Home / Sci-Fi / Koloni Betaverse / 1. Senin Pagi di Betaverse

Share

Koloni Betaverse
Koloni Betaverse
Author: Joel Amri

1. Senin Pagi di Betaverse

Author: Joel Amri
last update Last Updated: 2023-03-24 16:37:27

Seperti biasa Andy Shao keluar kamar apartemennya pukul enam pagi pada hari kerja. Dari lantai 19 sampai lantai basement dia sendirian di dalam lift. Baginya tidak ada kata kepagian. Terlebih lagi ini hari Senin, jadwal rapat tim kantornya. Sebagai aparatur kota yang baru, dia bersemangat hadir satu jam sebelum waktu masuk, yakni pukul sembilan. Sarapan di UniChichi sambil minum kopi dan membaca berita di tabletnya, lalu bersepeda mengitari Koh Lee South Park sebelum menggenjot langsung ke pusat kota, dia akan tiba pukul delapan kurang lima belas menit. Waktu lima belas menit digunakannya untuk mandi dan merapikan diri di ruang ganti kantor. Kedisiplinannya pada ritme tersebut dua minggu ini sangat sempurna, sehingga kadang dia berpikir bahwa dia telah menjadi separuh autis.

Di basement gedung 32 lantai itu terparkir puluhan sepeda. Rata-rata berwarna merah, sumbangan pemerintah, bagian program kesehatan masyarakat. Sepedanya sendiri bercat kuning, warna kesukaannya. Sepeda itu dia bawa dari Jawa, dipakainya sejak kuliah. Dia sedang mendorong sepedanya ketika terdengar teriakan dari belakang. 

"Sipit!"

Dia kenal suara khas yang agak sengau dan sedikit parau. Tak hanya itu, kata sipit bukan sesuatu yang biasa diucapkan orang di Betaverse, apalagi diteriakkan hingga menggema di lahan parkir basement yang sepi. Andy Sipit adalah panggilan akrab dari seorang teman baru satu kantor yang penampilannya pun unik seperti gaya hipster abad 21, Pak Bob Matulaki.

Andy menoleh ke belakang. Dilihatnya Pak Bob berjalan gontai dari arah pintu lift sambil mengangkat tangan. Maksudnya pasti, tunggu aku!

"Aku langsung, Pak Bob. Sampai ketemu di sana!"

"Hei!" Lelaki tiga puluh enam tahun itu berlari kecil, menuju deretan sepeda merah. Namun, setelah berada di atas sadel dia hanya mengayuh dengan santai. Bekerja shift malam dari pukul 5 sore sampai 5 pagi, tugas jaga tanpa tidur, meninggalkan pegal di badannya. Andai tidak melihat berita terbaru pagi ini menyusul pemberitahuan penting dari Departemen Kepolisian yang disebar di grup divisi sekuriti semalam, dia sudah memilih naik ke kamar apartemennya untuk sarapan mi instan lalu tidur dengan minta dikeloni Martina, sang istri.

Restoran UniChichi berada di Mal Area Makan Sektor Dermaga Selatan, tiga ratus meter dari gedung apartemen Andy. Sepanjang jalan bersepeda yang singkat tersebut pemuda itu melihat mobdron kepolisian berulang kali lewat di langit di atas kepalanya. Tidak pernah terjadi sejak dia pindah ke Betaverse untuk mengikuti pelatihan pegawai baru, sekitar dua bulan lalu.

Yang dia tahu, hanya ambulans dan mobdron polisi yang diizinkan beroperasi. Itu pun dibatasi tiga puluh senti dari permukaan jalan. Mereka dilarang melayang lebih tinggi. Penggunaan mobil terbang di langit kota hanya diperbolehkan dalam situasi tertentu. Namun, dia belum terlampau tahu perihal situasi tertentu itu. Masih banyak detail peraturan di daerah khusus ini yang belum diketahuinya.

Meski demikian, sarjana teknik arsitektur yang bekerja di Departemen Tata Kota itu paham mobdron tidak cocok digunakan sebagai alat transportasi dalam kota di Betaverse. Kota ini dirancang sangat kompak, bangunan dan infrastrukturnya tersusun padat dan terprogram rapi ibarat sebuah kepingan komputer. Aliran dan alur pergerakan penduduknya jelas. Mobilitas longgar di udara di atas permukaan kota menjadi tidak efektif dan bahkan membahayakan. 

