Ia terbangun saat cahaya kecil sudah muncul lagi dari ‘jendela air’, begitu Cio San sekarang menyebut lubang tempat keluarnya air sungai itu.“Hey, bagaimana jika aku mencari ikan? Siapa tahu di dalam sungai ini ada banyak ikan.”Segera ia menyalakan api dan mencari ranting-ranting lain. Kebetulan ia menemukan beberapa bilah bambu di sebuah tempat. Bilah-bilah ini memang tidak terlalu panjang, yang terpanjang hanya kira-kira satu depa. Tapi itu sudah cukup membuatnya senang. Dengan pisau peninggalan A Liang, ia membuat berbagai keperluan dengan bambu-bambu itu. Seperti membuat tempat minum, dan juga tempat penyimpanan jamur-jamur, pisau, dan batu api. Ia juga membuat tombak ikan.Setelah tombaknya selesai, mulailah ia berburu ikan. Ternyata walaupun tidak banyak, ikan-ikan di dalam sungai lumayan besar juga. Cio San menangkap 2 ekor. Satu dimakannya pagi hari, satunya lagi ia simpan untuk malam hari.Untuk siang hari, Cio San memanggang jamur. Sedangkan jamur-jamuran yang beracun ia p
Berhari-hari ia di dalam perut bumi itu, ilmu silatnya semakin hebat. Itu dikarenakan ia selalu rajin melatihnya dan juga berkat kecerdasannya, sehingga ia bisa menciptakan ilmu baru dari hal-hal sederhana.Adanya jamur Sin Hong menambah tenaga dalam yang sangat dahsyat di dalam tubuhnya. Dalam kurun waktu sebulan lebih, kepandaian silatnya sudah jauh melebihi kebanyakan orang di dunia Kang Ouw.Suatu hari ketika selesai menggoreskan penanda di dinding goa, Cio San termenung. Tanda yang ia goreskan di tembok menggunakan pisau A Liang sudah berjumlah 50. Itu berarti sudah hampir 2 bulan ia berada di dalam perut bumi.Betepa mengherankan nasibnya. Mampu bertahan hidup di tengah kegelapan dan kesepian. Namun begitulah takdir. Cio San pun tak pernah lupa bersyukur kepada Thian (langit), bahwa ia masih dinaungi keselamatan dan perlindungan.Ketika sedang asyik melamun, Cio San seperti merasa ada yang aneh. Ia merasa bahwa air di dalam terowongan ini semakin meninggi. Biasanya air tidak per
Setelah sadar dari pingsannya, ia mencoba mengerahkan tenaga ke seluruh organ tubuhnya. Ternyata cepat sekali badannya terasa segar kembali. Cio San lalu mengisi perutnya dengan jamur-jamuran yang tumbuh lebat di dinding. Untungnya, walaupun air banjir sangat deras, tidak mengikis seluruh jamur-jamuran yang ada di dalam terowongan goa itu.Ia mulai melihat ke sekeliling mencoba mengamati keadaan ‘rumah’nya itu. Cio San tak sadar bahwa perlahan-lahan ia sudah mulai bisa melihat di dalam kegelapan. Kehidupannya yang prihatin di dalam goa itu membuatnya harus menghemat segalanya. Mulai dari makanan, ranting-ranting untuk bahan bakar, serta penggunaan batu api. Dia malahan kadang bertelanjang untuk menghemat penggunaan bajunya. Karena bila terlalu sering dipakai akan cepat rusak. Apalagi jika dipakai untuk berlatih silat.Peristiwa banjir tadi malah semakin merusak bajunya. Cio San mencari cara untuk mencari pengganti bajunya itu. Akhirnya ia menemukan ide untuk menggunakan kulit kayu yan
Teringat akan A Liang, ia lalu berkunjung ke kuburannya. Untungnya, walau banjir sangat deras, tidak begitu merusak kuburan A Liang. Sebelumnya, Cio San sudah menumpuk beberapa batuan besar diatas kuburan itu. Ternyata batu-batu itu bergesar juga, meskipun tidak jauh. Cio San lalu mengembalikan batu-batu itu ke posisi semula, lantas membersihkan kotoran berupa ranting-ranting dan tumbuh-tumbuhan yang terbawa oleh banjir. Ia lalu ‘bercerita’ kepada A Liang, bahwa ia baru saja menemukan ilmu baru yang sangat dahsyat. Setelah lama bercerita, akhirnya ia kembali ke ‘tempat tinggal’nya di dekat ‘jendela air’. Hari sudah malam rupanya.Begitulah Cio San melewati hari-harinya dengan melatih ilmu baru itu. Jika dulu di dalam air, maka kini ia memutuskan untuk berlatih di air terjun untuk mencoba kekuatan ilmunya itu. Bergegas ia ke air terjun tempat masuknya aliran air ke dalam terowongan. Cukup lama juga perjalanannya di dalam terowongan itu.Sampailah Cio San di sekitar air terjun. Bentukny
