"Minggir jangan menghalangi jalanku."Teriak Elisa keras,sejak di depan loby tadi,wanita itu sudah mengeram kesal karena merasa di persulit untuk masuk ke kantor itu.
"Maaf Nona Elisa,saat ini Tuan Arya sedang tidak ada di kantor."Jawaban Alex tetap saja tidak membuat keinginan wanita itu di urungkan.
"Mamang kenapa kalau kak Arya tidak ada di kantor.Aku akan menunggunya sampai dia datang,lagian kenapa si kalian dari tadi menghalangi jalanku."
Gadis itu menatap tajam Alex beserta Pak Satpam yang terpaksa ikut masuk karena di depan tadi sudah gagal mencegah wanita itu.
"Saya hanya menjalankan tugas,jadi tolong kerjasamanya."Ucap Pak Satpam dengan nada sopan,ia kenal betul wanita di depannya ini adalah Elisa Andreas,putri tunggal salah satu pengusaha ternama di kota itu.
"Aku hanya ingin ke ruangan Kak Arya,ish....kenapa kalian menyebalkan seperti ini sih!"Umpatnya sekali lagi seraya menghentak keras kakinya ke lantai.
"Tapi Tuan Arya sedang tidak bisa di ganggu,Eh."
Tuh kan,Alex sampai keceplosan karena terlalu frustasi menghadapi wanita itu.
"Nah 'kan?Tadi kamu bilang Kak Arya tidak ada di sini.Kalian bohongin aku,iya?"Elisa semakin marah karena merasa di permainkan.Sekarang ia tidak peduli lagi dengan dua orang itu.Dengan berani ia menerobos dua pasang manusia yang sejak tadi pasang badan demi menghalanginya masuk.
"Minggir!Kalian tidak tau kalau aku sedang hamil,kalau sampai ada apa_apa dengan kandunganku,kalian yang harus bertanggung jawab."Elis mulai mengancam dengan kata_kata yang seketika membuat keduanya mundur tanpa perlawanan.
Sial,apa yang harus aku lakuakan,umpat Alex dalam hati.
Wanita itu tersenyum puas saat melihat wajah pucat kedua laki_laki di hadapannya,sekarang jalan sudah terbuka lebar,dan dengan langkah mantap ia berjalan menuju ke ruangan Arya.
Ceklek,
"Kak...?"Pintu terbuka bersamaan dengan seorang wanita masuk dan langsung berjalan mendekatinya,membuat yang pemilik ruangan seketika terlonjak kaget.
"Lis,kamu?"
"Kenapa?Kak Arya bingung 'kan,aku bisa masuk ke sini?"Kata wanita itu dengan sinis."
"Aku sibuk Lis,kenapa kamu malah datang kesini?"Arya semakin pusing karena sekarang Elisa tidak hanya mengganggu lewat panggilan dan pesan,tapi wanita itu malah sekarang nekad mendatanginya kemari.
"Sibuk?Ckck..."Ia menggeleng tak percaya,memang ia tidak terlalu mengerti dengan pekerjaan seorang CEO,karena selama ia menjabat sebagai wakil CEO di perusahaan papinga,gadis itu setiap hari hanya sibuk main hp dan seolah_olah ia benar_benar menjadi seorang bos.
"Kamu tidak lihat tumpukan berkas ini."Menunjuk berkas di depannya.
"Lalu kenapa kalau banyak kerjaan,bukannya Kak Arya seorang bos,untuk apa punya karyawan banyak kalau semua pekerjaan malah Kak Arya sendiri yang menyelesaikan."Tuh kan,dasar gadis aneh bahkan ia menyalahkan orang lain.
"Apa mau mu?"Akhirnya Arya mengalah daripada harus berdebat dan semakin menambah pekerjaan.
"Aku...?"Menunjuk dirinya sendiri.
"Aku ingin Kak Arya menemani ku jalan_jalan."Ucap Elisa terus terang.
Memang apalagi yang ia inginkan sampai susah payah mendatangi Arya,dan sempat bertengkar dengan Alex tadi.
"Nggak bisa,Lis.Kamu lihat sendiri kan aku sibuk."