Suatu hari pada tahun 2244 saat masih SMA, Andy menyaksikan sebuah kecelakaan mobdron di Jakarta. Dia ikut terbang dalam ketinggian sedang bersama keluarganya dan duduk di kursi depan. Ayahnya menyetir sendiri mobdron Hornet mereka. Tiba-tiba seperti lepas kendali sebuah mobdron di hadapan mereka oleng ke samping dan meluncur kencang hingga menghantam badan gedung pencakar langit milik Bank Indonesia. Meski sebagian badan mobdron bermesin turbo ganda itu tersangkut di jendela gedung, namun kondisinya hancur. Serpihannya bercampur puing dari gedung terlempar berderai ke bawah. Tiga penumpang mobdron dan satu karyawan yang berada di dalam gedung dinyatakan meninggal dunia. Beberapa bulan kemudian Komisi Penyelidik Teknologi Transportasi menyimpulkan kecelakaan disebabkan kesalahan pada device sistem navigasi AI. Dia tak dapat mengira apa jaminan keamanannya apabila mobdron-mobdron pribadi bermanuver di antara gedung tinggi yg berdiri rapat di Betaverse.

Hingga saat ini, warga Betaverse pemilik mobdron hanya memakai kendaraannya untuk terbang ke luar kota. Lahan garasi dan landasan mobdron disediakan di barat daya pulau, tidak jauh dari jembatan. Andy tidak pernah suka naik mobil terbang. Dia selalu gelisah saat duduk di dalamnya, apalagi setelah melihat langsung dari dekat kecelakaan itu. Untuk menyeberang ke Pulau Jawa dia memilih naik trem listrik yang meluncur di sisi jembatan atau sekali pernah di akhir pekan, dia mencoba bersepeda melintasi satu-satunya jembatan penghubung tersebut yang panjangnya 11 kilometer.

UniChichi bertempat di pojok belakang gedung mal di lantai dasar. Restoran khas masakan klasik Sumatra itu tidak pernah padat pengunjung, apalagi pada jam seperti ini. Hanya ada satu pelanggan, seorang kakek dengan kostum lari pagi di salah satu meja. Andy memesan lontong padang, disertai segelas kopi.

"Bagaimana kabar orang tuamu, Ndy? Mereka di Jakarta, bukan?" Cici, perempuan berumur pemilik restoran, punya ingatan bagus akan kisah pelanggan hariannya yang bisa dihitung dengan jari.

"Baik, Cik!" Andy menempelkan telunjuknya pada mesin pemindai untuk membayar pesanan. Dia melihat Cik Cici menuangkan telur bulat balado ke atas piring lontong berkuah itu. Lidah Andy bergidik, membayangkan baluran rasa pedas gurih berminyak.

"Syukurlah! Media memang sering membesar-besarkan masalah."

Melly, karyawan Cici, meletakkan pesanan di meja dekat pintu, sementara Andy bergegas mengeluarkan tabletnya dari ransel. Pemuda itu penasaran akan adanya berita penting sepagi ini. Dia terlambat menyadari bahwa tadi Cik Cici tidak sedang berbasa-basi dengan menanyakan kabar orang tuanya tanpa alasan. Namun, memang tidak ada notifikasi pesan maupun panggilan dari keluarganya di Jakarta. Seharusnya mereka baik-baik saja. Diperiksanya juga gelang androidnya, masih menyala, normal.

Sekelebat pikiran tentang bencana gempa terlintas. Selama ini ramalan pada awal milenium tentang Megathrust di Selat Sunda—yang diperkirakan muncul dalam rentang 400 tahun—belum juga terjadi. Apakah akhirnya ia mundur dua abad kemudian? Gempa dahsyat disertai tsunami yang datang tanpa aba-aba di pagi buta? Wilayah yang terkena dari pesisir tenggara Sumatra hingga pesisir utara Jawa. Jika itu terjadi, listrik dan telekomunikasi di lokasi bencana dapat putus total. Yang jelas, rumah orang tuanya terletak persis di pesisir Jakarta. Astaga!

"Breaking news!" ucapnya pada tablet dengan agak gelisah.

