Tuan Andreas yang mengetahui Elisa pingsan karena apa langsung meradang,Ia segera meraih ponsel dan menghubungi Asistennya Roy,karena ingin menanyakan apa saja kegiatan Elisa selama ini.Tuan Andreas menghitung usia kehamilan putrinya sama persis dengan jadwal kepulangannya dari sana,maka dari itu Ia yakin perbuatan itu terjadi saat Elisa berada di luar kota.
Kini hanya Roy yang di anggapnya dapat dipercaya,karena laki-laki itu sudah mengabdi cukup lama pada keluarga Andreas.
Selama ini pun Roy tidak pernah mengecewakannya,dan Ia sangat yakin jika Asistennya itu selalu bisa di andalkan.
Entah berapa puluh kali panggilan,namun Roy tidak juga mengangkatnya,Tuan Andreas bahkan lupa kalau hari ini ada rapat penting,dan Roy lah yang harus memimpinnya ,dikarenakan Elisa yang tiba-tiba ijin tidak masuk kantor
Laki-laki itu mengeram frustasi,segera meraih kunci mobil dan melangkahkan kaki keluar dari kamar Elisa.
Ia tidak lagi memperdulikan teriakan istrinya yang menanyakan kemana akan pergi.
Namun lagi-lagi baru setengah perjalanan menuju kantor,Tuan Andreas di kejutkan dengan suara dering ponselnya,dengan terpaksa dia harus menepikan mobil,untuk menjawab panggilan dari istrinya,agar tidak membahayakan pengguna jalan lain.
Tuan Andreas begitu kesal karena Nyonya Sintia memintanya kembali ke rumah,wanita itu bahkan sempat marah-marah dan mengancam,karena awalnya Tuan Andreas menolak permintaannya.
Akhirnya Tuan Andreas mengiyakan permintaan istrinya itu untuk kembali ke rumah,karena tadi Nyonya Sintia mengatakan kalau Elisa sudah sadar,dan akan mengatakan dengan jujur siapa laki-laki yang telah merusaknya.
Berjalan cepat menaiki satu persatu anak tangga yang di rasa begitu lama,laki_laki paruh baya itu sudah tidak sabar dan ingin mendengar sendiri pengakuan dari Elisa.
Brakkk,
Tuan Andreas masuk ke kamar Elisa dengan membanting pintu sangat keras,hingga kedua wanita yang ada di dalamnya tersentak kaget.Elisa sampai menggigil ketakutan melihat amarah Papi nya,yang menurutnya sangat menyeramkan.
Ia bahkan baru melihat ekspresi wajah Papi nya yang seperti ini.
"Cepat katakan,siapa yang melakukannya padamu,"teriak Papi Andreas dengan suara baritonnya.
"Pih..."Mami Sintia mencoba meredam amarah suaminya,Ia begitu kasihan melihat putrinya yang sudah meringkuk ketakutan.
"Diam!!!Jangan selalu membelanya,lihat akibat Mami selalu memanjakannya,dia jadi tumbuh menjadi liar seperti ini,"ucap Papi Andreas dengan wajah yang memerah.
"Cukup Pih!Jangan marahi El terus,kau tidak lihat dia sudah ketakutan seperti ini,"jawab Mami Sintia tegas.
Tuan Andreas memandang Elisa yang masih meringkuk sambil menangis di atas tempat tidur.Ia segera merengkuh tubuh anak gadisnya dan membawanya ke dalam pelukan.
"Maaf,Papi tidak bisa menjagamu,"mencium puncak kepala putrinya,yang kini terlihat sangat menyedihkan.
Orang tua mana yang sanggup melihat anaknya seperti ini,sungguh Tuan Andreas sangat merasa gagal menjadi seorang Ayah,karena telah lalai menjaga putri satu-satunya.
"Maaf Pi,Elisa udah buat Papi kecewa,"gadis itu menangis terisak di pelukan orang tuanya.
Melepas pelukannya,dan mengusap air mata di pipi putrinya,"Papi sudah memaafkan mu,sekarang katakan pada Papi,siapa Pria itu?"Menatap wajah Elisa dengan intens.
