Home / Sci-Fi / Koloni Betaverse / 10. Seperti Zombi

Share

10. Seperti Zombi

Author: Joel Amri
last update Last Updated: 2023-04-07 10:00:00
Bu Asti masih terkesima melihat reaksi Andy. Dari pintu muncul Wenny dengan seperangkat alat kebersihan yang dibawa oleh troli AI yang membuntutinya dari belakang. Biasanya pekerjaan Wenny di seluruh ruangan seksi Divisi Perencanaan telah rampung sebelum jam delapan.

"Selamat pagi semua!" sapa Wenny, formal. Perempuan bertubuh jangkung tersebut menurunkan robot pembersih lantai berupa benda kotak ergonomis selebar timbangan badan ke lantai bermaterial kayu parket. Seksi kantor Divisi Perencanaan sendiri berbentuk memanjang dan memiliki sebuah koridor dengan ruang-ruang kerja terbuka. Luas masing-masing studio itu sembilan meter persegi yang disekat-sekat oleh dinding.

"Tidak ada." Dila menjawab pertanyaan Andy. “Aku rasa peristiwa di pinggir jalan semacam itu bukan sebuah berita sebelum dilaporkan ke polisi.”

"Tidak ada? Sama sekali?"

"Tetapi, ada penjelasan pakar yang berkaitan dengan cerita Shellyn."

"Oh, kamu mengikuti video call Shellyn? Aku lupa, tentu saja!"

"Please, deh, A
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Koloni Betaverse   11. Hadiah Ulang Tahun

    Lantunan ayat Qur'an Jumat siang itu datang dari masjid di samping rumah singgah. Babah memarkir gerobaknya di luar pagar di sudut dekat tong sampah. Ningsih telah masuk ke dalam, sementara, Babah mengaso di bangku kecil di bawah pohon ceri tempat anak-anak biasa bermain. Babah belum pergi sebab hari itu dia mempunyai janji bertemu dengan Bang Amir. Rumah singgah bagi anak-anak telantar itu menyediakan ruang belajar dengan barisan meja kursi dari kayu. Ningsih selalu memilih meja di pojok dekat pintu. Ia akan duduk diam di situ memperhatikan guru yang mengajar dengan papan putih dan spidol. Hari itu yang mengajar mereka, seorang guru baru bernama Evi. Sepertinya perempuan berhijab itu seorang mahasiswi. Dia masih muda, mungkin sepantaran dengan Bang Amir. Jam pertama, Kak Evi mengajar Geografi. Dia bertanya kepada murid-murid tentang Indonesia. Para anak laki-laki dengan lantang meneriakkan jawaban yang memang mudah. Mereka rata-rata berumur 12 tahun, masih berwajah kanak-kanak teta

    Last Updated : 2023-04-08
  • Koloni Betaverse   12. Sedikit Lagi

    Babah bangkit dari duduknya, meregangkan badan. Dia siap kembali berangkat. Masih ada yang mengganjal di benaknya seminggu ini. Babah sedang mencari sebuah benda penting untuk mobil bekas yang sedang ditukanginya di ladang mobil. Dia harus kembali berkeliling dan berharap di Pasar Besi akan menemukan benda tersebut. Pasar Besi adalah tempat jual beli suku cadang bekas pelbagai jenis mesin. “Kamu sudah akan pergi, Pak?” tanya Bang Amir. Anak muda itu berdiri menjulurkan tangannya. “Ya, eh, maaf, tanganku kotor!” Babah hendak menolak menyalami tetapi Bang Amir tetap saja menjabat tangan kasarnya. “Menemukan banyak barang rongsok pagi ini?” “Hanya beberapa kardus … ditambah panci aluminium rusak pemberian orang.” "Aku pernah berpikir coba seandainya Bapak menemukan satu tas penuh koin emas di jalan." "Kalau seperti itu … tak semudah membayangkannya. Aku hanya mengambil yang telah dibuang orang. Dan, hanya orang tidak waras yang bersedia membuang koin emas satu tas." Babah tersenyum

