Alun-alun di tengah kota ramai di kerumuni para warga. Orang tua, pemuda, dan anak-anak bercampur menjadi satu. Ada yang cuma penasaran akan apa yang akan terjadi dan ada yang mengambil kesempatan itu untuk berjualan. Jarang-jarang ada tontonan yang begini, pikir mereka.
Walaupun ruang yang tidak cukup untuk mereka semua membuat mereka berdesakan, ada lingkaran kosong besar yang tidak ada yang berani menyeberanginya. Disana berdiri banyak tonggak dari kayu besar, beberapa darinya memiliki warna kayunya bercampur dengan hitam seperti bekas terbakar.
Dama berada di bagian depan kerumunan, tempat yang dimana dia mudah untuk menyaksikan aksi yang akan datang. Stila berusaha menghampirinya, dengan harus menyenggol orang lain untuk bisa berhasil. Jika ada yang protes, satu lirikan dari perempuan itu membungkam mulut mereka.
"Apa yang dia inginkan dengan kamu?" tanya Dama.
Stila mengangkat sekantong uang yang mengeluarkan bunyi merdu saat digoyang. Dia tersenyum sumringah. "Dia memberi kita uang. Tidak disangka-sangka, eh dapat rezeki."
"Tatari tidak terlihat seperti tipe orang yang bermurah hati," ucap Dama menyuarakan keraguannya.
Stila menyimpan baik-baik kantongnya, kemudian mengibaskan tangan sembarangan. "Dia kaya, dia dapat berpisah dengan jumlah yang tidak seberapa ini."
"Iya juga ya."
Keramaian terbelah menjadi dua saat ada para penjaga yang memaksa untuk lewat. Mereka mengawal sang ketua klan dan sang tahanan, Kanse, yang matanya ditutup supaya tidak bisa menggunakan kekuatannya. Walaupun dia bisa, entah bagaimana menggunakan tipu muslihat misalnya, terlalu banyak penjaga disana untung ditanganinya sendirian dan selain itu mereka tidak akan membiarkannya berbuat macam-macam.
Juga bersama di dalam iringan tersebut adalah Rawa, dia yang memegang rantai yang dipakai untuk menggiring Kanse menuju akhir hidupnya. Dia terlihat bangga berada disana.
Rawa mengikatnya ke tiang kemudian melangkah mundur ke belakang Tatari. Sang ketua klan memunculkan secarik kertas dari air dengan sihirnya. Dia kemudian mengeluarkan peralatan menggambar. Tangannya bergerak dengan cepat mewujudkan apa yang ada dipikirannya. Dari tempat Dama berada, dia dapat melihat kalau hasilnya sangat bagus.
Bagi Dama yang adalah orang awam, itu telihat sangat nyata. Bahkan lipatan kain di baju Kanse juga ditampilkan dengan jelas. Disana dia digambarkan dengan petit yang mendatanginya dari langit.
Dengan itu, goresan terakhir di selesaikan.
Saat Tatari membuka mulut, orang-orang yang menyaksikan menutup milik mereka, membuat suaranya terbawa ke semua orang. "Ada kata-kata terakhir sebelum kita mulai?" katanya kepada Kanse.
"Harus ada seseorang yang membunuhmu," balasnya dengan tenang. "Aku mengambil kesempatan yang aku punya. Aku gagal."
"Alas¹, tidak semua orang dikabulkan keinginannya."
Kertas di tangan Tatari hancur menjadi debu dan lenyap di bawa angin. Petir menyambar Kanse tiba-tiba, menghanguskan tubuhnya. Satu, dua kali. Dia bahkan tidak sempat berteriak sebelum dia meninggal dunia.
Dan itulah akhir cerita untuknya.
Mata beralih memandang darinya dan ke Tatari Lamin. Ada yang kagum dan ada yang takut, ada yang merasakan dua-duanya. Apapun itu, semua orang setuju kalau kekuatan sang ketua klan memang telah melampaui julukan lamanya, si Kertas Putih.
Satu per satu, kerumunan orang itu bubar. Diantaranya adalah Dama dan Stila.
"Sekarang kita kemana?" tanya Stila.
"Tujuan selanjutnya adalah ke Juda."
___
Info tambahan:
*'alas' dari bahasa inggris, digunakan untuk mengekspresikan kesedihan atau perasaan menyesal akan sesuatu.¹
___
To be continued...