"Papi janji,tidak akan menghukumnya,Papi hanya ingin dia bertanggung jawab atas perbuatannya,"
"Tapi_,"
"Sst..."Tuan Andreas menggelengkan kepalanya,saat melihat keraguan di mata Elisa,"Tidak akan terjadi apa-apa,jangan takut."
Gadis itu kembali diam.
"Apa El ingin lihat Papi dan Mami sedih?"tanya Papi Andreas.
Elisa menggelengkan kepalanya,sungguh ini bukan kemauannya.
Memang Elisa menginginkan laki-laki itu untuk jadi suaminya,tapi bukan dengan cara seperti ini.
"Apa El mau,nanti ketika bayi El lahir tidak tahu siapa Ayahnya?"Tuan Andreas kembali bertanya pada putrinya itu.
Elisa mendongak,menatap wajah laki-laki paruh baya yang ada di depannya.Ada yang sedikit mengusik di hati kecilnya,bagaimana dia bisa punya pikiran seperti ini,membiarkan anak yang tidak berdosa lahir tanpa seorang Ayah.
Lalu bagaimana dengan Rengganis?bukankah Arya telah memilik istri.
Awalnya Elisa berpikir perbuatannya itu tidak akan menghasilkan anak,mengingat dia melakukannya hanya sekali.
Tapi nyatanya benih itu sudah tumbuh di dalam perutnya.
Entah kenapa pikiran Elisa bertolak belakang dengan niat awalnya mengejar Arya,dulu mungkin dia akan dengan senang hati menikah dengan laki-laki itu,namun kenapa sekarang dia sendiri merasa bimbang.
Elisa memilih diam dan menerima semua amarah dari kedua orang tuanya,bukan lagi tentang itu yang Ia takutkan,karena sudah jelas tadi Papi nya mengatakan sudah memaafkannya.Tapi kini dia takut tentang keluarga Pratama,apa mungkin mereka akan menerima perempuan seperti dirinya?dan apa Arya akan mengakui anak yang ada di dalam kandungannya,mengingat sikap terakhir Arya saat bertemu dengannya.
"ELISA!!!!"teriak Tuan Andreas murka,kesabarannya sudah habis menunggu jawaban dari anaknya yang tak kunjung berbicara.
"Pih_,"Elisa sempat terlonjak kaget sambil memegangi dadanya,Ia menarik napas dalam-dalam,mengumpulkan keberaniannya tadi yang sempat hilang,akibat teriakan Papinya.
"Sebenarnya_....."
"Ma_maafin kak Arya Pih,jangan hukum dia,"akhirnya tangis Elisa kembali pecah,dia sampai berlutut memohon kepada orang tuanya agar tidak menyakiti laki-laki itu.
"Sebesar itu kah kau mencintainya El!!hingga kau mati-matian membela laki-laki itu!!!teriak Tuan Andreas memenuhi langit-langit kamar.
"Aku mencintainya Pih,tolong jangan sakiti Kak Arya,"ucap Elisa lirih dengan air mata yang semakin deras.
Elisa tahu bagaimana sifat Papi nya saat sedang marah,bahkan Tuan Andreas bisa melakukan apa saja dengan uang yang di milikinya.
"Pih,Elisa benar Papi tidak boleh melakukan apapun pada Arya,dia adalah Ayah dari anak yang sedang di kandung Elisa saat ini,"ucap Mami Sintia mencoba membela putrinya.
"Aku memang tidak akan menyakiti Arya,tapi dia harus bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan pada Elisa,"jawab Tuan Andreas.
"Lalu bagaimana dengan istrinya,bukankah dia anak angkat Mbak Rani?apa Papi tega menyakitinya?tanya Nyonya Sintia bingung.
"Aku tidak peduli dengan istrinya,bukankah dia hanya anak angkat?untuk apa kita memikirkannya,toh pasti mbak Rani tidak akan terlalu sedih,"jawab Tuan Andreas yakin.
"Bangun El,kita akan ke rumah keluarga Pratama untuk meminta pertanggung jawabannya,"Tuan Andreas memapah putrinya untuk duduk di sisi tempat tidur.
"Makasih,Pih,"Elisa tersenyum dan mengusap sisa-sisa air mata di pipinya.
"Kalian segera bersiap-siap,Papi ada urusan sebentar,"ucap Tuan Andreas melangkah keluar dari kamar Elisa.