"Hei!" 

Pak Bob muncul di ambang pintu yang terbuka lebar. Cik Cici selalu membiarkan pintu masuk restorannya terbuka di pagi hari. Udara pagi mengembuskan chi positif, ujar perempuan berwajah lembut itu suatu kali. Mudah-mudahan itu termasuk Pak Bob yang tak sungkan memecah keheningan. Opsir keamanan di kantor Departemen Tata Kota itu langsung bergabung di meja Andy. Wajahnya tampak senang mendapatkan teman minum kopi.

Masih menatap tablet yang berdiri di meja, Andy mencicipi kuah di sendoknya. Bibirnya mengulum karena rasa nikmat. Dia merekomendasikan menunya kepada Pak Bob sebelum kembali menggulirkan berita. Sama sekali tidak ada gempa, pikirnya. Lagi pula posisi Betaverse berada di Laut Jawa sebelah utara Tegal, yakni sebuah kota yang juga berada di pesisir utara Jawa, hanya letaknya lebih jauh ke timur daripada Jakarta. Artinya, seandainya gempa besar dan tsunami itu terjadi, kemungkinan besar alarm sistem peringatan bencana sudah menyala ke seantero Betaverse.

"Mel, medan chicken porridge! Sama zero sugar black coffee! Atau kopi pahit in Bahasa!" seru Pak Bob sekenanya pada Melly yang sudah hafal tingkah polah beliau.

Berita hangat pagi ini diisi serangan senjata api membabi buta di sebuah sekolah menengah di Texas, Amerika Serikat, pada pukul dua siang waktu setempat. Masih ada pula ulasan tentang virus Z varian baru yang muncul di Perancis sepekan terakhir. Dilaporkan bahwa korban yang terinfeksi, dalam keadaan tidak sadar melakukan tindakan tak terkendali, mengamuk dan meronta-ronta, bagaikan orang kesurupan. Hari ini dilaporkan pula virus yang mirip muncul di Koln, Jerman, dan sebuah kota kecil di Spanyol.

"Pak Bob tahu, memangnya ada berita besar apa di Jakarta? Kenapa setelah aku cek sepertinya tidak ada kejadian apa-apa. Tadi Encik seolah mengkhawatirkan keadaan orang tuaku di sana."

"Hem, kamu belum menginstal Betaverse Outlook." Muka Pak Bob berubah serius, tatapannya dingin. "Kamu tentu belum tahu, Virus Z yang ditemukan dua tahun lalu di Jepang, diduga berasal dari kampung halaman kita. Dan, di luar sana sekarang ia makin menjadi-jadi."

"Lantas, ada apa di Jakarta?"

"Tepatnya, di Pulau Jawa. Bukan hanya Jakarta."

Andy mencoba menebak maksud Pak Bob. Namun, dia tidak punya petunjuk apa pun dari tabletnya. Dia tak menyangka Betaverse Outlook memiliki kelebihan dibandingkan jaringan media global GEN. Sejak remaja dia kurang suka membaca konten lokal kehidupan urban seperti yang disajikan Tablet Metro, apalagi gaya pemberitaannya yang bombastis dan mencari sensasi. Banyak berita yang menurutnya tidak perlu diberitakan. Meski tampilan mukanya elegan dan konsepnya sama sekali tidak mirip dengan Tablet Metro, tetapi tetap saja dikiranya Betaverse Outlook adalah semacam buletin lokal yang lingkup isinya terbatas dan tidak lengkap. Asumsinya, paling-paling ia akan membahas perkembangan di dunia luar apabila terkait dengan kepentingan pulau buatan ini saja. Jadi, jika alih-alih Betaverse Outlook punya nilai lebih tersendiri, dia berjanji akan menginstalnya nanti.

"Terus, apa isunya?" tanya Andy. Kuah pedas lontong padang itu membuatnya tambah bersemangat ingin tahu.

"Lockdown." Nada suara Pak Bob merendah tetapi kali ini malah terasa lebih kuat masuk ke telinganya.