    Last Updated : 2023-04-13
  • Koloni Betaverse   13. Profesor Munir

    Kendaraan bersayap itu mendarat di landasan kecil di dekat puncak gedung. Profesor Munir keluar dari kursi belakang kabin mobil jet dan disambut seorang petugas keamanan bersetelan hitam yang dengan sigap menyiapkan tangga untuk turun. Satpam itu juga memberi tahu pengemudi mobil jet untuk kembali terbang dan menyarankan memarkir kendaraannya di lahan garasi di barat daya pulau. Hari itu ruang parkir di landasan tersebut akan dipakai oleh mobil jet petinggi Oracle. Mesin mobil jet yang baru datang itu kembali menderu. Ia terangkat vertikal ke udara, melipat kaki-kaki pendaratnya, sebelum kemudian melayang dengan halus di langit kota. Dari jauh ia tampak seperti layang-layang hitam segitiga yang pada satu momen melesat kencang serta bermanuver setengah lingkaran. Di ambang pintu kaca otomatis, Profesor Munir melepas kacamata mataharinya. Pada usia 55 tahun, lelaki setinggi 165 cm itu masih bugar. Pandangan matanya tajam, tetapi terlihat tenang. Ini bukan pertama kalinya dia datang ke

    Last Updated : 2023-04-16
  • Koloni Betaverse   14. Otak Depan

    Andy tengah menyambut paramedis yang tiba di rumah orang tuanya ketika menerima telepon dari Bu Asti. Adiknya, Shellyn, keluar dari kamarnya untuk membukakan pintu sambil menggunakan head set berkamera. Tiga petugas medis itu berjalan mengikuti Shellyn menuju ruang duduk lalu ke dapur. Itu adalah pertama kalinya Andy melihat kondisi Mom. Ibunya berdiri di sisi jendela kaca, menghadap ke luar. Kaku, tak bergerak, seperti manekin. Tidak ada respons dari ibunya tatkala salah seorang petugas medis menyapanya. "Mom, Mom, please, Mom!" seru Shellyn yang secara perlahan datang mendekat. Shellyn merengkuh tangan ibunya. Mom hanya menatap lurus ke depan seakan tidak merasakan kehadiran orang-orang di sekitarnya. Andy tak dapat menyangkal bahwa ekspresi ibunya terlihat dingin, sedingin zombi. Adiknya lalu mengguncang-guncangkan tangan sang ibu, berharap dia menjadi sadar. Gadis itu tak lagi takut karena ada orang lain yang hadir untuk membantunya, bahkan suaranya bertambah kencang mengulang

    Last Updated : 2023-04-29
  • Koloni Betaverse   15. Film Jadul

    Vivian yang anggun berdiri tegak dengan jemari kedua tangannya terjalin di depan badan. Sikapnya tenang dan terjaga seperti seorang ratu dalam balutan pakaian kantor. Cukup lama Vivian menatap sang profesor, seakan sedang membaca karakter beliau.Asti memahami bahwa ada makna tertentu dari diamnya seorang elite seperti Bu Vivian. Mirip adat keluarga mantan mertuanya yang keturunan ningrat, para pemimpin puncak Oracle enggan mengungkapkan sesuatu secara eksplisit. Sebagai sekretaris yang kadang kala berhadapan dengan mereka, dia dituntut untuk dapat membaca suasana. Dia harus memperhatikan ekspresi mikro, mulai dari kedut bibir, alis mata, hingga gerak tangan, termasuk juga sikap membisu para petinggi itu. Maka, setelah kecanggungan yang diciptakan Profesor Munir, Asti berupaya mencari kata-kata yang pas untuk diucapkan agar suasana menjadi cair.Namun, alih-alih, Bu Vivian lebih dahulu membuka suara. "Profesor, silakan menunggu di guest room! Anda dapat bersantai di sana setelah perja

    Last Updated : 2023-05-10
  • Koloni Betaverse   16. Anestesi

    "Kamu ada merasakan sesuatu yang ganjil di tubuhmu, enggak?" "Apa maksudmu?" "Aku pikir sebaiknya kamu menggunakan masker pelindung seperti petugas medis. Pasti ada di lemari toilet kamar mandi." "Andy, kamu pikir aku akan tertular dan berubah seperti Mom and Dad?" "Pastinya, aku enggak ingin itu terjadi." "Tenang saja, aku tidak tertular!" "Kenapa kamu begitu yakin?" "Aku aman. Mom or Dad belum sempat menggigitku!" "Shellyn, aku serius!" "Kamu pikir aku bercanda?" "Cara penularan seperti itu hanya ada di film vampir dan zombi. Semua itu khayalan pengarang cerita fiksi abad dua puluh!" "Apa kamu ingin bilang sebuah khayalan pasti tidak mungkin terjadi?" Andy tercenung memikirkan perkataan adiknya. Sebuah khayalan atau mimpi tentu dapat saja berubah menjadi kenyataan. Seperti konsep atau desain rumah yang tidak pernah ada sebelumnya bukan berarti ia mustahil suatu saat berdiri. Namun, tentu saja tidak selalu demikian sebab ia hanya berlaku untuk desain yang masuk akal. Dia y