Memang dahsyat sekali kekuatan yang ia hasilkan. Dengan cara mengikuti aliran tenaga dorongan air terjun, Cio San malah berhasil mengumpulkan tenaga itu di dalam dirinya. Lalu dengan kemampuannya mengarahkan tenaga, kekuatan dahsyat itu ia jadikan kekuatannya sendiri. Hasilnya sangat dahsyat. Jika ini dipukulkan pada seratus orang, maka bisa dipastikan mereka semua akan mati dengan tubuh hancur luluh.Menyadari hal ini, Cio San ngeri. Ia menjadi sangat takut. Bagaimana mungkin seorang manusia bisa memiliki kekuatan sebesar ini? Jika ada orang punya kekuatan sebesar ini, pastilah nafsunya akan menyuruh untuk mengalahkan siapa saja. Pantas saja ahli-ahli silat gemar sekali bertarung. Adalah untuk memuaskan nafsu bertarung.Cio San menjadi sangat takut jika nanti ia akan berakhir seperti Liang-lopeknya. Sang Lopek di masa mudanya telah melatih ilmu hebat, dan sanggup mengalahkan jagoan-jagoan kelas satu. Bahkan menantang tokoh paling terkemuka di dunia Kang Ouw sehingga akhirnya kalah da
Cio San, tanpa disadarinya, sebenarnya sudah mengerti tentang pemahaman ini. Ia menjalani semua kejadian dengan hati lapang dan pikiran terbuka. Akhirnya ia malah bisa mengambil makna dan menciptakan hal-hal baru.Kalau diibaratkan penyair, jika mengalami banyak kejadian, pastilah ia menangkap makna itu dan menjadikannya syair. Kalau diibaratkan pemain musik, pastilah ia menjadikan kejadian dan pengalamannya menjadi lagu yang merdu dan indah.Kalau pesilat, maka pastilah juga ia menciptakan ilmu-ilmu silat melalui kejadian dan makna yang bisa ia tangkap. Karena itulah, ilmu silat selalu berkembang semakin luas dan hebat. Karena ilmu silat tidak lahir dengan sendirinya. Ia harus diciptakan.Memang banyak sekali orang yang beruntung belajar ilmu silat dari guru atau menemukan kitab-kitab sakti. Namun bukankah guru pun belajar dari gurunya. Gurunya pun belajar dari gurunya. Begitu terus runut keatas sampai pada pencipta ilmu silat itu. Begitu juga dengan kitab sakti. Pastilah ada orang y
Ada kekaguman tersendiri yang ditimbulkan oleh ular itu. Kulitnya berwarna emas yang sangat indah. Gerakan tubuhnya lincah dan gesit untuk tubuh sebesar itu. Bahkan gerakan serangannya pun menyerupai serangan-serangan dalam teori ilmu silat.Ketika diserang, Cio San mencoba menghindar lagi ke samping dan memukul leher ular itu. Gerakan serangan ular dan pukulan balasan Cio San ini sangatlah cepat, bahkan mata seorang ahli silat pun susah untuk melihat ini.Kaget sekali Cio San ketika mengetahui bahwa kulit ular itu sungguh keras seperti logam. Cio San bergerak menggunakan tenaga dorongan dari ular itu untuk membumbung tinggi. Ia melesat ke arah kepala ular itu. Sebuah tendangan berputar yang amat cepat dilakukannya ke arah kepala, namun ular itu berhasil menghindar.Kagum sekali Cio San. “Ular ini seperti mengerti ilmu silat,” pikirnya. Ia malah senang sekali. Akhirnya menemukan juga lawan latih-tanding. Walaupun itu sebuah ular besar yang menakutkan.Begitu ular itu berhasil menghind
Cio San tidak tega untuk memukul mata ular itu dan membutakannya. Dia telah memutuskan untuk membiarkan ular itu hidup-hidup. Entah kenapa, ada perasaan ‘kasihan’ yang timbul di hatinya melihat ular itu.Melihat Cio San yang diam saja tidak melakukan gerakan apapun, ular itu pun diam saja. Namun kepalanya tetap dalam posisi menyerang. Lidahnya kadang terjulur keluar dari mulutnya. Cio San tahu ular ini bukan ular berbisa, karena sejak dulu ia telah diajarkan bagaimana cara membedakan ular yang beracun dengan yang tidak.Tapi ia menjadi sedikit ragu, karena ia belum pernah membaca tentang ular jenis ini. Segala ciri-ciri ular ini menunjukkan bahwa ia tidak berbisa. Tetapi ekornya yang berderik membuatnya menjadi berbeda, karena tidak ada ular berderik yang tidak berbisa. Bahkan bisanya pun ganas sekali.Cio San berpikir keras, mencoba mencari jalan untuk menaklukan ular itu. Akhirnya dia memutuskan untuk ‘bertaruh’ saja. “Jika nanti aku mati karena ular ini, ya sudahlah. Bisanya pasti