***

Related chapters

  • Koloni Betaverse   2. Streamline

    Penjelasan Pak Bob kurang bisa dia terima. Pertama, lockdown seluruh Jawa adalah peristiwa luar biasa. Mustahil jaringan media global bungkam terhadap isu itu. Kedua, sejauh ini tidak ada kekacauan akibat Virus Z di Indonesia. Seketat-ketatnya sensor terhadap pers, kematian atau kegilaan seperti yang terjadi di luar negeri pasti akan terungkap lewat media sosial lalu kehebohannya masuk ke jaringan GEN. Pihak GEN mengklaim bahwa selama ini alat penyaring DefineXD yang mereka pakai, dengan cepat dan akurat berhasil mengidentifikasi sebuah kabar sebagai valid, logis, atau bohong. Maka, jika tidak ada bahaya besar, wabah Virus Z di dalam negeri termasuk kategori ringan, tidak perlu ada karantina. Ketiga, dia tidak tahu mengenai Betaverse Outlook. Memahami sumber itu penting untuk menilai sebuah informasi. Sejauh ini dia baru mengetahuinya dari omongan Pak Bob dan secara implisit dari Cici. Meski demikian, ada juga pemandangan di luar yang cenderung mendukung cerita Pak Bob. Dari jalan t

    Last Updated : 2023-03-24
  • Koloni Betaverse   3. Bob Matulaki

    Asupan secangkir kafein memberinya energi baru. Bob Matulaki memutuskan untuk berkeliling sebentar di seputar Sektor Dermaga Selatan sebelum pulang ke apartemen. Dia berpikir siapa tahu firasatnya akan muncul dan membawanya kepada petunjuk berharga. Setiap informasi tentang pencarian orang, hewan peliharaan atau barang hilang dari Departemen Kepolisian selalu membuatnya bergairah. Pukul tujuh lewat, jalan aspal di antara gedung-gedung tinggi itu mulai diisi pengendara otopet listrik dan hoverboard. Dengan cepat suasana pagi diwarnai dengung halus mesin listrik. Para budak korporat telah keluar dari barak apartemen mereka yang nyaman. Semuanya berpenampilan sangat rapi dan berkulit pucat. Bob Matulaki bangga hanya dia satu-satunya lelaki eksotis berkulit matang di tempat ini. Saat berpapasan sering dia menatap mata mereka, mengedikkan kepala sambil tersenyum simpul, dan kadang lehernya terus memutar hingga pandangan matanya terpental oleh punggung mereka. Hampir tidak ada yang membala

    Last Updated : 2023-03-24
  • Koloni Betaverse   4. Better to Take a Look

    "Pemerintah berencana membangun Auto Pinned Grid System untuk semua jalan dalam kota di Jakarta. Proyek tersebut ditargetkan selesai pada 2254 nanti. Apabila terlaksana, sebagai konsekuensinya kendaraan pribadi bermesin yang tidak dapat terintegrasi dengan APGS seperti mobil dan sepeda motor, akan ditiadakan dari jalanan ibu kota." Dila membacakan resume berita seputar Jakarta. "Maaf, Andy. Ini berita buruk untuk Beetle kamu." "Oh, ya! Semoga pada saat itu aku sudah bisa membangun rumah di Weleri. Akan kubawa dia ke sana." Mobil Beetle listrik kabriolet putih itu adalah koleksi akongnya. Kondisi mobil buatan Jerman yang desainnya terinspirasi dari bentuk kumbang itu sangat terawat. Dalam surat wasiat yang dibacakan setelah kakeknya itu wafat, nama Andy disebutkan berhak mewarisi mobil tersebut. Selain itu dia juga memperoleh sepetak lahan di Weleri, Jawa Tengah. Namun, berita soal rencana pembangunan APGS itu memang tidak ditemuinya di Global Earth Network, atau setidaknya di media