    Last Updated : 2023-05-10
  • Koloni Betaverse   17. Pengalaman Pertama

    Penyakit menular disebabkan oleh patogen. Agen pembawa penyakit itu terdiri dari virus, bakteri, fungi, protozoa, dan parasit. Kak Evi menulis nama-nama itu di papan putih dengan spidolnya. Ningsih telah mengenal istilah virus, bakteri, dan parasit. Mereka bermakna negatif, tetapi dia tidak dapat membedakan mereka. Kak Evi mencoba menerangkannya satu persatu dengan bahasa yang mudah dipahami.Namun, penjelasan Kak Evi yang paling menempel di kepalanya adalah bahwa virus, bakteri, fungi, dan protozoa tak dapat dilihat dengan mata telanjang. Kata lain untuk mereka adalah kuman. Sementara itu, sebagian parasit berasal dari jenis hewan. Kak Evi lalu memberi contoh hewan parasit, yakni aneka cacing yang mengganggu kesehatan. Parasit mengisap zat makanan dari tubuh manusia dan hewan, tempat mereka menumpang hidup yang disebut inang. Dia tak sendiri, anak-anak lain pun tegang dan ngeri saat Kak Evi menerangkan perihal cacing-cacing tersebut, tentang bagaimana makhluk asing itu berkembang b

    Last Updated : 2023-05-17
  • Koloni Betaverse   18. Tukar Pasang

    Ningsih sudah tak dapat lagi menghitung semua pengalaman pertamanya yang membuat lidahnya kelu. Namun, melihat laut adalah yang paling menggetarkan dadanya, bahkan tanpa diketahui yang lain, air telah bergulir di sudut mata gadis itu. Foto pantai di majalah bekas kini langsung dilihatnya sendiri. Hamparan pasir putih, buai ombak, dan nyiur tertiup angin, mengharukan. Matanya tertambat pada garis yang membentang di cakrawala. Dia menatapnya bagai laron yang jatuh cinta pada pijar cahaya lampu. Dia ingin pergi ke sana, ke kaki langit, mencari kedamaian yang telah dapat dia rasakan walau baru sekadar memandangnya dari jauh. Ningsih menoleh ke Kak Evi yang duduk santai dan tersenyum. Perempuan berhijab itu lalu mengajaknya turun ke hamparan pasir, menyusuri bibir pantai lalu naik ke dermaga kayu yang menjorok ke laut. Ningsih sudah tak sungkan menggenggam erat tangan Kak Evi yang memberi kehangatan. Sebelum magrib mereka bersiap pulang. Dua porsi dipesan sebagai buah tanga

    Last Updated : 2023-05-17

Latest chapter

  • Koloni Betaverse   30. Gabutan di Pulau Betaverse

    Andy telah selesai berbicara melalui telepon dengan Udin ketika turun di spot streamline di bawah gedung Oracle. Sopir mobil jet Profesor Munir itu sepakat untuk terbang membawa Andy ke seberang pukul sembilan. Si sopir bersemangat menawarinya untuk mengantar langsung ke Jakarta tetapi Andy tetap menolak. Setelah keberangkatannya hampir pasti Andy meminta Dila mencarikan tiket kereta atau bus jurusan Tegal—Jakarta untuk siang ini. Andy juga membaca berita terbaru tentang lockdown agar tidak melewatkan perkembangan yang berlangsung cepat seperti yang terjadi semalam. Editorial Betaverse Outlook mengatakan, tinggal menunggu waktu Kota Betaverse menghadapi persoalan yang sama dengan kota-kota lain di Jawa. Andy berkutat dengan tabletnya hingga anak tangga elevator bertemu marmer lantai bawah tanah yang berkilau. Spot perhentian itu bermandikan cahaya lampu, sangat mencolok dibandingkan lorong gelap di jalur lintasan pod cab. Di area masuk, pengguna streamline lebih ramai d

  • Koloni Betaverse   29. Alasan Abstrak

    Dewan kota diisi para tokoh penting Betaverse. Namun, lima puluh orang itu tidak dipilih lewat pemilu seperti anggota parlemen. Dengan jumlah warga sekitar tiga ratus ribu jiwa, Betaverse menggunakan sistem musyawarah yang lebih sederhana dibandingkan kota-kota di Pantura. Semua warga Betaverse berhak mendaftar untuk ikut dalam rapat. Serta-merta mereka dapat menjadi anggota dewan kota berdasar ketentuan dan kondisi dari Panitia. Tentu saja semua pendaftar diseleksi agar sesuai yang dibutuhkan. Cara lain adalah melalui undangan dari Panitia. "Cara kedua itu yang lebih banyak dipakai. Terutama untuk rapat dadakan," jelas Profesor Munir sambil mengusap tangannya dengan semprotan antiseptik. Andy duduk menghadap beliau sambil mendengar penjelasan tentang rapat dewan kota Betaverse. Sebelumnya sebagai pembuka percakapan Andy memberi tahu yang dilihatnya di lantai 55 kepada sang profesor. Andy berasumsi beliau mengetahui rencana rapat tersebut dan bahwa acara di aula

