Rombongan berkuda Kouza saling berdiri berjajar dan beriringan, tak jauh dari tempat tujuan mereka. Tempat yang mereka sebut Gua Gil. Dan mereka telah tiba di tempat itu.
Myan melepas penutup mukanya. Dari kejauhan ia bisa melihat sekumpulan pemukiman dan orang-orang yang sedang beraktivitas di sana.
"Itukah tempat tujuan kita?" tanyanya pada Kouza.
"Ya... kita sudah sampai Myan. Ini adalah rumah keduaku." Jawab Kouza dengan bangga.
Gua Gil. Tempat tujuan mereka merupakan daerah pemukiman kecil yang dikelilingi oleh hamparan padang rumput hijau yang sejuk. Pemukiman tersebut terletak tepat di bawah perbukitan. Di bawah naungan bukit yang menjulang di atasnya, pemukiman itu tampak begitu tenang dan asri.
Kedatangan Kouza dan rombongan di sambut dengan hangat oleh para pemukim. Sebagian besar dari mereka merupakan para pengawal rahasia Kouza, yang berbaur dengan penduduk yang lainnya.
Tidak hanya lelaki dewasa, di sana ban
Kouza duduk di antara Aroka dan para pengawal kepercayaannya. Mereka sebelumnya terlibat diskusi yang begitu serius. Roun telah melakukan pergerakan dengan menculik Myan. Kouza tentu tidak akan tinggal diam. Kouza tahu Roun berencana untuk menggunakan Myan agar dapat membantunya menambah kekuatannya. Myan adalah "Sang Pembebas" yang sangat diincar oleh mereka yang berkepentingan untuk memperbesar kekuatannya. Kekuatan yang dimiliki Myan akan sangat menguntungkan bagi siapa pun yang bersekutu atau memilikinya. Kouza tak ingin membiarkan hal itu terjadi. Bagaimana pun caranya, Kouza akan berusaha untuk melindungi Myan. Baik itu dari musuh-musuh yang mengincarnya, maupun dari keluarganya sendiri. Terlebih dari pembunuh-pembunuh bayaran yang mereka kirim untuk menghabisi dirinya maupun Myan, tampak jelas ada begitu banyak pihak yang memiliki motif yang berbeda. "Seperti yang sudah aku rencanakan sebelumnya, aku akan memulai
"Aku tidak akan lama, jaga dirimu," Kouza melepaskan pelukannya dari Myan yang mengantarkan keberangkatannya pagi ini. "Berhati-hatilah, jaga dirimu juga ya, kembalilah dengan selamat." Myan memeluk Kouza lagi. "Jangan sampai aku gunakan kemampuanku untuk membawamu kembali" godanya. "Jangan ragu membawaku kembali jika kau berada dalam bahaya. Kau harus melakukannya. Berjanjilah," balas Kouza serius. Myan mengangguk dan tersenyum menenangkan Kouza. "Tunggu aku kembali, Cintaku..." lanjutnya. Kouza melepaskan pelukannya dan mencium Myan penuh perasaan. "Oh... aku akan sangat merindukanmu," ucapnya, dan kembali memeluk Myan sekali lagi dengan erat seolah belum rela untuk berpisah darinya. Kouza menghirup aroma dan sejenak merasakan kehangatan tubuh Myan dengan memejamkan matanya. Setelah dirasa cukup, ia melepaskan pelukannya sebelum akhirnya naik ke atas kudanya. Kouza kemudian berangkat bersama beberapa pen
"Apa kau sudah mendapatkan semua Makhluk Hitam yang dibutuhkan untuk sekarang?" Amala memasuki ruangan gelap tempat Siraz mengerjakan segala keperluan sihirnya. Siraz terkekeh mendengar Amala mempertanyakan hasil kerjanya. Dalam ruang remang-remang itu Siraz muncul mendekatkan dirinya agar dapat menatap Amala dengan jelas. "Kau pikir dengan kemampuanmu yang tidak seberapa itu, kau bisa menampung semua Makhluk Malam hanya dengan melakukan ritual sekali saja?" "Jika ini tidak terlalu beresiko, aku akan memasukkan langsung ke dalam tubuh Yang Mulia tanpa perlu perantaramu. Tapi jika aku lakukan itu secara langsung, aku khawatir akan terjadi pertentangan yang begitu besar yang akan menghancurkan tubuh Yang Mulia sendiri. Yang Mulia akan terlalu berlebihan menyerap Makhluk Malam tanpa bisa mengontrolnya" "Benar, jadi memang aku media sempurna untuk Makhluk Malam, bukan? Tak ada alasan bagi
Moun mengerutkan alisnya menatap Myan yang sedari tadi hanya memainkan makanannya. "Apakah hidangannya tidak membuatmu berselera makan?" tanya Moun. Myan sedikit tersentak. Sadar karena telah melamun dan tenggelam dalam pikirannya sendiri, Myan menggeleng. "Bukan begitu Moun, aku hanya sedang memikirkan tentang pertemuanku semalam dengan Ratu Savia" "Savia? Ratu Savia dari bangsa Avia?" Moun mendadak tercengang. "I ... iya benar. Mereka bisa berubah menjadi kecil, bersayap, dan terbang. Ada apa?" Myan bertanya karena reaksi Moun yang seolah terkejut mendengarnya. Bahkan dirinya pun masih merasa takjub dengan pertemuannya semalam. "Kau sungguh bertemu dengan bangsa Avia? Apa yang mereka katakan?" "Ya ... mm ... tidak banyak, Ratu Savia hanya mengatakan bahwa dirinya dan bangsanya siap untuk melayaniku, yang aku tidak begitu mengerti apa maksudnya. Dan ia memperingati tentang Makhluk Malam dan Roun. Apakah ada sesua