Elisa tampak merengut mendengar jawaban Arya yang sama sekali tidak menatapnya.Haruskah ia mengalah dan kembali pulang setelah ia berhasil menemui laki_laki itu.Padahal untuk sampai di tempat ini Elisa harus menyelinap diam_diam keluar rumah dan membohongi papinya.
"Pokoknya aku mau kak Arya menemaniku,titik!"
"Terserah,aku benar_benar tidak bisa."Ucap Arya tanpa masih sibuk menatap berkas yang satu persatu harus ia periksa.
"Oke."Ucapan Elisa seketika membuat Arya lega,pasti habis ini gadis itu akan pulang dan ia bisa melanjutkan pekerjaannya.
Namun sepertinya Arya salah,Elisa masih duduk manis di sofa tanpa berniat meninggalkan kantor itu.
"Hallo Rengganis ada di rumah,Bi?"Terlihat Elisa tengah menghubungi seseorang,sembari melirik ke arah Arya yang mulai terpancing saat ia menyebut nama istrinya dengan keras.
"Oh tidak,saya hanya ingin berbicara sebentar,apa bole____?"
Seketika handphone Elisa di rampas paksa oleh Arya,entah sejak kapan laki_laki itu sudah berdiri dan menatapnya tajam.
"Kak,kembaliin hp aku."Teriak Elisa penuh kesal,padahal di dalam hati ia tertawa senang karena berhasil membohongi Arya.
"Tidak akan."
"Kakak kenapa si aku kan hanya ingin menghubungi Rengganis dan bilang___...?"
"Cukup,Lis!"
"Kenapa,kakak takut Rengganis tau masalah ini?"Gadis itu tersenyum mengejek sembari melipat kedua tangannya."Ck,benar 'kan apa yang aku bilang,kakak pasti khawatir kalau sampai wanita itu___..."
"Lis...?"Laki_laki itu memilih mengalah daripada harus meladeni Elisa yang semakin menjadi,apalagi sekarang gadis itu menggunakan Rengganis untuk mengancamnya.
"Apa?"Balas gadis itu menantang.
"Ambil,dan gunakan sesukamu."Arya melempar black card di pangkuan Elisa,membuat gadis itu melotot tidak percaya.
"Kakak pikir aku tidak punya uang?"Ia bangkit hingga kartu itu jatuh ke lantai begitu saja.
"Bahkan aku masih sanggup membiayai hidupku sendiri."
Dasar,dia pikir aku miskin sampai harus meminta_minta...
"Lalu apa yang kau inginkan?"Kali ini Arya benar_benar geram,ia pikir Elisa akan menerimanya dan akan segera angkat kaki dari kantor ini.
"Aku cuma mau Kak Arya menemani ku jalan_jalan."
"Hahhh...?"
Rasanya Arya sangat malas meladeni perempuan satu ini,tapi jika ia tidak menurutinya,pasti Elisa akan tetap di sini dan kemungkinan akan kembali mengancamnya melalui Rengganis.
"Oke."Arya pasrah jika memang hari ini ia harus menuruti permintaan gadis itu.
Ingat!Cuma hari ini...
"Yesss."
Elisa tersenyum puas saat melihat Arya tidak berkutik dan menuruti permintaannya.Walaupun dengan paksaan.
Aku tidak peduli walaupun harus mengancamnya lebih dulu,yang penting hari ini aku akan bersenang_senang.
Dan akhirnya Arya menuruti permintaan Elisa yang mengajaknya ke sebuah mall,bohong jika seorang perempuan tidak menyukai belanja.Nyatanya saat ini Elisa tengah membeli apapun yang ia mau,bahkan ia membeli alat make up mahal yang sebenarnya ia sama sekali tidak menyukainya.
"Aku bahagia Kak."Sepanjang perjalanan Elisa yerus bergelayut manja layaknya sepasang kekasih,hingga membuat Arya risih dan ingin segera mengakhiri semuanya.
"Apa kita akan pulang sekarang,bagaimana kalau kita nonton."Lagi_lagi gadis itu ngelunjak,merasa Arya pasti akan mengabulkan semua keinginannya.