Lokasi: Wilayah Klan Aznit, di ujung Kekaisaran Hagan___Dama membuka matanya. Itu bukan ingatanku, dia berpikir. Dan lalu kemudian, jadi begitukah rasanya berada di medan sihir sebagai seorang Petualang?Keluarganya tidak pernah punya hutang, akan tetapi laki-laki yang menagih uangnya kembali itu seperti adalah dalam pengalamannya sendiri.Dia membuyarkan lamunannya, dia tidak bisa tetap berdiam diri di tempat. Jika dia menerima ingatan itu, berarti ada orang lain yang mendapat sebaliknya darinya. Seseorang tahu tentang kehadirannya. Dia harus berpindah menjauh ke arah berlawanan dari hawa keberadaan yang dapat dia rasakan di kepalanya.Dia berpendapat kalau tidak ada
Mereka mengobrol ringan sambil membunuh waktu. Kata Stila tidak ada gunanya pergi mencari si Jagoan, dia akan datang dengan sendirinya nanti. Lebih baik mengumpulkan tenaga untuk pertarungan yang akan terjadi.Setelahnya Dama mecoba untuk menyambungkan dirinya lagi dengan medan sihir. Yang lain juga sepertinya melakukan hal yang sama. Dia mencoba menjauhkan ingatan yang bukan miliknya saat mereka muncul. Di level dia sekarang memang tidak berbahaya, tapi mengapa mengambil risiko yang bisa dengan mudah dihindari?Walau yang dilihatnya terasa menarik sekali.Dari Jaku dia mendapati seorang wanita yang sepertinya adalah ibunya. Dia sedang menyunggingkan senyum bangga kepada Jaku. Oleh sebab apa Dama tidak tahu dengan jelas.
Lokasi: Kota Lamin,___Dama dan Stila keluar dari naungan atap dedaunan dan disuguhkan pemandangan sawah yang luas. Ketika kamu sampai di tanah terbuka, kamu sudah berada di kota. Untuk menyediakan makanan dan tempat tinggal, para penduduk menebang banyak pohon untuk lahan sawah dan bahan bangunan. Ditengah-tengahnya meliuk jalan yang cukup luas untuk dua gerobak sapi dan masih punya ruang lebih.Jalan itu merupakan akses mudah menuju kota Lamin. Kota berpukiman ribuan orang itu memiliki dinding tebal setinggi tiga orang dewasa. Dari ujung hutan sampai ke gerbangnya masih memerlukan waktu kurang lebih setengah jam berjalan kaki.Mereka berdua tidak terburu-buru, jadi mereka menyempatkan diri menikmati pemandangan. Awan dan
Ritual Kekuatan adalah semacam ritual dimana seseorang dapat memulai Langkah pertama sebagai seorang pengguna sihir, yaitu dengan menjadi Petualang. Yang dia perlukan sesungguhnya adalah menyerap mana yang terdapat di medan sihir ke dalam dirinya untuk membuka pintu jalan masuk untuk sihir. Saat itu tercapai, barulah dia bisa disebut sebagai Petualang. Biasanya peluang untuk berhasil adalah selama sepuluh hari saja, lebih dari itu berarti dia tidak mempunyai potensial sihir.Tentunya aktifitas itu cukup berbahaya jika tidak diawasi, karena ada peserta lain yang kemungkinannya bermaksud jahat. Dan juga orang lain bisa saja menghilangkan medan sihirnya saat mereka memakainya untuk naik Langkah, meninggalkan anak-anak itu tanpa hal yang mereka butuhkan.Untuk itulah, peran para penjaga yang juga ikut serta itu sangat diperlukan. Anggota
Rasa percaya dirinya tidak bertahan lama. Memang musuh sudah berkurang satu, akan tetapi dia tersisa sendirian, karena temannya juga sudah mati setelah berusaha menjatuhkan yang kedua.Sementara itu, Dama terbangunkan karena kebisingan dari pertarungan. Saat dia keluar tenda, dia mendapati Stila yang berdiri di depan seseorang yang tergeletak di tanah. Matanya yang mengantuk langsung segar bugar. "Apa yang terjadi?""Sepertinya ada masalah yang besar," ujar Stila."Aku mengenali orang yang itu," kata Dama, menunjuk orang yang telungkup. "Siapa yang menyerang dia?""Itu ulahku.""Oh," Dama tercengang. "Kenapa?"
Alun-alun di tengah kota ramai di kerumuni para warga. Orang tua, pemuda, dan anak-anak bercampur menjadi satu. Ada yang cuma penasaran akan apa yang akan terjadi dan ada yang mengambil kesempatan itu untuk berjualan. Jarang-jarang ada tontonan yang begini, pikir mereka. Walaupun ruang yang tidak cukup untuk mereka semua membuat mereka berdesakan, ada lingkaran kosong besar yang tidak ada yang berani menyeberanginya. Disana berdiri banyak tonggak dari kayu besar, beberapa darinya memiliki warna kayunya bercampur dengan hitam seperti bekas terbakar. Dama berada di bagian depan kerumunan, tempat yang dimana dia mudah untuk menyaksikan aksi yang akan datang. Stila berusaha menghampirinya, dengan harus menyenggol orang lain untuk bisa berhasil. Jika ada yang protes, satu lirikan dari perempuan itu membungkam mulut mereka.