    Last Updated : 2023-03-24
  • Koloni Betaverse   5. Babah dan Ningsih

    Jakarta Timur, April 2250 Ningsih memanggil ayahnya dengan Babah, atau Babah Su'eb. Kata ibunya, itu gara-gara waktu pertama diajari bicara lidahnya tidak mau mengucapkan kata Abah dengan benar. Lalu untuk seterusnya panggilan Babah itu terpatri di lidahnya. Sementara ibunya selalu memanggil dengan Abah, atau Abah Su'eb. Demikian pula sebaliknya, Babah suka memanggilnya dengan Dewi. Babah jelas tahu nama lengkapnya adalah Sri Ningsih. Ibunya selalu memanggilnya Ningsih. Babah sendiri mengaku tidak ingat sejak kapan dia mulai memanggilnya dengan nama berbeda. Mulyo yang baru dua setengah tahun dengan lidah mungilnya sudah bisa pula memanggil namanya, Kak Ningsih. Namun, bocah laki-laki itu seperti tidak terlalu peduli dengannya dan selalu menempel pada ibu. Mereka berempat selama ini tinggal di ladang mobil. Itu adalah sebuah lahan datar seluas lapangan bola tempat ratusan bangkai mobil bekas ditelantarkan. Babah bertanggung jawab mencarikan mereka bangkai mobil yang layak untuk ti

    Last Updated : 2023-03-24
  • Koloni Betaverse   6. Mom and Dad

    Menara Oracle memiliki jalan masuk terbuka tanpa pagar pembatas. Andy melewati halaman berlantai batu alam berwarna kelabu dan bersamanya terlihat sejumlah karyawan yang datang dengan otopet listrik. Mereka yang energik dan tinggal dalam radius satu kilometer dari kantor, umumnya lebih memilih jalan di permukaan daripada streamline, apalagi bagi mereka yang berjiwa muda, mengendarai otopet listrik memberi kesenangan tersendiri. Di lahan parkir basement, Andy bertemu sekelompok karyawan yang tampak saling akrab sedang memarkir otopet mereka. Dia mengenali salah satunya, yaitu seorang perempuan petugas kebersihan di departemennya. Petugas kebersihan memang datang pagi-pagi. Mereka semua profesional. Di Menara Oracle tidak ada pekerjaan yang dipandang sebagai pekerjaan tenaga kasar. Petugas kebersihan seperti perempuan itu telah mengikuti pelatihan minimal selama satu bulan seperti dirinya sebelum resmi mendapatkan kartu identitas warga Betaverse. Di kartu itu status mereka tercantum

    Last Updated : 2023-03-24
  • Koloni Betaverse   7. Orang-Orang Aneh

    Jumat itu matahari semakin tinggi, Babah kembali menarik gerobak barangnya. Dia mendongak ketika sejumlah mobdron melintas di langit di atas jalan raya. Mereka terbang memasuki Jakarta tanpa hambatan. Dunia orang-orang atas, dia menyebutnya begitu. Sebentar lagi pukul sembilan, dia hanya punya waktu satu jam untuk berkeliling sebelum tiba di rumah singgah tempat Ningsih bersekolah. Sementara itu, Ningsih berjalan di sisi kiri gerobak. Dia sembunyi dari orang-orang aneh di atas trotoar di seberang jalan. Mobdron terbang rendah di langit bagai kawanan burung yang melintas tiada habis-habisnya, tidak bisa mengalihkan pikiran buruk yang menghantui Ningsih. Sesekali gadis itu mencuri pandang ke belakang untuk memastikan. Babah benar bahwa jarak mereka terlalu jauh. Mobil listrik yang berjejalan juga menghalangi mereka. Selain itu arah jalan mereka berlawanan. Setelah melangkah beberapa lama dan mereka semakin menjauh, Ningsih kembali bernapas lega. Pengalaman kemarin dulu sungguh membu

    Last Updated : 2023-03-30
  • Koloni Betaverse   8. Tongkat Pemukul Hitam

    Pemuda yang lengannya diringkus itu tidak terlihat melawan. Namun, dia tidak pula mengalah. "Ayo pulang!" seru si pengendara mobil. Kemudian lelaki itu beralih menghardik para pemuda yang lain, “Kalian para gabutan, pulang sana!” Masih tidak ada sedikit pun suara dari mulut orang-orang aneh tersebut. Lelaki itu mencoba menyeret tubuh terbungkus mantel merah bertudung ke kursi penumpang. Akan tetapi, alih-alih berhasil, malah dia yang terempas ke kap mobil. Lehernya tampak dicengkam tangan kurus si pemuda. Sejurus kemudian kepala bertudung merah itu bergerak mendekat ke leher lelaki tersebut. Mukanya terhalang tudung, tidak jelas yang hendak dia perbuat. Akan tetapi, gerak meronta si lelaki terkesan seolah sedang berjuang melepaskan diri dari ancaman gigitan penyerangnya. Pada saat genting si pengendara mobil berhasil menyergap serangan itu dengan tangannya yang terlihat kepayahan, sementara, suaranya terdengar parau dan tersedak ketika mencoba berteriak. Ningsih yang ketakutan,