"Aku harus pulang,Lis.Rengganis pasti menungguku di rumah."
Cih,wanita itu lagi.
"Tapi aku masih ingin di sini."Rengek gadis itu manja.
"Terserah,jika kamu masih ingin di sini."Arya melangkah keluar gedung dan berjalan menuju parkiran,meninggalkan Elisa yang terlihat sangat kesal.
Terpaksa gadis itu menurut daripada ia harus di tinggalkan sendiri di dalam gedunh,dan ia harus pulang dengan taksi nantinya.
"Ingat,jangan pernah menghubungiku lagi."Arya manahan tangan Elisa yang hendak membuka pintu mobil,membuat Elisa sedikit salah paham.Ia kira Arya akan memberinya ucapan selamat malam untuk sekedar basa_basi.Namun lagi_lagi Rengganis yang ia anggap paling penting.
Elisa mendengus,tanpa menjawab gadis itu keluar dari mobil dan menutupnya kembali dengan sangat kencang.
Lagi dan lagi,Elisa hari ini kembali menyambangi dan mengganggu pekerjaan Arya yang sempat terbengkelai dari kemarin.Walaupun harus keluar rumah dengan susah payah,dan memohon pada Mbok Nah selaku orang kepercayaan papinya,membuat gadis itu tidak peduli demi bisa menemui orang yang ia cintai."Kak..."Elisa berdandan secantik mungkin demi bisa menarik perhatian Arya,namun membuat laki_laki itu semakin benci saat melihatnya.Hari ini tidak seperti biasanya,Elisa jelas melihat wajah Arya yang tampak kusut dan sedikit berantakan.Apa Kak Arya baru bertengkar dengan Rengganis?Baguslah kalau memang iya,terlihat senyuman terbit dari bibir Elisa,ia malah semakin senang jika Arya bercerai dengan istrinya.Dengan begitu ia akan semakin leluasa mendekati laki_laki itu."Astaga,mau apa lagi Lis?"Rasanya Arya ingin kabur dan memilih kembali ke rumah daripada ia harus meladeni perempuan satu ini."Kenapa?Aku hanya ingin menemani Kak Arya."Dengan tidak tau
Perusahaan Arya"Kak....""Ada apa,aku banyak kerjaan,"ucap Arya tegas saat menerima panggilan dari Elisa."Aku ada di depan lobby,""Apa????""Kakak ingin aku yang naik ke atas,atau Kak Arya yang turun menemui ku?""TIDAK!!!""Baiklah,Kakak ingin aku buat keributan lagi seperti kemarin?"ucap gadis itu.Oh,astaga Arya benar-benar bisa gila,kalau sampai gadis itu naik dan membuat keributan lagi seperti beberapa waktu lalu.Apalagi kini perut Elisa yang sudah kelihatan membuncit,apa yang akan di pikirkan para karyawannya,jika melihat gadis itu sering bolak-balik datang kemari?Padahal dua jam lagi ada rapat penting yang harus di pimpin oleh Arya sendiri.Ah,sial,terpaksa ia harus turun dan menemui wanita sialan itu,agar dia tidak sampai naik dan membuat keributan lagi.Sedangkan untuk rapat,ia serahkan semuanya pada Alex.Elisa tersenyum menang melihat Arya yang berjalan tergesa me
Setelah di tinggalkan Arya begitu saja di depan parkiran Supermarket,Elisa sempat menangis sambil terus memaki laki_laki itu.Meski ia begitu mencintai Arya,namun tetap saja ia tidak terima di tinggalkan begitu saja,dan Arya malah lebih memilih mengejar sang istri.Apalagi sekarang Elisa dalam keadaan hamil besar,ia jadi gampang terpancing emosi dan cepat merasakan lelah.Elisa tidak menyangka jika keadaan akan berubah secepat ini.Meski begitu,Elisa sangat bahagia karena sebentar lagi ia akan segera menikah dengan Arya setelah hasil tes DNA keluar dan menyatakan bahwa bayi yang ia kandung benar_benar anak laki_laki itu.Elisa bahkan sadar bahwa nantinya ia akan menjadi istri kedua Arya,karena laki_laki itu tidak akan menceraikan istrinya dan pasti ia akan merasa selalu tersingkir.Namun lagi_lagi Elisa begitu yakin,kalau suatu saat nanti Arya akan menerimanya jika anak yang ia kandung telah lahir.Meski terkesan memaksa,Elisa tidak peduli yang terpenting ia bisa me