"Mi,bagaimana ini...?"Elisa sudah cemas sendiri,padahal papinya belum mengatakan kemana mereka akan pergi.
Elisa bukan gadis bodoh yang tidak tau maksud perkataan Papi Andreas baru saja.
Kemana lagi jika bukan menemui keluarga Arya untuk memberitahu kehamilannya sekaligus meminta pertanggung jawaban.Elisa hanya mengangguk pasrah mengiyakan perintah Papi Andreas tadi.Di bantu Mami Sintia,Elisa bersiap_siap untuk segera pergi menemui keluarga laki_laki itu.
*****
"Iya Tuan,"jawab seseorang di seberang telepon.
"Tolong kau minta rekaman cctv dari hotel XX sekarang juga,lalu kirimkan segera,"
"Baik Tuan."
Klik....
"Arya....!!!!Kenapa harus dia?"Tuan Andreas mengepalkan kedua tangannya,darahnya menggelegak hebat saat menyebut nama laki_laki itu.
"Padahal Papi sudah siapkan calon yang pantas untukmu,El?Yang pasti lebih baik dan setidaknya bisa menghargaimu."
Hancur sudah rencana Tuan Andreas untuk bisa menjodohkan putrinya dengan Rangga,yang tak lain adalah rekan bisnisnya sendiri.
"Aku pastikan kau akan menyesal telah menyakiti putriku."
Sebenarnya sebagai orang tua,Tuan Andreas sangat mengetahui bahwa Elisa dari dulu memang menyukai Arya. Namun dia tidak menyangka akhirnya akan seperti ini. Tuan Andreas dari dulu hanya mengira rasa suka yang Elisa miliki terhadap Arya,hanya sebatas cinta monyet saja.Mengetahui usia Elisa saat itu masih sangat muda,dan Arya pun belum cukup dikatakan dewasa. Bahkan kepulangan Elisa ke Indonesia yang dia sebut sebagai liburan,tidak bisa membohongi orang tuanya bahwa sebenarnya,itu hanya akal-akalan Elisa saja untuk bisa menemui Arya,yang saat itu lebih dulu kembali ke Tanah Air. Diam-diam Tuan Andreas menyuruh salah satu orang kepercayaannya untuk mengikuti Elisa,dan melaporkan semua kegiatan Elisa. Saat mengetahui Arya tidak sama sekali menyukai putrinya,awalnya Tuan Andreas sangat kesal,apa sih yang kurang dari Elisa,hingga ada seorang Pria
"Jawab Nak,kenapa kamu diam saja,"Mama Anggi mengusap sisa-sisa air mata di pipinya,berharap Arya bisa membuktikan bahwa laki-laki itu bukan dirinya. Sementara Elisa dan kedua orang tua nya hanya diam sambil menunggu keputusan akhir yang akan di ambil Tuan Pratama untuk putranya. "Aku tidak melakukan apapun pada Lisa,Ma."Arya menggenggam tangan Mama Anggi,berharap wanita itu percaya. Arya masih berusaha mengelak,ia menolak kalau yang ada dalam video itu adalah dirinya. "Apa kau yakin...?" "Pa...?Aku tidak pernah punya perasaan apapun pada Lisa,bagaima mungkin aku_....?" "Kak....?"Elisa langsung berdiri di sertai air mata yang begitu deras di pipinya."Kamu tega Kak,ngomong kaya gitu."Gadis itu kembali terisak. "Itu kenyataannya Lis,aku tidak pernah ada perasaan apapu
Setelah pertemuan kedua keluarga,dan di putuskannya untuk Elisa melakukan tes DNA yang akan di lakukan 3 bulan lagi,akhirnya mereka membuat kesepakan untuk menyimpan berita besar ini untuk sementara waktu.Selain untuk menghindari berita buruk,Keluaraga Pratama tidak ingin Rengganis yang merupakan istri dari Arya mendengar kabar ini,karena wanita itu juga tengah mengandung dan di takutkan akan berakibat buruk untuk kesehatannya.Elisa dan keluarganya tentu saja menyetujui,karena Tuan Andreas sendiri juga tidak mau jika putrinya menjadi bahan gunjingan semua orang.Untuk itu Tuan Andreas mengatakan pada semua karyawan kantor,termasuk Roy kalau Elisa sudah kembali ke Inggris dan melanjutkan pendidikannya di sana,membuat semua karyawan bingung namun mereka memilih diam dan tidak berani menanyakan apapun.Roy yang saat itu menjabat sebagai Asisten pribadi sekaligus orang kepercayaan Tuan Andreas tak kalah bingung,pasalnya waktu itu ia sendiri yang mengurus
