Share

Part 3 : dr. Mia

"Mama ... Kak Mia potong leher kucing aku!" teriak sang adik saat memergoki Mia yang tengah asyik menggorok leher kucing kampung itu. 

***

Sejak kecil Mia termasuk anak yang introvert, tapi cerdas luar biasa. Kebiasaannya mengurung diri dan menjauh dari teman-teman sebayanya, menyebabkan dia sering mengalami halusinasi (skizofrenia). Sayangnya, itu diabaikan oleh orang tuanya yang sibuk.  

Sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama, sebenarnya keanehan-keanehan pada Mia sering ditemukan oleh kedua orang tuanya. Namun, mereka membiarkan hal tersebut. Lagi-lagi, karena mereka sibuk.

Dua kali Mia kepergok sedang menggorok dan menguliti seekor kucing kampung di belakang rumahnya. Ketika ditanya, Mia jawab hanya iseng. Sang adik juga sering memergoki Mia tengah asyik meminum cairan yang sangat mirip darah dari bau amisnya. Tapi, Mia mampu mengelak dan menutupi perbuatannya dengan sangat rapi. 

Iya, Mia mengidap kelainan jiwa. Kanibalisme tepatnya. Kebiasaan memakan daging yang tak lazim itu bermula saat Mia duduk di kelas enam sekolah dasar. Mia sering sekali mengalami kerasukan dan halusinasi. Dia merasa tubuhnya ada yang memerintah, suara-suara pembisik yang membuat Mia sebenarnya sangat butuh teman untuk tempat berlindung. Tapi sayang, kedua orang tuanya yang sama-sama sibuk bekerja, jarang sekali ada waktu untuk Mia. Dan potensi bahaya yang terjadi pada Mia terakomodir menjadi gejala gangguan mental yang sangat membahayakan diri Mia di masa mendatang. 

Orang-orang pengidap kelainan ini memang sangat lihai menyembunyikan perbuatannya. Terlihat tidak sedih,  tidak ada masalah, dan cenderung baik-baik saja, walaupun sedikit pendiam. Selain jiwanya yang terlihat super tenang, Mia juga memiliki kemampuan meredam ingatan orang lain. Dibuatnya orang-orang yang memergoki keanehan tersebut bungkam seketika. Seperti hari itu, saat adiknya menjerit melihat Mia yang tengah asyik menggorok leher kucing miliknya. Seketika, Mia bisa membuat adiknya bungkam dan tak lagi mengadu pada orang tuanya. 

"Awas kalo kau beri tahu ayah dan ibu!" Sambil menodongkan pisau di leher sang adik dan memberi sedikit ancaman, akhirnya sang adik pun menuruti apa yang dikatakannya.

Mia yang tetap terlihat tenang selalu menampakkan wajah dan perilaku yang manis kepada orang tuanya, sehingga mereka sama sekali tak pernah tahu, apa yang sebenarnya Mia alami selama bertahun-tahun. 

Dengan memakan daging hewan-hewan tak lazim seperti kucing, tikus, dan lain-lain hasil sembelihannya sendiri, Mia merasa tenang. Fase memakan daging hewan itu pun mulai berubah menjadi rasa penasaran untuk beralih pada daging manusia. Mia berpikir, memakan daging manusia memunculkan rasa kepuasan tersendiri. Dengan memakan daging atau kulit manusia,  Mia merasa orang yang dia makan akan menjadi bagian dari dirinya. Mia merasa tidak sendiri lagi karena berhasil telah menguasai orang tersebut.

***

Ketika kuliah, Mia yang berhasil masuk kedokteran dengan nilai sempurna, membuat gangguan mental yang dia alami itu tertutup sangat rapi. Tak akan ada yang menyangka bahwa seorang mahasiswa kedokteran dengan nilai kelulusan terbaik, ternyata seorang pegidap kanibalisme. Padahal, beberapa teman kosnya dulu sempat memergoki Mia diam-diam tengah mengambil potongan tubuh jenazah yang sedang mereka jadikan praktek. Mia bilang, beberapa bagian tubuh itu akan dia jadikan bahan uji coba untuk penelitian yang lain. Teman-temannya menganggap Mia memang sangat cerdas. Kadang ide yang muncul melebihi apa yang dipikirkan sebagian orang. Mereka pun percaya begitu saja dengan alasan yang dia berikan. 