Roy melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju Apartemen pribadi miliknya.Setelah tiba di parkiran Apartemen,ia segera memarkirkan mobilnya dan segera ke luar menuju pintu lift.Lantai 6 menjadi tujuannya,Roy segera keluar saat pintu lift itu terbuka.Mengambil access card dari saku jasnya ia lantas masuk ke dalam Apartemen yang sudah ia tinggali selama 5 tahun belakangan ini.Sebelumnya Roy pernah tinggal di kediaman Andreas saat Elisa menetap di luar negeri,tapi kemudian laki-laki ini memilih tinggal di apartemen karena ingin belajar hidup mandiri.Roy sadar sebagai seorang yatim piatu yang tidak mempunyai siapa pun,ia harus bisa menghidupi dirinya sendiri.Terlepas dari itu semua,Tuan Andreas sebenarnya telah menganggap Roy seperti anaknya sendiri,dan memang sejak kecil laki-laki ini telah mengabdi pada keluarga Andreas.Dulu Ayah Roy sebenarnya Supir pribadi Tuan Andreas,dan saat k
Roy mengendarai mobil menuju kantor dengan sedikit tergesa-gesa,ia menarik pedal gas dengan kecepatan penuh,berharap agar ia tiba di kantor dan tidak sampai terlambat.Sial!Akibat terlalu memikirkan masalah itu,ia sampai tidak bisa tidur hingga menjelang pagi,alhasil hari ini dia harus kesiangan dan tidak sempat mengunjungi rumah kediaman Andreas.Padahal'kan kegiatan sepele itu seakan jadi penyemangatnya selama beberapa hari ini.Tiba di parkiran,ia segera memarkirkan mobil lantas keluar buru-buru menuju loby kantor.Ternyata sudah lumayan banyak karyawan yang datang pagi ini,biasanya Roy akan datang paling pagi sebelum para karyawan kantor tiba.Bergegas masuk,Roy merasa ada yang janggal saat beberapa karyawan tengah menatapnya,seakan mengintimidasi laki-laki itu yang tengah berjalan di hadapan mereka.Roy masih bersikap biasa saja,karena memang ia yakin penampilannya hari ini tidak'lah ada yang salah.Mung
Setelah membohongi atau lebih tepatnya membodohi semua karyawan kantor,termasuk Satpam yang berjaga di depan,Elisa juga berhasil membuat Roy tidak berkutik.Laki-laki itu terpaksa meninggalkan pekerjaannya hanya untuk mengantar gadis itu pergi.Semua mata menatap heran saat kedua manusia itu berjalan melewati para karyawan,tak jarang mereka terlihat berbisik satu sama lain,mengomentari penampilan si wanita yang terlihat aneh.Bagaimana tidak,Elisa menutup wajahnya menggunakan masker dan juga kaca mata hitam,tak lupa kain panjang sebagai penutup kepalanya.Para karyawan sebenarnya menyayangkan sikap Roy yang sudah menyembunyikan pernikahannya,memang apa yang salah dari wanita itu,toh kelihatannya dia juga cantik.Dengan tidak tahu malunya Elisa juga menggandeng tangan Roy layaknya pasangan sesungguhnya,membuat laki-laki itu sungguh tidak nyaman.Jarak yang terlalu dekat membuat jantung Roy berdetak lebih cepat,namun sialnya gadis itu sama sekali tidak menyad