    Last Updated : 2023-04-04
  • Koloni Betaverse   9. Kesaksian Shellyn

    Setelah memberi instruksi kepada Said untuk persiapan ruang rapat, Bu Asti mendatangi ruang kerja Divisi Perencanaan. Di situ dia menggantikan Andy sementara untuk menjaga komunikasi dengan Shellyn. Salah satu tugasnya sebagai sekretaris kantor adalah membantu karyawan yang sedang bermasalah. "Aku akan kembali, sepuluh menit. Aku harus mandi. Di sini ada Bu Asti, teman kerjaku. Bu Asti, ini Shellyn!" Andy menggeser sedikit tablet lipat kantornya, memperkenalkan Bu Asti kepada Shellyn. "Hai, Shellyn!" Bu Asti tersenyum lebar menatap layar tipis 17 inci. "Terima kasih sebelumnya, Bu!" ucap Andy setengah berbisik. Bu Asti memalingkan kepalanya. "Sudah cepat sana, atau saya terpaksa mengisi ulang pengharum ruangan!" "O, ya, semua sudah terkendali. Kami sudah menghubungi rumah sakit. Shellyn tinggal menunggu petugas medis datang. Dia hanya perlu ditemani agar tidak panik," cecar Andy sambil meninggalkan ruang kerjanya. Bu Asti mengangguk dan kembali menatap Shellyn di layar. "Ngomon

    Last Updated : 2023-04-06

Latest chapter

  • Koloni Betaverse   30. Gabutan di Pulau Betaverse

    Andy telah selesai berbicara melalui telepon dengan Udin ketika turun di spot streamline di bawah gedung Oracle. Sopir mobil jet Profesor Munir itu sepakat untuk terbang membawa Andy ke seberang pukul sembilan. Si sopir bersemangat menawarinya untuk mengantar langsung ke Jakarta tetapi Andy tetap menolak. Setelah keberangkatannya hampir pasti Andy meminta Dila mencarikan tiket kereta atau bus jurusan Tegal—Jakarta untuk siang ini. Andy juga membaca berita terbaru tentang lockdown agar tidak melewatkan perkembangan yang berlangsung cepat seperti yang terjadi semalam. Editorial Betaverse Outlook mengatakan, tinggal menunggu waktu Kota Betaverse menghadapi persoalan yang sama dengan kota-kota lain di Jawa. Andy berkutat dengan tabletnya hingga anak tangga elevator bertemu marmer lantai bawah tanah yang berkilau. Spot perhentian itu bermandikan cahaya lampu, sangat mencolok dibandingkan lorong gelap di jalur lintasan pod cab. Di area masuk, pengguna streamline lebih ramai d

  • Koloni Betaverse   29. Alasan Abstrak

    Dewan kota diisi para tokoh penting Betaverse. Namun, lima puluh orang itu tidak dipilih lewat pemilu seperti anggota parlemen. Dengan jumlah warga sekitar tiga ratus ribu jiwa, Betaverse menggunakan sistem musyawarah yang lebih sederhana dibandingkan kota-kota di Pantura. Semua warga Betaverse berhak mendaftar untuk ikut dalam rapat. Serta-merta mereka dapat menjadi anggota dewan kota berdasar ketentuan dan kondisi dari Panitia. Tentu saja semua pendaftar diseleksi agar sesuai yang dibutuhkan. Cara lain adalah melalui undangan dari Panitia. "Cara kedua itu yang lebih banyak dipakai. Terutama untuk rapat dadakan," jelas Profesor Munir sambil mengusap tangannya dengan semprotan antiseptik. Andy duduk menghadap beliau sambil mendengar penjelasan tentang rapat dewan kota Betaverse. Sebelumnya sebagai pembuka percakapan Andy memberi tahu yang dilihatnya di lantai 55 kepada sang profesor. Andy berasumsi beliau mengetahui rencana rapat tersebut dan bahwa acara di aula