Rasa percaya dirinya tidak bertahan lama. Memang musuh sudah berkurang satu, akan tetapi dia tersisa sendirian, karena temannya juga sudah mati setelah berusaha menjatuhkan yang kedua.Sementara itu, Dama terbangunkan karena kebisingan dari pertarungan. Saat dia keluar tenda, dia mendapati Stila yang berdiri di depan seseorang yang tergeletak di tanah. Matanya yang mengantuk langsung segar bugar. "Apa yang terjadi?""Sepertinya ada masalah yang besar," ujar Stila."Aku mengenali orang yang itu," kata Dama, menunjuk orang yang telungkup. "Siapa yang menyerang dia?""Itu ulahku.""Oh," Dama tercengang. "Kenapa?"
Ritual Kekuatan adalah semacam ritual dimana seseorang dapat memulai Langkah pertama sebagai seorang pengguna sihir, yaitu dengan menjadi Petualang. Yang dia perlukan sesungguhnya adalah menyerap mana yang terdapat di medan sihir ke dalam dirinya untuk membuka pintu jalan masuk untuk sihir. Saat itu tercapai, barulah dia bisa disebut sebagai Petualang. Biasanya peluang untuk berhasil adalah selama sepuluh hari saja, lebih dari itu berarti dia tidak mempunyai potensial sihir.Tentunya aktifitas itu cukup berbahaya jika tidak diawasi, karena ada peserta lain yang kemungkinannya bermaksud jahat. Dan juga orang lain bisa saja menghilangkan medan sihirnya saat mereka memakainya untuk naik Langkah, meninggalkan anak-anak itu tanpa hal yang mereka butuhkan.Untuk itulah, peran para penjaga yang juga ikut serta itu sangat diperlukan. Anggota
Lokasi: Kota Lamin,___Dama dan Stila keluar dari naungan atap dedaunan dan disuguhkan pemandangan sawah yang luas. Ketika kamu sampai di tanah terbuka, kamu sudah berada di kota. Untuk menyediakan makanan dan tempat tinggal, para penduduk menebang banyak pohon untuk lahan sawah dan bahan bangunan. Ditengah-tengahnya meliuk jalan yang cukup luas untuk dua gerobak sapi dan masih punya ruang lebih.Jalan itu merupakan akses mudah menuju kota Lamin. Kota berpukiman ribuan orang itu memiliki dinding tebal setinggi tiga orang dewasa. Dari ujung hutan sampai ke gerbangnya masih memerlukan waktu kurang lebih setengah jam berjalan kaki.Mereka berdua tidak terburu-buru, jadi mereka menyempatkan diri menikmati pemandangan. Awan dan
Mereka mengobrol ringan sambil membunuh waktu. Kata Stila tidak ada gunanya pergi mencari si Jagoan, dia akan datang dengan sendirinya nanti. Lebih baik mengumpulkan tenaga untuk pertarungan yang akan terjadi.Setelahnya Dama mecoba untuk menyambungkan dirinya lagi dengan medan sihir. Yang lain juga sepertinya melakukan hal yang sama. Dia mencoba menjauhkan ingatan yang bukan miliknya saat mereka muncul. Di level dia sekarang memang tidak berbahaya, tapi mengapa mengambil risiko yang bisa dengan mudah dihindari?Walau yang dilihatnya terasa menarik sekali.Dari Jaku dia mendapati seorang wanita yang sepertinya adalah ibunya. Dia sedang menyunggingkan senyum bangga kepada Jaku. Oleh sebab apa Dama tidak tahu dengan jelas.
Lokasi: Wilayah Klan Aznit, di ujung Kekaisaran Hagan___Dama membuka matanya. Itu bukan ingatanku, dia berpikir. Dan lalu kemudian, jadi begitukah rasanya berada di medan sihir sebagai seorang Petualang?Keluarganya tidak pernah punya hutang, akan tetapi laki-laki yang menagih uangnya kembali itu seperti adalah dalam pengalamannya sendiri.Dia membuyarkan lamunannya, dia tidak bisa tetap berdiam diri di tempat. Jika dia menerima ingatan itu, berarti ada orang lain yang mendapat sebaliknya darinya. Seseorang tahu tentang kehadirannya. Dia harus berpindah menjauh ke arah berlawanan dari hawa keberadaan yang dapat dia rasakan di kepalanya.Dia berpendapat kalau tidak ada