*****Mobil Arya tepat berhenti di depan rumah,memarkirkan secara asal-asalan laki-laki itu lantas segera turun dari mobil dan berlari begitu saja.Langkah Arya terhenti di ruang tamu,satu hal yang ia ingin lihat pertama kali ialah Rengganis.Arya menatap penampilan istrinya yang sudah sangat berantakan,terlihat jelas pipi sebelah kanannya juga memerah dan bajunya nya yang sedikit sobek di bagian lengan.Lantas Arya berbalik menatap ke arah Elisa yang juga sama berantakan,gadis itu meringis kesakitan sambil memegangi pipi sebelah kiri,mungkin Elisa berharap Arya akan sedikit perhatian padanya dengan memasang wajah memelas.Namun lagi_lagi ia salah,Arya malah melewatinya begitu saja tanpa menegurnya sedikit 'pun.Terlihat juga di sebelahnya Roy,laki-laki yang tengah memegangi gadis itu agar tidak sampai kembali bertengkar.Arya mendekat dan membawa Rengganis dalam pelukannya,ia rapi
Sejak perkelahian antara dua wanita hamil di kediaman Nyonya Rani terjadi,Elisa tidak lagi terdengar kabar beritanya.Sepertinya gadis itu benar-benar di jaga ketat agar tidak bisa melarikan diri dan diam-diam menyelinap menemui Arya.Sementara Rengganis tampak sedikit menjaga jarak dengan Arya,mungkin gadis itu sedikit kesal oleh kelakuan Elisa yang sudah keterlaluan dan berdampak pada suaminya.Arya pun dapat mengerti,kenapa sikap Rengganis seperti itu.Ia menyadari tidak mudah bagi siapa pun menerima permasalahan yang serumit ini.*****Berulang kali Alex selalu mengingatkan Arya untuk segera membongkar kebusukan Roy agar kesalah pahaman ini segera usai,tapi laki-laki itu terus menahan,dengan alasan ia akan membongkarnya pada saat yang tepat.Ia khawatir Elisa tidak akan menerima kenyataan kalau bayi yang ada di dalam kandungannya bukanlah darah daging Arya,melainkan milik Roy,laki-laki yang menjadi orang kepercayaan papinya.Arya m
"jadi, maksud Anda istri saya sedang hamil?" Roy mengulangi pertanyaan untuk yang ke sekian kalinya. Menatap tak percaya pada Elisa yang ada di sebelahnya dengan pandangan sama-sama bingung."Iya, Tuan, istri Anda sedang hamil, dan usia kandungannya baru berumur empat minggu.""Apa, Dok? Saya hamil?" Elisa terlambat merespon, di raihnya hasil USG yang ia sendiri tidak paham dengan apa yang tertulis di dalamnya, "Ini beneran kan, Dokter?""Benar, Nona." Dokter pun meyakinkan sekali lagi, bahwa hasil test itu memang benar adanya."Tapi, kenapa usia kandungannya berjalan empat minggu?" Roy kembali menyahut, seingatnya ia berdamai dengan Elisa dan baru melakukan hubungan badan sekitar tiga minggu yang lalu, tapi....?Roy menatap bingung dengan penjelasan Dokter tadi, sempat ada rasa curiga dari pancaran mata lelaki itu. Bagaimana bisa?"Tidak mungkin Dokter, kami melakukannya baru tiga minggu yang lalu, ini kenapa bisa? Atau jangan-jangan----...
"Jangan lupa Kak, belikan aku somay." Isi pesan dari istrinya, membuat Roy mengernyit heran, sejak kapan Elisa suka dengan makanan itu? Bukankah yang ia tahu Elisa kurang suka dengan makanan apa saja yang berbahan ikan. Lelaki itu tidak membalasnya, tapi ia tetap membelikannya untuk Elisa.Roy memacu mobilnya kembali setelah mendapatkan apa yang di minta istrinya. Lelaki itu tiba di halaman depan dan bergegas mencari di mana keberadaan wanita itu."Bik, di mana Elisa?"Bibik yang sedang berada di dapur langsung berbalik, menatap heran sang majikan yang biasanya masih ada di kantor."Nona ada di taman belakang, Tuan.""Oh ya Bik, tolong pindahkan ini ke piring, lalu antarkan segera ke taman." Roy menyerahkan sebungkus somay yang ia bawa, lalu melangkah menuju taman belakang."Kak, kamu udah sampai?" Elisa terlihat berbinar, di letakkan ponsel yang ia pegang, lalu matanya menyipit ke arah kedua tangan suaminya. "Mana pesananku? Tidak ada kah?"