"Minggir jangan menghalangi jalanku."Teriak Elisa keras,sejak di depan loby tadi,wanita itu sudah mengeram kesal karena merasa di persulit untuk masuk ke kantor itu."Maaf Nona Elisa,saat ini Tuan Arya sedang tidak ada di kantor."Jawaban Alex tetap saja tidak membuat keinginan wanita itu di urungkan."Mamang kenapa kalau kak Arya tidak ada di kantor.Aku akan menunggunya sampai dia datang,lagian kenapa si kalian dari tadi menghalangi jalanku."Gadis itu menatap tajam Alex beserta Pak Satpam yang terpaksa ikut masuk karena di depan tadi sudah gagal mencegah wanita itu."Saya hanya menjalankan tugas,jadi tolong kerjasamanya."Ucap Pak Satpam dengan nada sopan,ia kenal betul wanita di depannya ini adalah Elisa Andreas,putri tunggal salah satu pengusaha ternama di kota itu."Aku hanya ingin ke ruangan Kak Arya,ish....kenapa kalian menyebalkan seperti ini sih!"Umpatnya sekali lagi seraya menghentak keras kakinya ke lantai."Tapi Tuan Arya sedang ti
Lagi dan lagi,Elisa hari ini kembali menyambangi dan mengganggu pekerjaan Arya yang sempat terbengkelai dari kemarin.Walaupun harus keluar rumah dengan susah payah,dan memohon pada Mbok Nah selaku orang kepercayaan papinya,membuat gadis itu tidak peduli demi bisa menemui orang yang ia cintai."Kak..."Elisa berdandan secantik mungkin demi bisa menarik perhatian Arya,namun membuat laki_laki itu semakin benci saat melihatnya.Hari ini tidak seperti biasanya,Elisa jelas melihat wajah Arya yang tampak kusut dan sedikit berantakan.Apa Kak Arya baru bertengkar dengan Rengganis?Baguslah kalau memang iya,terlihat senyuman terbit dari bibir Elisa,ia malah semakin senang jika Arya bercerai dengan istrinya.Dengan begitu ia akan semakin leluasa mendekati laki_laki itu."Astaga,mau apa lagi Lis?"Rasanya Arya ingin kabur dan memilih kembali ke rumah daripada ia harus meladeni perempuan satu ini."Kenapa?Aku hanya ingin menemani Kak Arya."Dengan tidak tau
Perusahaan Arya"Kak....""Ada apa,aku banyak kerjaan,"ucap Arya tegas saat menerima panggilan dari Elisa."Aku ada di depan lobby,""Apa????""Kakak ingin aku yang naik ke atas,atau Kak Arya yang turun menemui ku?""TIDAK!!!""Baiklah,Kakak ingin aku buat keributan lagi seperti kemarin?"ucap gadis itu.Oh,astaga Arya benar-benar bisa gila,kalau sampai gadis itu naik dan membuat keributan lagi seperti beberapa waktu lalu.Apalagi kini perut Elisa yang sudah kelihatan membuncit,apa yang akan di pikirkan para karyawannya,jika melihat gadis itu sering bolak-balik datang kemari?Padahal dua jam lagi ada rapat penting yang harus di pimpin oleh Arya sendiri.Ah,sial,terpaksa ia harus turun dan menemui wanita sialan itu,agar dia tidak sampai naik dan membuat keributan lagi.Sedangkan untuk rapat,ia serahkan semuanya pada Alex.Elisa tersenyum menang melihat Arya yang berjalan tergesa me
