Lokasi: Wilayah Klan Aznit, di ujung Kekaisaran Hagan
___
Dama membuka matanya. Itu bukan ingatanku, dia berpikir. Dan lalu kemudian, jadi begitukah rasanya berada di medan sihir sebagai seorang Petualang?
Keluarganya tidak pernah punya hutang, akan tetapi laki-laki yang menagih uangnya kembali itu seperti adalah dalam pengalamannya sendiri.
Dia membuyarkan lamunannya, dia tidak bisa tetap berdiam diri di tempat. Jika dia menerima ingatan itu, berarti ada orang lain yang mendapat sebaliknya darinya. Seseorang tahu tentang kehadirannya. Dia harus berpindah menjauh ke arah berlawanan dari hawa keberadaan yang dapat dia rasakan di kepalanya.
Dia berpendapat kalau tidak ada gunanya berkelahi seawal ini. Baru satu hari dia sampai di medan sihir itu, dan Dama yakin bahwa medannya belum lama muncul sebelum kedatangannya. Itu berarti tidak mungkin ada yang mempunyai genggaman kuat akan sihir yang mereka semua disana sama-sama incar.
Namun hanya untuk berjaga-jaga jika pihak yang lain menghampiri dirinya untuk menimbulkan masalah, Dama mengecek kembali kekuatan yang dapat dia gunakan. Karena dia baru di Langkah Petualang, tempat ini hanya memberikannya sesuatu yang acak. Dan juga sangat disayangkan, agak lemah.
Pernah melihat debu saat dia melayang dan terkena sinar matahari? Dia dapat memunculkan partikel mirip seperti itu dan menggerakannya dengan perintah mental. Seperti mengitari tangannya atau terbang ke depan. Bendanya tidak berjumlah banyak, mungkin cukup untuk membutakan seseorang selama beberapa saat apabila dia mampu mengenakannya dengan tepat.
Dama cuma tinggal berharap kalau itu bisa diandalkan untuk menjaganya tetap hidup.
Untungnya tidak ada yang mengejarnya. Atau jika ada, siapapun itu tidak berhasil mencari jejaknya. Jadi dia memilih sebuah lokasi untuk berlindung, di balik pohon yang tumbang. Batangnya sudah mulai membusuk, jadi dia tidak dapat menjadikannya sebagai sandaran. Dia duduk tegak dan berkonsentrasi lagi akan satu ingatan yang spesifik.
Waktu itu adalah acara klannya yang terakhir, yang dia tidak hadiri dan bahkan sudah lupa merayakan apa. Dia ada di kamarnya ketika suara kerumunan orang banyak yang tadinya hiruk pikuk berubah menjadi teriakan teror dan tidak keruan. Dan dia hanya bisa bersembunyi disana.
Sebagai seorang Petualang, langkah selanjutnya adalah untuk 'memberatkan' kehadirannya di dunia supaya sihir yang dia dapatkan lebih yakin, lebih tepat. Caranya adalah dengan menciptakan sambungan antara dirinya dan tempat ini. Merasakan titik tujuannya secara mental, dan kemudian meratakan jalannya dengan satu keinginan yang sebenar-benarnya.
Untuk seorang Dama, itu adalah keinginannya untuk membalas dendam kepada sosok yang mencuri darinya dunia yang dia tahu sejak kecil.
Namun secara praktek tidak semudah yang kedengarannya. Apalagi disebabkan dengan adanya orang lain yang bersaing sekuat tenaga untuk mencapai tujuan yang sama.
Dia mencoba lagi dan lagi. Kadang berpindah tempat kalau dia merasa tidak aman atau ingin mencari tempat yang lebih cocok. Malam itu dia tidur beralaskan tanah, tidak menyalakan api unggun untuk menghangatkan diri karena tidak berani memancing kesempatan dengan mengumumkan dimana dia berada dengan cahayanya.
Dia kedinginan dan tidak nyaman semalaman, walau begitu keesokan harinya dia siap menjelajah di antara pepohonan itu lagi. Dan secara tidak sengaja bertemu peserta lain.
Dama bersembunyi sebelum ada yang menyadari kalau dia ada disana. Dia mengamati dua orang itu, mereka terang-terangan sedang bertarung. Satu laki-laki menyerang tanpa henti, dan satunya lagi berusaha bertahan sebaik mungkin.
Namun ada yang aneh dengan kejadian di depannya. Yang menyerang terlalu kuat. Dan dia bertingkah seperti sihirnya tidak ada habisnya.
Kekuatannya mirip dengan milik Dama, bedanya adalah dia merubah tangannya menjadi benda putih kecil-kecil yang berkumpul membentuk tangan aslinya. Setiap kali dia meninju, meninggalkan luka goresan tidak dalam tapi berdarah. Dari teriakan musuhnya, rupanya itu juga menimbulkan rasa sakit yang parah.