Hari-hari selanjutnya di lalui Elisa dengan sangat manis. Mereka mencoba saling memperbaiki diri dan memulainya kembali dari awal. Pernikahan mereka yang semula hanya status kini benar-benar layaknya pernikahan normal seperti biasa. Keduanya sama-sama menerima apapun kelebihan atau kekurangan dari diri mereka masing-masing."Kak, kapan kita mau jemput Rey?" tanya Elisa suatu pagi. Ini kali ketiganya wanita itu menanyakan, setelah beberapa hari yang lalu selalu Roy abaikan."Iya nanti. Kamu sabar dulu ya? Aku masih ada kerjaan penting yang nggak bisa di tinggalin." Selalu saja jawaban itu yang suaminya berikan. Sabar, sabar. Sampai kapan?"Kalau Kakak memang nggak bisa ninggalin kerjaan, bagaimana kalau aku aja yang jemput Rey sendiri?" Elisa mencoba bernegosiasi. Jika ia harus menjemput putranya sendiri, sebenarnya tidak masalah. Tapi lelaki itu yang selalu menghalanginya."Tunggu aku, El? Nanti kita pergi sama-sama." Lelaki itu terlihat sudah rapi. Di pe
"Ayo, Nak? Katanya mau ketemu Mama?" Aditya mengingatkan pada gadis kecil tentang tujuannya datang ke sini, lagi pula pria itu merasa tidak enak sendiri saat menyadari kalau ada wanita cantik di sebelah sana yang sejak tadi terabaikan keberadaannya."Tapi Alya masih pengen sama Ayah Roy," rengek bocah itu manja. Alya benar-benar terlihat enggan melepaskan lelaki itu yang sejak tadi menggendongnya."Sini sama Ayah Adit gantian, kasiah tuh Ayah Roy capek, kan sejak tadi udah gendong Alya."Gadis itu memandang wajah Roy sejenak, lalu segera bergerak turun dari gendongan lelaki itu. "Tapi Ayah janji kan, mau nengokin Mama lagi?"Roy hanya mengangguk setuju menjawab pertanyaan Alya. Sejujurnya ia kasihan dengan gadis kecil itu, tapi mau bagaimana lagi, Alina memang harus di rawat agar bisa segera sembuh.Aditya dan Alya kembali menyusuri lorong menuju kamar di mana tempat rawat untuk Alina. Keduanya sama-sama terlihat sedih melihat seorang yang sangat d
Elisa melangkah mendekati keduanya, lalu melipat kedua tangannya santai. "Sudah, nostalgianya?" ucap wanita itu sinis. Pandangannya masih tidak bersahabat pada sosok lelaki yang baru saja kemarin menyatakan cinta padanya."Kenapa kalian tidak balikan saja? Kalian cocok kok, yang satu penggoda dan satunya lagi..... PENGHIANAT!""El...!""Apa!!" Emosi wanita itu sudah memuncak, hingga ia tanpa sadar berteriak dan mengundang perhatian para penghuni tempat itu."Apa Kak Roy sengaja, ngajak aku ke sini untuk melihat keromantisan kalian berdua?""El, ini tidak seperti apa yang kamu lihat. Percayalah." Roy mendekati Elisa, meraih tangan wanita itu, namun segera di tepisnya dengan kasar."Lihat apa? Aku bukan anak kecil, Kak? Jika kalian ingin berbalikan, kenapa mengajakku kemari?" Elisa juga terlihat menangis. Bagaimana ia tidak sakit hati mendengar ungkapan Alina tadi yang menunjukkan betapa dekatnya mereka berdua."El, kumohon, berhentilah