Setelah di tinggalkan Arya begitu saja di depan parkiran Supermarket,Elisa sempat menangis sambil terus memaki laki_laki itu.Meski ia begitu mencintai Arya,namun tetap saja ia tidak terima di tinggalkan begitu saja,dan Arya malah lebih memilih mengejar sang istri.Apalagi sekarang Elisa dalam keadaan hamil besar,ia jadi gampang terpancing emosi dan cepat merasakan lelah.Elisa tidak menyangka jika keadaan akan berubah secepat ini.Meski begitu,Elisa sangat bahagia karena sebentar lagi ia akan segera menikah dengan Arya setelah hasil tes DNA keluar dan menyatakan bahwa bayi yang ia kandung benar_benar anak laki_laki itu.Elisa bahkan sadar bahwa nantinya ia akan menjadi istri kedua Arya,karena laki_laki itu tidak akan menceraikan istrinya dan pasti ia akan merasa selalu tersingkir.Namun lagi_lagi Elisa begitu yakin,kalau suatu saat nanti Arya akan menerimanya jika anak yang ia kandung telah lahir.Meski terkesan memaksa,Elisa tidak peduli yang terpenting ia bisa me
Roy melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju Apartemen pribadi miliknya.Setelah tiba di parkiran Apartemen,ia segera memarkirkan mobilnya dan segera ke luar menuju pintu lift.Lantai 6 menjadi tujuannya,Roy segera keluar saat pintu lift itu terbuka.Mengambil access card dari saku jasnya ia lantas masuk ke dalam Apartemen yang sudah ia tinggali selama 5 tahun belakangan ini.Sebelumnya Roy pernah tinggal di kediaman Andreas saat Elisa menetap di luar negeri,tapi kemudian laki-laki ini memilih tinggal di apartemen karena ingin belajar hidup mandiri.Roy sadar sebagai seorang yatim piatu yang tidak mempunyai siapa pun,ia harus bisa menghidupi dirinya sendiri.Terlepas dari itu semua,Tuan Andreas sebenarnya telah menganggap Roy seperti anaknya sendiri,dan memang sejak kecil laki-laki ini telah mengabdi pada keluarga Andreas.Dulu Ayah Roy sebenarnya Supir pribadi Tuan Andreas,dan saat k
"jadi, maksud Anda istri saya sedang hamil?" Roy mengulangi pertanyaan untuk yang ke sekian kalinya. Menatap tak percaya pada Elisa yang ada di sebelahnya dengan pandangan sama-sama bingung."Iya, Tuan, istri Anda sedang hamil, dan usia kandungannya baru berumur empat minggu.""Apa, Dok? Saya hamil?" Elisa terlambat merespon, di raihnya hasil USG yang ia sendiri tidak paham dengan apa yang tertulis di dalamnya, "Ini beneran kan, Dokter?""Benar, Nona." Dokter pun meyakinkan sekali lagi, bahwa hasil test itu memang benar adanya."Tapi, kenapa usia kandungannya berjalan empat minggu?" Roy kembali menyahut, seingatnya ia berdamai dengan Elisa dan baru melakukan hubungan badan sekitar tiga minggu yang lalu, tapi....?Roy menatap bingung dengan penjelasan Dokter tadi, sempat ada rasa curiga dari pancaran mata lelaki itu. Bagaimana bisa?"Tidak mungkin Dokter, kami melakukannya baru tiga minggu yang lalu, ini kenapa bisa? Atau jangan-jangan----...
"Jangan lupa Kak, belikan aku somay." Isi pesan dari istrinya, membuat Roy mengernyit heran, sejak kapan Elisa suka dengan makanan itu? Bukankah yang ia tahu Elisa kurang suka dengan makanan apa saja yang berbahan ikan. Lelaki itu tidak membalasnya, tapi ia tetap membelikannya untuk Elisa.Roy memacu mobilnya kembali setelah mendapatkan apa yang di minta istrinya. Lelaki itu tiba di halaman depan dan bergegas mencari di mana keberadaan wanita itu."Bik, di mana Elisa?"Bibik yang sedang berada di dapur langsung berbalik, menatap heran sang majikan yang biasanya masih ada di kantor."Nona ada di taman belakang, Tuan.""Oh ya Bik, tolong pindahkan ini ke piring, lalu antarkan segera ke taman." Roy menyerahkan sebungkus somay yang ia bawa, lalu melangkah menuju taman belakang."Kak, kamu udah sampai?" Elisa terlihat berbinar, di letakkan ponsel yang ia pegang, lalu matanya menyipit ke arah kedua tangan suaminya. "Mana pesananku? Tidak ada kah?"