Sang lawan membuat tanah menjadi benda lain yang seperti garam kalau dilihat dari kejauhan, untuk mengganggu pijakannya, tapi dia dengan mudah mengubah kakinya untuk membebaskan diri dengan cepat. Sampai akhirnya, dia menangkap leher laki-laki yang satunya dan tangannya kemudian menyebar untuk menutupi wajah orang malang itu seperti topeng yang mematikan.
Dama langsung cabut dari sana. Tidak ada keraguan lagi dalam hatinya kalau dia itu adalah seorang Jagoan, yaitu Langkah selanjutnya dari Petualang.
Ketika kamu membunuh peserta lain, itu berarti saingan lebih sedikit. Ditambah lagi, mengalahkan lawan berarti membuktikan kalau keinginanmu lebih kuat dari yang lain. Sepertinya itu yang sedang dilakukannya dan Dama tidak ingin menjadi yang berikutnya.
Dia lari dan lari, mengabaikan sekelilingnya. Semua seperti bayangan hijau dan coklat yang tidak jelas. Dahan dan ranting diterobos, tanah yang tidak rata dilalui. Jika jatuh bangkit kembali.
Tanpa disadari olehnya, saat dia mulai kehabisan tenaga, dia berpapasan jalan lagi dengan dua orang lain. Mereka berpenampilan sama dengan hampir semua orang di Kekaisaran Hagan, yaitu berkulit kecoklatan dan berambut hitam. Mereka juga seumuran dengannya. Dama mulai berputar arah.
"Tunggu," kata si perempuan. Lalu dia berkata sesuatu lebih lanjut yang tidak ditangkap oleh Dama.
Dama sesaat mempertimbangkan untuk tidak menjawab namun memilih pilihan yang kedua dan berhenti, dia memiringkan kepala ke arah kiri. "Apa? Maaf, aku tidak mendengarmu."
Dia tuli di telinga kanannya.
"Aku bilang, kamu baru saja bertemu dengan dia 'kan?"
Tidak ada yang perlu menanyakan siapa 'dia' yang dimaksud. Terlebih lagi laki-laki yang bersama perempuan itu, dia sedang sibuk jalan mondar-mandir lagi setelah sesaat tadi berhenti karena kemunculan Dama.
"Ya," kata Dama. "Memangnya kenapa?"
Karena kamu ada disini, itu berarti kamu belum menjadi targetnya. Tapi itu tidak akan bertahan lama, membunuh kita bekerja sangat baik untuk perkembangannya. Dan kalau boleh aku tebak, kamu masih ingin ada di medan sihir ini bukan?"
Dama menganggukkan kepalanya. "Sia-sia kalau aku pergi begitu saja."
"Kabar buruknya, kamu tidak akan punya kesempatan menang melawan dia. Si Jagoan itu saat ini adalah orang terkuat disini. Jadi aku ingin menawarimu untuk bekerjasama sementara dengan kami."
Dia belum lama bertemu mereka dan tidak kenal orang-orang ini sama sekali, namun itu adalah penawaran yang bagus. Selain itu, dia tidak melihat ada cara lain untuknya.
"Baiklah, aku ikut."
"Bagus. Aku sangat menghargainya, tidak perlu aku bujuk segala. Karena sekarang kita sudah saling setuju, namaku adalah Stila dan yang disana itu," dia menunjuk ke laki-laki yang sedang mondar-mandir. "Adalah Jaku."
"Hey," sapanya.
Dama membalas dan memberitahukan kepada mereka namanya juga.
"Jadi supaya adil biar aku sampaikan penawaran yang seluruhnya, sama seperti Jaku. Aku tidak akan mengambil sihir yang ini," kata Stila.
"Kenapa tidak?" tanya Dama.
"Aku tidak mendapatkan jenis kekuatan yang aku suka, cuma tidak beruntung saja," jelaskan Stila.
"Kalau begitu, kenapa tetap tinggal? Bukannya lebih mudah untuk pergis saja?"
"Aku tahu itu sudah biasa terjadi, tapi aku tidak suka karena ada yang membunuh seenaknya. Jadi aku akan melawannya semampu yang aku bisa."
Itu tidak masuk akal bagi Dama, namun dia dapat mengerti mengapa seseorang bisa merasa begitu. Jadi dia menerima saja akan alasannya.
"Baiklah," kata Jaku tiba-tiba. "Aku akan melakukannya. Setelah dipikir-pikir, aku tidak bisa menolak kalau kadang aku memang harus melakukan hal yang berbahaya untuk tumbuh menjadi seorang yang sakti."
"Akhirnya," kata Stila, tersenyum. Lalu untuk Dama, dia bilang, "Rencanaku untuk menggunakan sihirku pada kalian, yang nantinya akan bertarung sekaligus melindungiku. Aku bisa membuat kalian kembali dalam kondisi 'segar'. Sihir penyembuh bukan kekuatan favoritku, tapi aku akan menggunakan apa yang kupunya. Dan bagaimana dengan kamu?"
"Cuma ini saja," kata Dama, mendemonstrasikan miliknya. "Tidak begitu kuat, aku sangat baru di Petualang."