Kouza duduk dengan tegap dan tampak tenang di sebuah ruang pertemuan yang sangat megah di dalam Kerajaan Beil. Kedatangan rombongan dan maksud tujuan perjalanan perdamaiannya untuk bersekutu dan meminjam kekuatan Beil rupanya disambut baik oleh Raja Zion. Raja Zion menjamu Kouza yang tampak sangat percaya diri. Walau hanya membawa rombongan kecil dan sederhana, maksud kedatangan Kouza ia terima dengan bijaksana dan penuh perhitungan. Di balik semua hal yang tampak berjalan lancar, Kouza sedang dihadapkan pada suatu pilihan yang sangat sulit. Raja Zion, Ratu Jira, dan putri mereka, Putri Alaya sedang menanti jawaban Kouza saat itu juga. Mereka sedang menantinya untuk segera memberi jawaban atas permintaan dan syarat yang diajukan Raja Zion kepadanya. Raja Zion bersedia mengikat persekutuan dengan Kouza, dengan gantinya Kouza diharapakan dapat juga mengikat perjanjian pernikahan dengan putrinya, Alaya. "Bagaimana, Pangeran? Seperti
Mera menembus hutan gelap dengan kecepatan tinggi. Dirinya hanya ingin segera sampai di Gil. Entah apa pun rencana Keira atau Zais, Mera bertekad sebisa mungkin akan berusaha menghalanginya. Di sepanjang perjalanan, ia diikuti oleh beberapa Makhluk Malam yang tampak begitu agresif menyerangnya. Mera menguatkan hatinya, berusaha untuk tidak terpengaruh dengan segala gangguan Makhluk Malam yang berusaha memanipulasi pikirannya. Mera menggunakan elemental magisnya yang berupa perisai perlindungan untuk memproteksi dirinya sendiri selama dalam perjalanan. Mera melesat tanpa menoleh ke belakang lagi. Memacu kudanya agar tetap melaju dengan kencang. **** Di lain tempat, Kouza dan rombongannya telah memulai perjalanan untuk kembali ke Gil. Diikuti Putri Alaya beserta rombongan penyihir kerajaan yang ikut mendampinginya. Tak ada waktu untuk berlama-lama. Kouza tampak tegang selama perjalanan kembali. Pikirannya jelas terlihat tidak ten
Myan terbangun dari tidurnya yang lelap saat matahari pagi menembus jendela di dalam pondok kecilnya. Myan merasa sangat letih setelah kemarin berlatih mantra seharian. Ia lalu merentangkan kaki dan tangannya. Mengusap kedua matanya dan menguap untuk menghilangkan sisa-sisa kantuknya. Myan menuju meja kecil dan membasuh mukanya dari air yang berada di dalam ember kayu di dekat jendela pondoknya. Ketukan pintu yang halus terdengar sebelum Moun masuk ke dalam pondoknya dengan membawa sebaki penuh hidangan untuk dirinya. "Apakah tidurmu nyenyak?" sapa Moun. "Iya ... aku sangat kelelahan Moun setelah berlatih seharian kemarin" "Tentu saja ... kau bahkan melewatkan waktu makan siang dan malammu kemarin," Moun terkekeh dan menggeleng. "Ya ... benar, tidak heran aku sangat kelaparan sekarang. Mungkin aku bisa menghabiskan seluruh hidangan yang kau bawa hari ini tanpa tersisa," balas Myan berbinar. Moun tersenyum, dan meletakka
Kouza menatap Myan dengan tatapan tajam. Myan berusaha mengalihkan pandangannya dengan tenang. Berjalan ke satu sudut untuk menjauh, agar memberinya jarak dari Kouza. "Aku hanya membersihkan diriku saja. Penampilanku terlalu berantakan," jelasnya. Myan berusaha menahan perasaan kesalnya. Saat ia mengingat penampilannya yang sangat kacau dan berantakan tadi, ia menjadi sedikit rendah diri saat berhadapan dengan Putri Alaya yang begitu bersinar di matanya. Myan lebih kesal kepada dirinya sendiri karena merasa terintimidasi dengan wanita yang bahkan tak melakukan apa pun padanya. Lalu mengapa dirinya begitu kesal hanya melihat Kouza berjalan beriringan dengan Putri Alaya? Ya, tentu saja karena kecemburuan sudah menghinggapinya. Bagus Myan ... apa sekarang kau juga mulai berubah menjadi wanita gila yang posesif, karena kecemburuan dan keputusasaan yang lahir karena perasaan insecure yang tak berkesudahan? Myan menggigit bibir bawahnya. Pikiran dan