan mereka berlawanan. Setelah melangkah beberapa lama dan mereka semakin menjauh, Ningsih kembali bernapas lega. Pengalaman kemarin dulu sungguh membu

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-30
  • Koloni Betaverse   8. Tongkat Pemukul Hitam

    Pemuda yang lengannya diringkus itu tidak terlihat melawan. Namun, dia tidak pula mengalah. "Ayo pulang!" seru si pengendara mobil. Kemudian lelaki itu beralih menghardik para pemuda yang lain, “Kalian para gabutan, pulang sana!” Masih tidak ada sedikit pun suara dari mulut orang-orang aneh tersebut. Lelaki itu mencoba menyeret tubuh terbungkus mantel merah bertudung ke kursi penumpang. Akan tetapi, alih-alih berhasil, malah dia yang terempas ke kap mobil. Lehernya tampak dicengkam tangan kurus si pemuda. Sejurus kemudian kepala bertudung merah itu bergerak mendekat ke leher lelaki tersebut. Mukanya terhalang tudung, tidak jelas yang hendak dia perbuat. Akan tetapi, gerak meronta si lelaki terkesan seolah sedang berjuang melepaskan diri dari ancaman gigitan penyerangnya. Pada saat genting si pengendara mobil berhasil menyergap serangan itu dengan tangannya yang terlihat kepayahan, sementara, suaranya terdengar parau dan tersedak ketika mencoba berteriak. Ningsih yang ketakutan,

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-04
  • Koloni Betaverse   9. Kesaksian Shellyn

    Setelah memberi instruksi kepada Said untuk persiapan ruang rapat, Bu Asti mendatangi ruang kerja Divisi Perencanaan. Di situ dia menggantikan Andy sementara untuk menjaga komunikasi dengan Shellyn. Salah satu tugasnya sebagai sekretaris kantor adalah membantu karyawan yang sedang bermasalah. "Aku akan kembali, sepuluh menit. Aku harus mandi. Di sini ada Bu Asti, teman kerjaku. Bu Asti, ini Shellyn!" Andy menggeser sedikit tablet lipat kantornya, memperkenalkan Bu Asti kepada Shellyn. "Hai, Shellyn!" Bu Asti tersenyum lebar menatap layar tipis 17 inci. "Terima kasih sebelumnya, Bu!" ucap Andy setengah berbisik. Bu Asti memalingkan kepalanya. "Sudah cepat sana, atau saya terpaksa mengisi ulang pengharum ruangan!" "O, ya, semua sudah terkendali. Kami sudah menghubungi rumah sakit. Shellyn tinggal menunggu petugas medis datang. Dia hanya perlu ditemani agar tidak panik," cecar Andy sambil meninggalkan ruang kerjanya. Bu Asti mengangguk dan kembali menatap Shellyn di layar. "Ngomon

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-06
  • Koloni Betaverse   10. Seperti Zombi

    Bu Asti masih terkesima melihat reaksi Andy. Dari pintu muncul Wenny dengan seperangkat alat kebersihan yang dibawa oleh troli AI yang membuntutinya dari belakang. Biasanya pekerjaan Wenny di seluruh ruangan seksi Divisi Perencanaan telah rampung sebelum jam delapan. "Selamat pagi semua!" sapa Wenny, formal. Perempuan bertubuh jangkung tersebut menurunkan robot pembersih lantai berupa benda kotak ergonomis selebar timbangan badan ke lantai bermaterial kayu parket. Seksi kantor Divisi Perencanaan sendiri berbentuk memanjang dan memiliki sebuah koridor dengan ruang-ruang kerja terbuka. Luas masing-masing studio itu sembilan meter persegi yang disekat-sekat oleh dinding. "Tidak ada." Dila menjawab pertanyaan Andy. “Aku rasa peristiwa di pinggir jalan semacam itu bukan sebuah berita sebelum dilaporkan ke polisi.” "Tidak ada? Sama sekali?" "Tetapi, ada penjelasan pakar yang berkaitan dengan cerita Shellyn." "Oh, kamu mengikuti video call Shellyn? Aku lupa, tentu saja!" "Please, deh, A

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-07
  • Koloni Betaverse   11. Hadiah Ulang Tahun