  • Koloni Betaverse   28. Lorong Streamline

    Memelesat di dalam pod cab dengan jendela bening transparan lebih terasa hidup daripada mode sembunyi. Andy merekam video pemandangan di depannya dengan tablet. Dia merasa takjub seperti saat awal-awal kepindahannya ke Betaverse. Andy tahu ada kemungkinan, atau lebih tepatnya risiko, dia akan meninggalkan kota ini demi membersamai Mom, Dad, dan Shellyn. Meski singkat, menjadi warga Betaverse sudah merupakan pengalaman yang sangat berkesan. Tidak akan ditemuinya lagi moda transportasi seperti ini di mana pun, satu-satunya di dunia. Baru kali ini setelah sebulan memilih bersepeda, Andy kembali menggunakan streamline. Lorong di bawah tanah tempat jalur pod cab itu, dibuat dengan tata cahaya yang indah agar pengguna streamline tidak terintimidasi oleh ruang tertutup dan kecepatannya yang seperti peluru. Efek garis-garis cahaya itu menurut Andy membuat streamline bagaikan kapsul perjalanan waktu. Pengguna yang takut melihat pemandangan dalam kecepatan tinggi itu kemungkinan tidak tahu ca

  • Koloni Betaverse   27. Lockdown Se-Jawa

    Pagi pukul enam lewat, Bob telah duduk di meja favoritnya di restoran UniChichi. Liurnya nyaris meleleh melihat penampilan semangkuk mi kuah dengan tambahan telur sambal merah. Rasa kantuknya pun hilang disulut aroma hidangan hangat yang membangkitkan selera. Sementara, gelang androidnya sunyi tanpa ada notifikasi apa pun. Bob merasa tidak perlu menunggu. Perutnya sudah berunjuk rasa sebab semalam hanya diberi asupan roti dan biskuit. Biarlah Said menyusulnya belakangan, pikir Bob. Nanti dia dapat menemani Said sarapan sambil menikmati tahu gejrot—buah tangan yang dia pesan semalam—sebagai menu penutup. Mi kuahnya hampir habis ketika Said muncul di ambang pintu restoran yang sengaja dibuka lebar setiap pagi. Pemuda itu masih membawa ransel. Tampaknya dia langsung datang ke UniChichi tanpa pulang lebih dahulu ke apartemen. Di tangannya tergantung goodie bag yang pasti berisi oleh-oleh. “Maaf, aku terlambat, Pak Bob!” Laki-laki semampai itu langsung duduk di depan Bob. Dia menyisir se

  • Koloni Betaverse   26. Fobia

    Sekitar pukul enam Andy telah mengayuh sepeda dari tempat parkir apartemennya menuju jembatan penyeberangan. Dia berkemas rapi dengan ransel yang terlihat penuh. Jaket kulit domba bertekstur halus yang dia kenakan cukup mampu menahan embusan angin dari daratan Jawa. Namun, dia melambat setelah melihat sekelompok polisi berjaga di mulut jembatan. Ketika akhirnya sepeda itu berhenti, seorang polisi muda datang mendekat. Dengan senter gelang tangan, polisi itu menyoroti sepeda gunung berdesain klasik itu. Andy mencoba tidak ambil pusing. Polisi mengetatkan pengawasan di situasi seperti sekarang adalah hal wajar. Andy hanya berharap jembatan masih dapat dilintasi. Seorang polisi lain datang menghampiri. “Pak Andy Shao?” Andy tidak mengenal petugas berusia sekitar 30 tahun itu. Sistem pengawasan inteligen digital pasti telah memindai muka Andy melalui kamera pengawas di sekitar tempat itu. Dengan cara itu petugas tersebut dapat memperoleh identitasnya dengan mudah. “Selamat malam, Pak

  • Koloni Betaverse   25. Tertahan di Betaverse

    Berdiri di pinggir koridor depan pintu lift, Andy tertegun menatap tabletnya. Dia membuktikan kata-kata Dila. Tiket kereta untuk malam ini hingga besok, bahkan setelahnya, kosong. Tidak ada jadwal perjalanan Tegal-Jakarta, tidak ke mana pun. Hanya ada keterangan “pelayanan rute luar kota dihentikan sementara”. Meskipun telah mendapatkan izin cuti, Andy masih belum tahu kapan dia akan berangkat ke Jakarta. Pilihan lain adalah dengan memesan travel mobdron yang berangkat dari Betaverse atau naik pesawat terbang dari bandara Cirebon. Namun, Andy lebih memilih transportasi darat lain seperti bus daripada melayang di atmosfer. Dia akui dirinya mengidap aerophobia. Dia takut naik pesawat terbang, melebihi ketakutannya duduk di dalam mobdron yang hanya terbang di bawah ketinggian seribu meter. "Benar rupanya," gumam Andy. "Kamu meragukan jawabanku, Andy?" balas Dila di airphone-nya. "Apakah sudah diputuskan? Lockdown?" "Belum ada beritanya. Tapi, bukan

