Share

Bab 170

“Ada kau dan aku.”

Ini bukan kesombongan. Jika ia tidak yakin benar, sudah pasti ia tak akan mau bertempur.

“Mari kita lanjutkan perjalanan.”

Mereka pun berangkat. Sampai sore hari, tibalah mereka di sebuah lembah yang indah. Begitu banyak bunga dan kupu-kupu, membuat tempat ini menjadi sangat indah. Cio San jadi teringat Mey Lan. Biasanya, Mey Lan paling suka tempat seperti ini.

“Tempat seindah ini, siapa yang menyangka menyimpan kematian?”

“Belum pernah ada kematian di sini,” sahut Suma Sun.

“Oh.” Jika Suma Sun yang bicara, Cio San menurut saja.

Manusia-manusia yang bernaluri tinggi seperti Suma Sun memang pendapatnya lebih bisa dipegang. Ini karena mereka lebih mengandalkan perasaan mereka. Suma Sun yang mengalami kebutaan mungkin sejak lahir, telah terbiasa mengasah perasaannya ini sehingga menjadi sangat tajam.

Posisi tubuh Suma Sun tiba-tiba menegak. Gerakannya menjadi lamban. Jalannya menjadi perlahan. Ia telah merasakan bahaya di depan!

Telinga Cio San sendiri belum mendenar a
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status