    Lantunan ayat Qur'an Jumat siang itu datang dari masjid di samping rumah singgah. Babah memarkir gerobaknya di luar pagar di sudut dekat tong sampah. Ningsih telah masuk ke dalam, sementara, Babah mengaso di bangku kecil di bawah pohon ceri tempat anak-anak biasa bermain. Babah belum pergi sebab hari itu dia mempunyai janji bertemu dengan Bang Amir. Rumah singgah bagi anak-anak telantar itu menyediakan ruang belajar dengan barisan meja kursi dari kayu. Ningsih selalu memilih meja di pojok dekat pintu. Ia akan duduk diam di situ memperhatikan guru yang mengajar dengan papan putih dan spidol. Hari itu yang mengajar mereka, seorang guru baru bernama Evi. Sepertinya perempuan berhijab itu seorang mahasiswi. Dia masih muda, mungkin sepantaran dengan Bang Amir. Jam pertama, Kak Evi mengajar Geografi. Dia bertanya kepada murid-murid tentang Indonesia. Para anak laki-laki dengan lantang meneriakkan jawaban yang memang mudah. Mereka rata-rata berumur 12 tahun, masih berwajah kanak-kanak teta

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-08
  • Koloni Betaverse   12. Sedikit Lagi

    Babah bangkit dari duduknya, meregangkan badan. Dia siap kembali berangkat. Masih ada yang mengganjal di benaknya seminggu ini. Babah sedang mencari sebuah benda penting untuk mobil bekas yang sedang ditukanginya di ladang mobil. Dia harus kembali berkeliling dan berharap di Pasar Besi akan menemukan benda tersebut. Pasar Besi adalah tempat jual beli suku cadang bekas pelbagai jenis mesin. “Kamu sudah akan pergi, Pak?” tanya Bang Amir. Anak muda itu berdiri menjulurkan tangannya. “Ya, eh, maaf, tanganku kotor!” Babah hendak menolak menyalami tetapi Bang Amir tetap saja menjabat tangan kasarnya. “Menemukan banyak barang rongsok pagi ini?” “Hanya beberapa kardus … ditambah panci aluminium rusak pemberian orang.” "Aku pernah berpikir coba seandainya Bapak menemukan satu tas penuh koin emas di jalan." "Kalau seperti itu … tak semudah membayangkannya. Aku hanya mengambil yang telah dibuang orang. Dan, hanya orang tidak waras yang bersedia membuang koin emas satu tas." Babah tersenyum

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-13

Bab terbaru

  • Koloni Betaverse   30. Gabutan di Pulau Betaverse

    Andy telah selesai berbicara melalui telepon dengan Udin ketika turun di spot streamline di bawah gedung Oracle. Sopir mobil jet Profesor Munir itu sepakat untuk terbang membawa Andy ke seberang pukul sembilan. Si sopir bersemangat menawarinya untuk mengantar langsung ke Jakarta tetapi Andy tetap menolak. Setelah keberangkatannya hampir pasti Andy meminta Dila mencarikan tiket kereta atau bus jurusan Tegal—Jakarta untuk siang ini. Andy juga membaca berita terbaru tentang lockdown agar tidak melewatkan perkembangan yang berlangsung cepat seperti yang terjadi semalam. Editorial Betaverse Outlook mengatakan, tinggal menunggu waktu Kota Betaverse menghadapi persoalan yang sama dengan kota-kota lain di Jawa. Andy berkutat dengan tabletnya hingga anak tangga elevator bertemu marmer lantai bawah tanah yang berkilau. Spot perhentian itu bermandikan cahaya lampu, sangat mencolok dibandingkan lorong gelap di jalur lintasan pod cab. Di area masuk, pengguna streamline lebih ramai d

  • Koloni Betaverse   29. Alasan Abstrak

    Dewan kota diisi para tokoh penting Betaverse. Namun, lima puluh orang itu tidak dipilih lewat pemilu seperti anggota parlemen. Dengan jumlah warga sekitar tiga ratus ribu jiwa, Betaverse menggunakan sistem musyawarah yang lebih sederhana dibandingkan kota-kota di Pantura. Semua warga Betaverse berhak mendaftar untuk ikut dalam rapat. Serta-merta mereka dapat menjadi anggota dewan kota berdasar ketentuan dan kondisi dari Panitia. Tentu saja semua pendaftar diseleksi agar sesuai yang dibutuhkan. Cara lain adalah melalui undangan dari Panitia. "Cara kedua itu yang lebih banyak dipakai. Terutama untuk rapat dadakan," jelas Profesor Munir sambil mengusap tangannya dengan semprotan antiseptik. Andy duduk menghadap beliau sambil mendengar penjelasan tentang rapat dewan kota Betaverse. Sebelumnya sebagai pembuka percakapan Andy memberi tahu yang dilihatnya di lantai 55 kepada sang profesor. Andy berasumsi beliau mengetahui rencana rapat tersebut dan bahwa acara di aula