Hari-hari selanjutnya di lalui Elisa dengan sangat manis. Mereka mencoba saling memperbaiki diri dan memulainya kembali dari awal. Pernikahan mereka yang semula hanya status kini benar-benar layaknya pernikahan normal seperti biasa. Keduanya sama-sama menerima apapun kelebihan atau kekurangan dari diri mereka masing-masing."Kak, kapan kita mau jemput Rey?" tanya Elisa suatu pagi. Ini kali ketiganya wanita itu menanyakan, setelah beberapa hari yang lalu selalu Roy abaikan."Iya nanti. Kamu sabar dulu ya? Aku masih ada kerjaan penting yang nggak bisa di tinggalin." Selalu saja jawaban itu yang suaminya berikan. Sabar, sabar. Sampai kapan?"Kalau Kakak memang nggak bisa ninggalin kerjaan, bagaimana kalau aku aja yang jemput Rey sendiri?" Elisa mencoba bernegosiasi. Jika ia harus menjemput putranya sendiri, sebenarnya tidak masalah. Tapi lelaki itu yang selalu menghalanginya."Tunggu aku, El? Nanti kita pergi sama-sama." Lelaki itu terlihat sudah rapi. Di pe
"Ayo, Nak? Katanya mau ketemu Mama?" Aditya mengingatkan pada gadis kecil tentang tujuannya datang ke sini, lagi pula pria itu merasa tidak enak sendiri saat menyadari kalau ada wanita cantik di sebelah sana yang sejak tadi terabaikan keberadaannya."Tapi Alya masih pengen sama Ayah Roy," rengek bocah itu manja. Alya benar-benar terlihat enggan melepaskan lelaki itu yang sejak tadi menggendongnya."Sini sama Ayah Adit gantian, kasiah tuh Ayah Roy capek, kan sejak tadi udah gendong Alya."Gadis itu memandang wajah Roy sejenak, lalu segera bergerak turun dari gendongan lelaki itu. "Tapi Ayah janji kan, mau nengokin Mama lagi?"Roy hanya mengangguk setuju menjawab pertanyaan Alya. Sejujurnya ia kasihan dengan gadis kecil itu, tapi mau bagaimana lagi, Alina memang harus di rawat agar bisa segera sembuh.Aditya dan Alya kembali menyusuri lorong menuju kamar di mana tempat rawat untuk Alina. Keduanya sama-sama terlihat sedih melihat seorang yang sangat d
Elisa melangkah mendekati keduanya, lalu melipat kedua tangannya santai. "Sudah, nostalgianya?" ucap wanita itu sinis. Pandangannya masih tidak bersahabat pada sosok lelaki yang baru saja kemarin menyatakan cinta padanya."Kenapa kalian tidak balikan saja? Kalian cocok kok, yang satu penggoda dan satunya lagi..... PENGHIANAT!""El...!""Apa!!" Emosi wanita itu sudah memuncak, hingga ia tanpa sadar berteriak dan mengundang perhatian para penghuni tempat itu."Apa Kak Roy sengaja, ngajak aku ke sini untuk melihat keromantisan kalian berdua?""El, ini tidak seperti apa yang kamu lihat. Percayalah." Roy mendekati Elisa, meraih tangan wanita itu, namun segera di tepisnya dengan kasar."Lihat apa? Aku bukan anak kecil, Kak? Jika kalian ingin berbalikan, kenapa mengajakku kemari?" Elisa juga terlihat menangis. Bagaimana ia tidak sakit hati mendengar ungkapan Alina tadi yang menunjukkan betapa dekatnya mereka berdua."El, kumohon, berhentilah