  • Koloni Betaverse   28. Lorong Streamline

    Memelesat di dalam pod cab dengan jendela bening transparan lebih terasa hidup daripada mode sembunyi. Andy merekam video pemandangan di depannya dengan tablet. Dia merasa takjub seperti saat awal-awal kepindahannya ke Betaverse. Andy tahu ada kemungkinan, atau lebih tepatnya risiko, dia akan meninggalkan kota ini demi membersamai Mom, Dad, dan Shellyn. Meski singkat, menjadi warga Betaverse sudah merupakan pengalaman yang sangat berkesan. Tidak akan ditemuinya lagi moda transportasi seperti ini di mana pun, satu-satunya di dunia. Baru kali ini setelah sebulan memilih bersepeda, Andy kembali menggunakan streamline. Lorong di bawah tanah tempat jalur pod cab itu, dibuat dengan tata cahaya yang indah agar pengguna streamline tidak terintimidasi oleh ruang tertutup dan kecepatannya yang seperti peluru. Efek garis-garis cahaya itu menurut Andy membuat streamline bagaikan kapsul perjalanan waktu. Pengguna yang takut melihat pemandangan dalam kecepatan tinggi itu kemungkinan tidak tahu ca

  • Koloni Betaverse   27. Lockdown Se-Jawa

    Pagi pukul enam lewat, Bob telah duduk di meja favoritnya di restoran UniChichi. Liurnya nyaris meleleh melihat penampilan semangkuk mi kuah dengan tambahan telur sambal merah. Rasa kantuknya pun hilang disulut aroma hidangan hangat yang membangkitkan selera. Sementara, gelang androidnya sunyi tanpa ada notifikasi apa pun. Bob merasa tidak perlu menunggu. Perutnya sudah berunjuk rasa sebab semalam hanya diberi asupan roti dan biskuit. Biarlah Said menyusulnya belakangan, pikir Bob. Nanti dia dapat menemani Said sarapan sambil menikmati tahu gejrot—buah tangan yang dia pesan semalam—sebagai menu penutup. Mi kuahnya hampir habis ketika Said muncul di ambang pintu restoran yang sengaja dibuka lebar setiap pagi. Pemuda itu masih membawa ransel. Tampaknya dia langsung datang ke UniChichi tanpa pulang lebih dahulu ke apartemen. Di tangannya tergantung goodie bag yang pasti berisi oleh-oleh. “Maaf, aku terlambat, Pak Bob!” Laki-laki semampai itu langsung duduk di depan Bob. Dia menyisir se

  • Koloni Betaverse   26. Fobia

    Sekitar pukul enam Andy telah mengayuh sepeda dari tempat parkir apartemennya menuju jembatan penyeberangan. Dia berkemas rapi dengan ransel yang terlihat penuh. Jaket kulit domba bertekstur halus yang dia kenakan cukup mampu menahan embusan angin dari daratan Jawa. Namun, dia melambat setelah melihat sekelompok polisi berjaga di mulut jembatan. Ketika akhirnya sepeda itu berhenti, seorang polisi muda datang mendekat. Dengan senter gelang tangan, polisi itu menyoroti sepeda gunung berdesain klasik itu. Andy mencoba tidak ambil pusing. Polisi mengetatkan pengawasan di situasi seperti sekarang adalah hal wajar. Andy hanya berharap jembatan masih dapat dilintasi. Seorang polisi lain datang menghampiri. “Pak Andy Shao?” Andy tidak mengenal petugas berusia sekitar 30 tahun itu. Sistem pengawasan inteligen digital pasti telah memindai muka Andy melalui kamera pengawas di sekitar tempat itu. Dengan cara itu petugas tersebut dapat memperoleh identitasnya dengan mudah. “Selamat malam, Pak

