Tanpa diduga, Bara justru berjalan melewati Kara dan meninggalkannya di depan lift tanpa sepatah katapun terucap dari mulutnya.Hal itu membuat Kara hanya bisa menggigit bibir bawahya menahan rasa sesak di dadanya. Hatinya sangat sakit bagaikan ditusuk oleh ribuan jarum yang membuatnya terasa nyeri dan perih.'Itulah yang dirasakannya ketika kau meninggalkanya, Ra." batin Kara.Kara berjalab masuk ke dalam lift dan setelah pintu lift tertutup Kara mulai meneteskan air matanya tanpa suara.CEKLEKBara masuk ke dalam kamar perawatan Reena dan memamerkan seulas senyum, meskipun sedikit dipaksakan."Halo Reena, halo Bu," sapa Bara pada Reena."Dasar kakak durhaka, kenapa kau tak menyapaku, hah? Apa kau tidak melihat adikmu yang tampan ini, di sini?" celetuk Xavier dengan senyum mengejek di bibirnya.Namun Bara hanya diam dan tak meladeni ucaoannya, dia justru mengalihkan pandangannya dan melihat ke arah Berta, "Halo, Nyonya Berta," sapa Bara."Halo, Bara. Bagaimana kabarmu?" tanya Berta.
"Jadi dari tadi kau hanya mengerjaiku?!" tanya Kara dengan kesal, tampak jelas dari bibir mungil gadis cantik itu yang tampa mengerucut.Namun hal itu justru tampak lucu di mata Bara, "Jangan mengerucutkan bibirmu lagi, atau aku tidak akan berhenti sebelum bibir ini bengkak." Bara terkekeh, sembari menyentuh bibir mungil Kara dan membuat gadis itu memukul-mukul dadanya.Bug!Bug!Bug!"Dasar jahat, tengil, mesum!" "Oh God! Pukulanmu keras juga. Apa nyonya Berta mengajarimu tinju?" ujar Bara sembari terkekeh, "Tapi bagaimana dengan aktingku tadi?" tanyanya sembari mengangkat sebelah alisnya.Kara berdecak kesal mendengar ucapan Bara. Namun rasa kesal itu tertutup oleh rasa senang, karena ternyata Bara tidak membenci dirinya yang sudah dengan tidak berperasaan meninggalkan dia begitu saja tanpa sepatah kata perpisahan terucap."Maaf ... dan terimakasih karena kau tidak membenciku," ujar Kara sembari memeluk Bara, melingkarkan tangannya di pinggang pria yang sangat ia rindukan itu.Bara
Senyumnya mengembang sepanjang perjalanan dan ingin segera menyelesaikan urusan pekerjaannya di perusahaan.*Tak sesuai dengan harapannya, ternyata pekerjaan Bara memakan waktu yang lumayan lama hingga harus menyelesaikannya sampai malam hari.Dan yang membuatnya kesal adalah ia lupa meminta nomer ponsel Kara yang baru.Alhasil Bara dipenuhi dengan emosi sepanjang hari itu dan pegawainya yang menjadi pelampiasannya hanya karena masalah masalah kecil yang mereka lakukan.*"Sayang, kau tak ingin menyusulnya ke perusahaannya saja?" tanya Berta yang sejak tadi melihat Kara mondar mandir di dekat pintu kamar."Aku akan mengganggu pekerjaannya jika menyusulnya ke sana, Mama," jawab Kara."Mama akan check out malam ini dan akan pergi ke Boston. Kau bisa pergi ke rumah nya saja. Atau kau mau ikut Mama ke Boston? Ada hal yang harus Mama lakukan di sana selama dua hari," kata Berta. "Nanti Bara akan marah lagi padaku jika aku meninggalkannya tanpa iKaran darinya," jawab Kara."Kalau begitu,
Setibanya di sana, Bara langsung masuk. Begitu membuka pintunya, hidung Bara mencium wangi pembersih lantai dan parfum lembut dari arah dalam rumah.Lampu rumah yang menyala membuat Bara bisa melihat ruangan yang sudah sangat bersih di depannya.Bara segera menutup pintunya dan berjalan cepat menuju ruangan tengah. Bara melihat Kara tertidur pulas di kursi sofa putihnya.Pria itu tersenyum lebar dan membuka jas nya lalu menaruhnya di sembarang tempat. Bara duduk berlutut di samping Kara dan memandang wajah cantik yang tertidur pulas itu dengan jarak yang sangat dekat.Jari Bara mulai mengusap dan menyusuri wajah lelah Kara yang tampaknya baru membersihkan rumah Bara yang bagaikan kastil perang yang tak terawat.Cukup lama Bara memandangi Kara hingga akhirnya bibirnya mengecup bibir Kara yang sedikit terbuka.Hal itu dimanfaatkan Bara untuk menyesap dan melumaat bibir seksi itu dengan lembut. Bara juga memasukkan lidahnya dan bermain di dalam mulut Kara.Ciuman itu membuat Kara akhirn