Tiga hari berlalu, luka di tangan Rengganis sudah membaik dan hari ini dokter mengijinkannya untuk pulang. Perempuan itu bersiap-siap di bantu Arya yang sudah sejak pagi tadi datang menjemputnya untuk membereskan semua barang yang sudah di pakai selama berada di rumah sakit."Apa ada yang tertinggal?" tanya Arya saat keduanya hendak melangkah keluar. Di tatapnya wajah sang istri yang terlihat bahagia karena sebentar lagi akan bertemu dengan kedua anaknya yang selama tiga hari ini jarang ia temui."Ada."Langkah Arya terhenti, sejenak menatap ke belakang menyapu seisi ruangan yang sudah kosong. "Apa?" tanya lelaki itu bingung."Hatiku yang tertinggal. Di sini." Rengganis menyentuh dada bidang Arya, membuat sang pemilik tersenyum senang mendengarnya."Tiga hari di rumah sakit, kenapa kamu jadi pintar merayau?""Memangnya salah, merayu suami sendiri?" Perempuan itu mengerlingkan sebelah matanya, membuat sang suami gemas dan mendadak mende
"Tan-te....?""Kamu...! Wanita tidak tau malu!" maki Mama Anggi seketika saat melihat siapa orang yang tiba-tiba saja masuk. Perempuan itu mengurungkan niatnya untuk keluar dan lebih tertarik untuk melampiaskan emosinya kepada wanita yang menjadi sumber semua masalah."Tan-te, maaf....?" ucap Elisa menunduk. Wanita itu meremas ujung kain yang membalut tubuhnya dan menyiapkan hati untuk menerima apapun yang akan perempuan itu ucapkan."Mau apa kamu datang kesini! Belum puas menyakiti menantuku?" Pandangannya menajam, seakan sebuah belati yang siap menguliti tubuh wanita itu."Ak-aku hanya ingin minta maaf, Tante.""Minta maaf? Cih, lalu nanti kamu akan mengulanginya lagi? Setelah semua yang kamu lakukan pada mereka, apa menurutmu masih pantas mendapatkan maaf?""Ma...? Tolong jangan berbicara seperti itu?" cegah Papa Pratama dari arah belakang, pria itu menghampiri istrinya dan menahan tubuh perempuan itu agar tidak semakin menyudutkan Elisa.
"Jelaskan semuanya ke aku, Kak?" Elisa masih saja menghujani Roy dengan berbagai pertanyaan,, terutama mengenai ucapan Alina yang sukses membuatnya malu di depan umum.Bagaimana tidak, setelah Alina mengatakannya, tatapan semua orang langsung mengarah padanya. Meski setengah berbisik, tapi Elisa sedikit bisa mendengar gunjingan dari orang-orang yang menyaksikan perdebatan tadi."Kak...!" Entah sudah keberapa kali wanita itu berteriak, namun Roy masih saja bungkam dan tidak sama sekali memberi jawaban. Seharusnya Elisa tau kalau semua juga berawal dari dirinya yang membuat jarak begitu jauh dengan suaminya sendiri. Bahkan ia tidak mau sedikitpun di sentuh oleh lelaki itu.Kini Elisa dan Roy tengah berada di sebuah ruang perawatan. setelah Dokter memeriksanya tadi, beruntung tidak ada sedikitpun luka yang di temukan di tubuh wanita itu, Dokter pun memutuskan untuk meninggalkan mereka berdua."Kak...!""Stttt....! Jangan berisik, El? Nanti mengganggu yang
Sementara di dalam toilet, antara Elisa dan Rengganis tengah terjadi ketengangan. Semua terjadi bukan berasal dua wanita cantik ini, tapi karena seorang perempuan yang tiba-tiba saja muncul dan hendak melukai Elisa."Lepas! Kau gila ya!" Elisa memaki, menahan garpu yang hampir saja melukai wajahnya."Ya, aku gila! Aku memang gila, kau mau apa, hahh!" Perempuan itu sudah seperti kerasukan iblis, ia menempelkan garpu runcing itu tepat di leher Elisa setelah tadi gagal melukai wajah wanita itu."Lepas!"Saat itu Rengganis juga tengah berada di salah satu bilik toilet, ia yang mendengar ke gaduhan langsung mengintip keluar, tubuhnya bergetar, detak jantungnya berpacu dengan cepat saat melihat pemandangan dari balik pintu."El-lisa...?"Rengganis kebingungan. Jika ditanya apa dia masih membenci wanita itu? Tentu saja masih, tapi melihat keadaannya sekarang sangatlah berbeda. Kini yang ada di depannya bukan perkara soal Elisa yang dulu hendak mere