Seringkali Mia juga memakan daging beku di dalam kulkas tanpa dimasaknya terlebih dahulu. Katanya, lebih sehat dan juicy. Walau jawaban Mia dianggap kurang masuk akal, namun teman-temannya percaya dan cenderung mengabaikan. Mereka percaya jika Mia bisa menghasilkan sebuah eksperimen baru dengan kemampuannya menganalisa sesuatu, atau justru percaya dengan teori makan daging mentah itu lebih lezat dan sehat. Padahal, mereka sendiri tidak tahu daging apa yang tengah Mia makan.  

***

Jiwa kanibal Mia semakin hari semakin meningkat. Apalagi, setelah Mia lulus dan menjadi dokter kandungan. Ia mulai menikmati pemandangan janin segar yang ia tangani saat membantu seorang ibu yang tengah keguguran. Tapi, Mia tahu di negeri ini takkan mudah mendapat semua yang dia butuhkan. Karena itu, dalam kurun waktu satu tahun Mia berencana pindah keluar negeri. Dengan alasan melanjutkan study-nya, Mia berhasil mendapat kampus sekaligus pekerjaan di rumah sakit ternama, di mana di negara tersebut dengan sangat mudah menemukan komunitas para penikmat daging manusia. 

Di negeri Panda itu, Mia selain dengan bebas mendapatkan aneka macam asupan daging manusia termasuk janin, kebiasaannya merambah menjadi sebuah bisnis. Janin-janin hasil aborsi yang sengaja digugurkan itu dijual dengan sistem kerja sama. Gilanya lagi, di sana ada yang sengaja melakukan kegiatan seksual untuk bisa menjual janinnya. Lagi-lagi, uang adalah pangkal utama kehidupan para kaum hedon. Mereka tak segan menawarkan diri untuk saling beruhubungan intim. Dengan jarak empat sampai lima bulan, kandungan itu digugurkan, lalu dijual melalui tangan-tangan handal. 

Banyak dokter yang melakukan praktek amoral tersebut. Siapa yang tak tergiur. Janin yang segar bugar itu distandarkan dengan harga dolar penjualan barang berharga. Tak berhenti sampai di situ, bisnis Mia merambah di bidang kosmetik. Seorang CEO kosmetik ternama sempat menghubunginya dengan maksud yang sama. Mereka butuh plasenta bayi untuk bahan dasar pelembab, pemutih bahkan untuk dibuat kapsul anti jerawat dan flek. Lalu, kenapa Mia tiba-tiba memutuskan pulang ke Indonesia? Bukankah di negeri bermata sipit itu dia sudah menemukan apa yang dia butuhkan? Sebuah komunitas kanibal dan penikmat sup janin yang bisa dengan bebas ia peroleh di beberapa restoran, serta bisnis yang hasilnya tak bisa dibilang biasa? 

Mia bahkan sempat berhubungan dengan Willy, laki-laki sesama penganut kanibalisme. Makin sempurnalah hidup Mia di tengah para pemakan daging tak lazim itu.  

Enam tahun bukan waktu yang sebentar untuk Mia membangun karir. Program study-nya pun selesai dengan nilai sangat sempurna. Tapi hari itu, Mia memutuskan pulang ke Indonesia, meninggalkan negeri tirai bambu dalam keadaan buron. 

***

Pada suatu malam, mata Mia tiba-tiba berubah merah menyala, di mana kebiasaan orang-orang yang memiliki gangguan mental jenis kanibal seringkali mengalami halusinasi dan kerasukan (skizofrenia) awalnya. 

Terdengar ocehan Mia seperti sedang berkomunikasi, entah dengan siapa. Mia berjalan perlahan menuju dapur, tangannya meraih pisau dan kembali ke kamar. Terlihat Willy yang tengah tertidur pulas. 

Ya, sejak pacaran dua tahun lalu Mia memang tinggal di apartemen Willy dan hidup bersama. 

"Mia, kamu kenapa? " Teriak Willy, kaget ketika terbangun melihat Mia dengan posisi duduk di atas tubuhnya dengan sebilah pisau. 

Tak lama kemudian, darah muncrat keluar dari leher sang kekasih. Suara erangan Willy yang sudah tak berdaya itu dinikmati Mia sebagai tontonan yang menyenangkan..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status