  • Koloni Betaverse   24. Departemen Kepolisian

    Terakhir kali Bob datang ke kantor Departemen Kepolisian enam bulan lalu. Saat itu dia menemani Martina yang menjadi saksi untuk kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di sebelah apartemennya. Yang menarik dalam kasus itu, Bob curiga dengan pengakuan si istri yang menjadi korban, bahwa semua yang diceritakan wanita itu kepada Martina tidak berdasar. Sistem pengawasan sosial di kota ini terlalu rapi sehingga semua orang melaporkan kondisi diri mereka setiap hari, sekalipun itu dilakukan secara tidak sadar. Dari teknologi face hingga voice recognition, tidak ada orang yang dapat menghindar dari pendataan mesin. Semua itu digunakan untuk keamanan mereka sendiri. Akibatnya, sebagai contoh, petugas kepolisian akan segera mendatangi alamat rumah seorang warga ketika satu hari saja keberadaannya hilang dari sistem. Selain itu, jika benar terjadi kekerasan, korban dapat dengan mudah mengaktifkan SOS dengan banyak cara sehingga sistem yang menggunakan artificial intelligence se

  • Koloni Betaverse   23. Persiapan

    Lamat-lamat terdengar bunyi pintu apartemen dibuka seseorang. Mungkin itu Martina. Terjaga dari tidurnya, Bob melihat jam di atas meja nakas, pukul satu lebih. Sinar terik matahari mengintip di sela sambungan gorden yang tertutup. Biasanya, apabila tidur pagi sehabis shift malam, Bob akan bangun pukul tiga sore, kemudian makan siang, lalu bersantai di ruang duduk dan menonton TV hingga waktu joging sebelum pukul lima. Sekarang dia punya waktu lebih untuk melakukan hal lain. Bob bangkit dari ranjang, merasa sudah tidak dapat tidur lagi meski badannya belum segar benar. "Dari mana kamu, Malyshka?" tanya Bob sambil memeluk Martina yang berdiri di depan bak cuci dapur. Diciumnya rambut keemasan wanita asli Rusia itu. "Kau sudah bangun. Tidurmu kurang lelap, ya?" balas Martina dengan aksen asing yang masih cukup kental. Alih-alih menoleh dan membalas kecupannya, Martina sibuk mencuci brokoli di bawah keran. Istrinya tampak tidak bersemangat dan enggan membicarakan kegiatann

  • Koloni Betaverse   22. Prediksi

    Virus tersebut melumpuhkan kesadaran orang-orang yang berdiam mematung di pinggir jalan. Kemampuan kognisi mereka berhenti. Demikian pula yang terjadi pada ibu Andy di dalam rumahnya. Tapi, apakah mereka benar-benar tidak merasa mengalami apa pun? "Bandingkan dengan robot di mal ketika sedang dinonaktifkan, mereka juga tidak merespons orang lain! Tapi, pengidap virus Z tidak sama dengan robot-robot humanoid itu," ujar Profesor Munir ke hadirin. Dia lalu kembali mengirim pesan singkat kepada Andy untuk melanjutkan videonya. "Dila, kaburkan wajah Mom and Dad di dalam video!" kata Andy di ruang studionya. Serta-merta Dila memasukkan perintah ke dalam aplikasi untuk mengaburkan wajah cantik Mom. Profesor Munir mengomentari setiap video dari Andy yang memenuhi layar di depan ruang rapat. Sang profesor harus menahan kecewanya ketika mendapati bagian wajah suspek pengidap virus Z—dalam hal ini ibu Andy—, dibuat kabur. Bagaimanapun, dia tahu bahwa Undang-Undang Informasi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status