  • Koloni Betaverse   25. Tertahan di Betaverse

    Berdiri di pinggir koridor depan pintu lift, Andy tertegun menatap tabletnya. Dia membuktikan kata-kata Dila. Tiket kereta untuk malam ini hingga besok, bahkan setelahnya, kosong. Tidak ada jadwal perjalanan Tegal-Jakarta, tidak ke mana pun. Hanya ada keterangan “pelayanan rute luar kota dihentikan sementara”. Meskipun telah mendapatkan izin cuti, Andy masih belum tahu kapan dia akan berangkat ke Jakarta. Pilihan lain adalah dengan memesan travel mobdron yang berangkat dari Betaverse atau naik pesawat terbang dari bandara Cirebon. Namun, Andy lebih memilih transportasi darat lain seperti bus daripada melayang di atmosfer. Dia akui dirinya mengidap aerophobia. Dia takut naik pesawat terbang, melebihi ketakutannya duduk di dalam mobdron yang hanya terbang di bawah ketinggian seribu meter. "Benar rupanya," gumam Andy. "Kamu meragukan jawabanku, Andy?" balas Dila di airphone-nya. "Apakah sudah diputuskan? Lockdown?" "Belum ada beritanya. Tapi, bukan

  • Koloni Betaverse   24. Departemen Kepolisian

    Terakhir kali Bob datang ke kantor Departemen Kepolisian enam bulan lalu. Saat itu dia menemani Martina yang menjadi saksi untuk kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di sebelah apartemennya. Yang menarik dalam kasus itu, Bob curiga dengan pengakuan si istri yang menjadi korban, bahwa semua yang diceritakan wanita itu kepada Martina tidak berdasar. Sistem pengawasan sosial di kota ini terlalu rapi sehingga semua orang melaporkan kondisi diri mereka setiap hari, sekalipun itu dilakukan secara tidak sadar. Dari teknologi face hingga voice recognition, tidak ada orang yang dapat menghindar dari pendataan mesin. Semua itu digunakan untuk keamanan mereka sendiri. Akibatnya, sebagai contoh, petugas kepolisian akan segera mendatangi alamat rumah seorang warga ketika satu hari saja keberadaannya hilang dari sistem. Selain itu, jika benar terjadi kekerasan, korban dapat dengan mudah mengaktifkan SOS dengan banyak cara sehingga sistem yang menggunakan artificial intelligence se

  • Koloni Betaverse   23. Persiapan

    Lamat-lamat terdengar bunyi pintu apartemen dibuka seseorang. Mungkin itu Martina. Terjaga dari tidurnya, Bob melihat jam di atas meja nakas, pukul satu lebih. Sinar terik matahari mengintip di sela sambungan gorden yang tertutup. Biasanya, apabila tidur pagi sehabis shift malam, Bob akan bangun pukul tiga sore, kemudian makan siang, lalu bersantai di ruang duduk dan menonton TV hingga waktu joging sebelum pukul lima. Sekarang dia punya waktu lebih untuk melakukan hal lain. Bob bangkit dari ranjang, merasa sudah tidak dapat tidur lagi meski badannya belum segar benar. "Dari mana kamu, Malyshka?" tanya Bob sambil memeluk Martina yang berdiri di depan bak cuci dapur. Diciumnya rambut keemasan wanita asli Rusia itu. "Kau sudah bangun. Tidurmu kurang lelap, ya?" balas Martina dengan aksen asing yang masih cukup kental. Alih-alih menoleh dan membalas kecupannya, Martina sibuk mencuci brokoli di bawah keran. Istrinya tampak tidak bersemangat dan enggan membicarakan kegiatann

  • Koloni Betaverse   22. Prediksi

    Virus tersebut melumpuhkan kesadaran orang-orang yang berdiam mematung di pinggir jalan. Kemampuan kognisi mereka berhenti. Demikian pula yang terjadi pada ibu Andy di dalam rumahnya. Tapi, apakah mereka benar-benar tidak merasa mengalami apa pun? "Bandingkan dengan robot di mal ketika sedang dinonaktifkan, mereka juga tidak merespons orang lain! Tapi, pengidap virus Z tidak sama dengan robot-robot humanoid itu," ujar Profesor Munir ke hadirin. Dia lalu kembali mengirim pesan singkat kepada Andy untuk melanjutkan videonya. "Dila, kaburkan wajah Mom and Dad di dalam video!" kata Andy di ruang studionya. Serta-merta Dila memasukkan perintah ke dalam aplikasi untuk mengaburkan wajah cantik Mom. Profesor Munir mengomentari setiap video dari Andy yang memenuhi layar di depan ruang rapat. Sang profesor harus menahan kecewanya ketika mendapati bagian wajah suspek pengidap virus Z—dalam hal ini ibu Andy—, dibuat kabur. Bagaimanapun, dia tahu bahwa Undang-Undang Informasi

DMCA.com Protection Status