  • Koloni Betaverse   28. Lorong Streamline

    Memelesat di dalam pod cab dengan jendela bening transparan lebih terasa hidup daripada mode sembunyi. Andy merekam video pemandangan di depannya dengan tablet. Dia merasa takjub seperti saat awal-awal kepindahannya ke Betaverse. Andy tahu ada kemungkinan, atau lebih tepatnya risiko, dia akan meninggalkan kota ini demi membersamai Mom, Dad, dan Shellyn. Meski singkat, menjadi warga Betaverse sudah merupakan pengalaman yang sangat berkesan. Tidak akan ditemuinya lagi moda transportasi seperti ini di mana pun, satu-satunya di dunia. Baru kali ini setelah sebulan memilih bersepeda, Andy kembali menggunakan streamline. Lorong di bawah tanah tempat jalur pod cab itu, dibuat dengan tata cahaya yang indah agar pengguna streamline tidak terintimidasi oleh ruang tertutup dan kecepatannya yang seperti peluru. Efek garis-garis cahaya itu menurut Andy membuat streamline bagaikan kapsul perjalanan waktu. Pengguna yang takut melihat pemandangan dalam kecepatan tinggi itu kemungkinan tidak tahu ca

  • Koloni Betaverse   27. Lockdown Se-Jawa

    Pagi pukul enam lewat, Bob telah duduk di meja favoritnya di restoran UniChichi. Liurnya nyaris meleleh melihat penampilan semangkuk mi kuah dengan tambahan telur sambal merah. Rasa kantuknya pun hilang disulut aroma hidangan hangat yang membangkitkan selera. Sementara, gelang androidnya sunyi tanpa ada notifikasi apa pun. Bob merasa tidak perlu menunggu. Perutnya sudah berunjuk rasa sebab semalam hanya diberi asupan roti dan biskuit. Biarlah Said menyusulnya belakangan, pikir Bob. Nanti dia dapat menemani Said sarapan sambil menikmati tahu gejrot—buah tangan yang dia pesan semalam—sebagai menu penutup. Mi kuahnya hampir habis ketika Said muncul di ambang pintu restoran yang sengaja dibuka lebar setiap pagi. Pemuda itu masih membawa ransel. Tampaknya dia langsung datang ke UniChichi tanpa pulang lebih dahulu ke apartemen. Di tangannya tergantung goodie bag yang pasti berisi oleh-oleh. “Maaf, aku terlambat, Pak Bob!” Laki-laki semampai itu langsung duduk di depan Bob. Dia menyisir se

  • Koloni Betaverse   26. Fobia

    Sekitar pukul enam Andy telah mengayuh sepeda dari tempat parkir apartemennya menuju jembatan penyeberangan. Dia berkemas rapi dengan ransel yang terlihat penuh. Jaket kulit domba bertekstur halus yang dia kenakan cukup mampu menahan embusan angin dari daratan Jawa. Namun, dia melambat setelah melihat sekelompok polisi berjaga di mulut jembatan. Ketika akhirnya sepeda itu berhenti, seorang polisi muda datang mendekat. Dengan senter gelang tangan, polisi itu menyoroti sepeda gunung berdesain klasik itu. Andy mencoba tidak ambil pusing. Polisi mengetatkan pengawasan di situasi seperti sekarang adalah hal wajar. Andy hanya berharap jembatan masih dapat dilintasi. Seorang polisi lain datang menghampiri. “Pak Andy Shao?” Andy tidak mengenal petugas berusia sekitar 30 tahun itu. Sistem pengawasan inteligen digital pasti telah memindai muka Andy melalui kamera pengawas di sekitar tempat itu. Dengan cara itu petugas tersebut dapat memperoleh identitasnya dengan mudah. “Selamat malam, Pak