Tiga hari berlalu, luka di tangan Rengganis sudah membaik dan hari ini dokter mengijinkannya untuk pulang. Perempuan itu bersiap-siap di bantu Arya yang sudah sejak pagi tadi datang menjemputnya untuk membereskan semua barang yang sudah di pakai selama berada di rumah sakit."Apa ada yang tertinggal?" tanya Arya saat keduanya hendak melangkah keluar. Di tatapnya wajah sang istri yang terlihat bahagia karena sebentar lagi akan bertemu dengan kedua anaknya yang selama tiga hari ini jarang ia temui."Ada."Langkah Arya terhenti, sejenak menatap ke belakang menyapu seisi ruangan yang sudah kosong. "Apa?" tanya lelaki itu bingung."Hatiku yang tertinggal. Di sini." Rengganis menyentuh dada bidang Arya, membuat sang pemilik tersenyum senang mendengarnya."Tiga hari di rumah sakit, kenapa kamu jadi pintar merayau?""Memangnya salah, merayu suami sendiri?" Perempuan itu mengerlingkan sebelah matanya, membuat sang suami gemas dan mendadak mende
"Tan-te....?""Kamu...! Wanita tidak tau malu!" maki Mama Anggi seketika saat melihat siapa orang yang tiba-tiba saja masuk. Perempuan itu mengurungkan niatnya untuk keluar dan lebih tertarik untuk melampiaskan emosinya kepada wanita yang menjadi sumber semua masalah."Tan-te, maaf....?" ucap Elisa menunduk. Wanita itu meremas ujung kain yang membalut tubuhnya dan menyiapkan hati untuk menerima apapun yang akan perempuan itu ucapkan."Mau apa kamu datang kesini! Belum puas menyakiti menantuku?" Pandangannya menajam, seakan sebuah belati yang siap menguliti tubuh wanita itu."Ak-aku hanya ingin minta maaf, Tante.""Minta maaf? Cih, lalu nanti kamu akan mengulanginya lagi? Setelah semua yang kamu lakukan pada mereka, apa menurutmu masih pantas mendapatkan maaf?""Ma...? Tolong jangan berbicara seperti itu?" cegah Papa Pratama dari arah belakang, pria itu menghampiri istrinya dan menahan tubuh perempuan itu agar tidak semakin menyudutkan Elisa.
"Jelaskan semuanya ke aku, Kak?" Elisa masih saja menghujani Roy dengan berbagai pertanyaan,, terutama mengenai ucapan Alina yang sukses membuatnya malu di depan umum.Bagaimana tidak, setelah Alina mengatakannya, tatapan semua orang langsung mengarah padanya. Meski setengah berbisik, tapi Elisa sedikit bisa mendengar gunjingan dari orang-orang yang menyaksikan perdebatan tadi."Kak...!" Entah sudah keberapa kali wanita itu berteriak, namun Roy masih saja bungkam dan tidak sama sekali memberi jawaban. Seharusnya Elisa tau kalau semua juga berawal dari dirinya yang membuat jarak begitu jauh dengan suaminya sendiri. Bahkan ia tidak mau sedikitpun di sentuh oleh lelaki itu.Kini Elisa dan Roy tengah berada di sebuah ruang perawatan. setelah Dokter memeriksanya tadi, beruntung tidak ada sedikitpun luka yang di temukan di tubuh wanita itu, Dokter pun memutuskan untuk meninggalkan mereka berdua."Kak...!""Stttt....! Jangan berisik, El? Nanti mengganggu yang
Sementara di dalam toilet, antara Elisa dan Rengganis tengah terjadi ketengangan. Semua terjadi bukan berasal dua wanita cantik ini, tapi karena seorang perempuan yang tiba-tiba saja muncul dan hendak melukai Elisa."Lepas! Kau gila ya!" Elisa memaki, menahan garpu yang hampir saja melukai wajahnya."Ya, aku gila! Aku memang gila, kau mau apa, hahh!" Perempuan itu sudah seperti kerasukan iblis, ia menempelkan garpu runcing itu tepat di leher Elisa setelah tadi gagal melukai wajah wanita itu."Lepas!"Saat itu Rengganis juga tengah berada di salah satu bilik toilet, ia yang mendengar ke gaduhan langsung mengintip keluar, tubuhnya bergetar, detak jantungnya berpacu dengan cepat saat melihat pemandangan dari balik pintu."El-lisa...?"Rengganis kebingungan. Jika ditanya apa dia masih membenci wanita itu? Tentu saja masih, tapi melihat keadaannya sekarang sangatlah berbeda. Kini yang ada di depannya bukan perkara soal Elisa yang dulu hendak mere