Lalu mereka tiba di area pernikahan yang diadakan di taman hotel pegunungan ini.Bara menunggu di tempatnya dan tak lama kemudian Kara datang dengan tangan memegang lengan Alfred sebagai pengganti ayahnya."Oh shit! Dia terlalu cantik dan itu membuatku gugup, Xavier," bisik Bara pada Xavier yang ada di sebelahnya.Xavier hanya tertawa pelan melihat Bara yang matanya tak bisa berpaling dari gadis pujaan hatinya itu.Acara inti pernikahan pun berlangsung lancar dan Kara serta Bara tampak beramah tamah dengan tamu yang kebanyakan adalah kerabat Bara."Kita pergi sekarang?" bisik Bara di telinga Kara.Kara melihat ke arah Bara dan tersenyum padanya."Tak bisa, kita harus menyelesaikan pesta ini sampai selesai," jawab Kara pelan."Aku hanya ingin berdua denganmu dan sangat merindukanmu," sahut Bara memohon. "Tidak, Bara. Setelah pesta ini selesai, kau bisa melakukan apa pun padaku, oke?" kata Kara yang membuat Bara tertawa pelan."Ini pertama kalinya aku mendengar candaan mesummu. Suatu k
Bara menanyai beberapa kerabatnya untuk mencari Mama Berta. Tapi ia sama sekali tak menemukan kebedadaan Mama Berta di sana.Bara sampai menelepon anak buahnya untuk mencari tahu di mana alamat mansion yang baru dibeli Berta.Bara kemudian keluar dari acara pestanya sendiri dan ia tak peduli dengan hal itu.Bara benar benar kesal Barai ini dan ingin sekali menghajar orang karena emosinya merasa dipermainkan."Dan mengapa dia mau mau saja dibodohi oleh Kak Given?" marah Bara ketika di sudah ada di mobil. Tak lama kemudian ponselnya berbunyi dan Bara membuka pesan dari anak buahnya. Setelah itu, Bara langsung melajukan mobilnya ke arah mansion karena Bara sudah tahu di mana alamatnya.*Kara tampak memandangi tubuh seksinya di depan cermin ketika dirinya sudah memakai lingerie berwarna merah darah itu."Mengapa aku merasa seperti wanita naBara yang akan menggoda Bara? Dia pasti menggodaku habis habisan ketika aku berpenampilan seperti ini," bisiknya dengan sambil memandang dirinya mela
Kara berjalan dengan senyum yang tak lepas dari wajah cantiknya. satu tangannya membawa paper bag berisi bekal makanan, yang khusus ia masak untuk sang suami.Ya, hari ini tepat satu bulan pernikahan mereka berlangsung. Kara sengaja memasak makanan kesukaan Bara dan membawakannya langsung ke perusahaan, untuk memberikan kejutan pada suami tercintanya itu."Selamat siang, Bu Karamel." Sapaan itu terlontar dari mulut beberapa karyawan di perusahaan itu untuk Kara.Kara juga membalas sapaan itu dengan ramah dan senyum di bibirnya. Hingga akhirnya, ia sampai di lantai paling atas, yang tak lain adalah ruangan sang suami.Melihat kedatangan Kara, Zee yang tadinya berdiri di ambang pintu pun bergegas menghampiri Kara. "Ny-Nyonya, kenapa anda datang?" tanyanya, dengan nada yang terdengar begitu gugup.Dan tentu saja hal itu membuat Kara mengernyitkan dahinya bingung. Biasanya Zee adalah sosok yang tenang, tapi kenapa saat ini dia terlihat sangat gugup."Kenapa? Apa aku tidak disambut di sin
Bara dan Kara berciuman begitu lama. Tidak seperti ciuman mereka yang sempat malu-malu kucing di awal percintaan panas mereka, ciuman kali ini lebih menuntut dan mendamba membuat kedua nya merasakan panas yang menjalar di sekujur tubuh mereka.Bara meraba ke arah belakang Kara dan membuka resleting blouse yang dipakai oleh Kara.Darah Kara berdesir ketika jari jemari Bara menyentuh kulit punggung nya yang hanya terhalang dua tali penyangga.Tanpa sadar Kara pun mendesah, saat Bara meraba tubuh bagian belakangnya. Kara menatap Bara yang juga menatap nya penuh nafsu.Dengan nafas yang tersengal-sengal, Bara mencium kedua mata indah istri nya itu, membuat Kara merasa sangat dicintainya oleh sang suami.Masih dengan bibir yang hanya berjarak seangin- angin dari Kara, Bara berkata. "Apa kau keberatan kalau kita bercinta di sini?" Bahkan saat mengucapkan itu, bibir Kara dapat merasakan gerak bibir Bara tepat di bibirnya.Dengan nafas yang tersengal-sengal dan dada yang naik turun, Kara ters