  • Koloni Betaverse   25. Tertahan di Betaverse

    Berdiri di pinggir koridor depan pintu lift, Andy tertegun menatap tabletnya. Dia membuktikan kata-kata Dila. Tiket kereta untuk malam ini hingga besok, bahkan setelahnya, kosong. Tidak ada jadwal perjalanan Tegal-Jakarta, tidak ke mana pun. Hanya ada keterangan “pelayanan rute luar kota dihentikan sementara”. Meskipun telah mendapatkan izin cuti, Andy masih belum tahu kapan dia akan berangkat ke Jakarta. Pilihan lain adalah dengan memesan travel mobdron yang berangkat dari Betaverse atau naik pesawat terbang dari bandara Cirebon. Namun, Andy lebih memilih transportasi darat lain seperti bus daripada melayang di atmosfer. Dia akui dirinya mengidap aerophobia. Dia takut naik pesawat terbang, melebihi ketakutannya duduk di dalam mobdron yang hanya terbang di bawah ketinggian seribu meter. "Benar rupanya," gumam Andy. "Kamu meragukan jawabanku, Andy?" balas Dila di airphone-nya. "Apakah sudah diputuskan? Lockdown?" "Belum ada beritanya. Tapi, bukan

  • Koloni Betaverse   24. Departemen Kepolisian

    Terakhir kali Bob datang ke kantor Departemen Kepolisian enam bulan lalu. Saat itu dia menemani Martina yang menjadi saksi untuk kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di sebelah apartemennya. Yang menarik dalam kasus itu, Bob curiga dengan pengakuan si istri yang menjadi korban, bahwa semua yang diceritakan wanita itu kepada Martina tidak berdasar. Sistem pengawasan sosial di kota ini terlalu rapi sehingga semua orang melaporkan kondisi diri mereka setiap hari, sekalipun itu dilakukan secara tidak sadar. Dari teknologi face hingga voice recognition, tidak ada orang yang dapat menghindar dari pendataan mesin. Semua itu digunakan untuk keamanan mereka sendiri. Akibatnya, sebagai contoh, petugas kepolisian akan segera mendatangi alamat rumah seorang warga ketika satu hari saja keberadaannya hilang dari sistem. Selain itu, jika benar terjadi kekerasan, korban dapat dengan mudah mengaktifkan SOS dengan banyak cara sehingga sistem yang menggunakan artificial intelligence se

  • Koloni Betaverse   23. Persiapan

    Lamat-lamat terdengar bunyi pintu apartemen dibuka seseorang. Mungkin itu Martina. Terjaga dari tidurnya, Bob melihat jam di atas meja nakas, pukul satu lebih. Sinar terik matahari mengintip di sela sambungan gorden yang tertutup. Biasanya, apabila tidur pagi sehabis shift malam, Bob akan bangun pukul tiga sore, kemudian makan siang, lalu bersantai di ruang duduk dan menonton TV hingga waktu joging sebelum pukul lima. Sekarang dia punya waktu lebih untuk melakukan hal lain. Bob bangkit dari ranjang, merasa sudah tidak dapat tidur lagi meski badannya belum segar benar. "Dari mana kamu, Malyshka?" tanya Bob sambil memeluk Martina yang berdiri di depan bak cuci dapur. Diciumnya rambut keemasan wanita asli Rusia itu. "Kau sudah bangun. Tidurmu kurang lelap, ya?" balas Martina dengan aksen asing yang masih cukup kental. Alih-alih menoleh dan membalas kecupannya, Martina sibuk mencuci brokoli di bawah keran. Istrinya tampak tidak bersemangat dan enggan membicarakan kegiatann

  • Koloni Betaverse   22. Prediksi

    Virus tersebut melumpuhkan kesadaran orang-orang yang berdiam mematung di pinggir jalan. Kemampuan kognisi mereka berhenti. Demikian pula yang terjadi pada ibu Andy di dalam rumahnya. Tapi, apakah mereka benar-benar tidak merasa mengalami apa pun? "Bandingkan dengan robot di mal ketika sedang dinonaktifkan, mereka juga tidak merespons orang lain! Tapi, pengidap virus Z tidak sama dengan robot-robot humanoid itu," ujar Profesor Munir ke hadirin. Dia lalu kembali mengirim pesan singkat kepada Andy untuk melanjutkan videonya. "Dila, kaburkan wajah Mom and Dad di dalam video!" kata Andy di ruang studionya. Serta-merta Dila memasukkan perintah ke dalam aplikasi untuk mengaburkan wajah cantik Mom. Profesor Munir mengomentari setiap video dari Andy yang memenuhi layar di depan ruang rapat. Sang profesor harus menahan kecewanya ketika mendapati bagian wajah suspek pengidap virus Z—dalam hal ini ibu Andy—, dibuat kabur. Bagaimanapun, dia tahu bahwa Undang-Undang Informasi

DMCA.com Protection Status