"Paling tidak itu tidak akan membunuhmu," kata Jaku dengan ketus.
Kadang kejadian seperti itu memang mungkin terjadi, seorang Petualang bisa mendapat kekuatan yang tidak cocok dengan mereka dan malah juga ada yang mengancam hidup penggunanya.
"Kamu mendapat sihir seperti apa?"
"Kamu akan melihat dengan matamu sendiri nanti," kata Jaku.
"Sini duduk di dekat api kami," kata Stila. "Masih ada sedikit makanan. Silahkan dicicipi."
Oh ya, dari tadi Dama tidak mengindahkannya, namun yang dikatakan Stila itu ada benarnya. Di atas perapian yang dibuat oleh mereka ada daging binatang buruan. Dan Dama sedikit merasa lapar, jadi dia dengan sungkan memakannya.
___
Informasi tambahan:
*Kenapa pembahasan tentang penampilan karakter cuma sedikit dan terkesan kurang? Itu memang sengaja dilakukan begitu. Semacam gaya kepenulisan. Ibarat sebuah gambar, aku sudah berikan garisan kasarnya, nah tinggal kepada pembaca untuk mengisinya dengan imajinasi masing-masing. Biar karakternya benar-benar menjadi hidup di kepala kalian. Or don't, it's ultimately your choice.
*Perihal kenapa lebih banyak timbul kata "aku" daripada "gue" atau "saya". Itu karena aku suka overthingking mau memakai yang mana, jadinya milih memakai "aku" biar lebih simple.
*Kekuatan=sihir.
*Petualang --> Jagoan
*Stila diambil dari "Stellar".
___
To be continued...
Mereka mengobrol ringan sambil membunuh waktu. Kata Stila tidak ada gunanya pergi mencari si Jagoan, dia akan datang dengan sendirinya nanti. Lebih baik mengumpulkan tenaga untuk pertarungan yang akan terjadi.Setelahnya Dama mecoba untuk menyambungkan dirinya lagi dengan medan sihir. Yang lain juga sepertinya melakukan hal yang sama. Dia mencoba menjauhkan ingatan yang bukan miliknya saat mereka muncul. Di level dia sekarang memang tidak berbahaya, tapi mengapa mengambil risiko yang bisa dengan mudah dihindari?Walau yang dilihatnya terasa menarik sekali.Dari Jaku dia mendapati seorang wanita yang sepertinya adalah ibunya. Dia sedang menyunggingkan senyum bangga kepada Jaku. Oleh sebab apa Dama tidak tahu dengan jelas.
Lokasi: Kota Lamin,___Dama dan Stila keluar dari naungan atap dedaunan dan disuguhkan pemandangan sawah yang luas. Ketika kamu sampai di tanah terbuka, kamu sudah berada di kota. Untuk menyediakan makanan dan tempat tinggal, para penduduk menebang banyak pohon untuk lahan sawah dan bahan bangunan. Ditengah-tengahnya meliuk jalan yang cukup luas untuk dua gerobak sapi dan masih punya ruang lebih.Jalan itu merupakan akses mudah menuju kota Lamin. Kota berpukiman ribuan orang itu memiliki dinding tebal setinggi tiga orang dewasa. Dari ujung hutan sampai ke gerbangnya masih memerlukan waktu kurang lebih setengah jam berjalan kaki.Mereka berdua tidak terburu-buru, jadi mereka menyempatkan diri menikmati pemandangan. Awan dan
Ritual Kekuatan adalah semacam ritual dimana seseorang dapat memulai Langkah pertama sebagai seorang pengguna sihir, yaitu dengan menjadi Petualang. Yang dia perlukan sesungguhnya adalah menyerap mana yang terdapat di medan sihir ke dalam dirinya untuk membuka pintu jalan masuk untuk sihir. Saat itu tercapai, barulah dia bisa disebut sebagai Petualang. Biasanya peluang untuk berhasil adalah selama sepuluh hari saja, lebih dari itu berarti dia tidak mempunyai potensial sihir.Tentunya aktifitas itu cukup berbahaya jika tidak diawasi, karena ada peserta lain yang kemungkinannya bermaksud jahat. Dan juga orang lain bisa saja menghilangkan medan sihirnya saat mereka memakainya untuk naik Langkah, meninggalkan anak-anak itu tanpa hal yang mereka butuhkan.Untuk itulah, peran para penjaga yang juga ikut serta itu sangat diperlukan. Anggota
Rasa percaya dirinya tidak bertahan lama. Memang musuh sudah berkurang satu, akan tetapi dia tersisa sendirian, karena temannya juga sudah mati setelah berusaha menjatuhkan yang kedua.Sementara itu, Dama terbangunkan karena kebisingan dari pertarungan. Saat dia keluar tenda, dia mendapati Stila yang berdiri di depan seseorang yang tergeletak di tanah. Matanya yang mengantuk langsung segar bugar. "Apa yang terjadi?""Sepertinya ada masalah yang besar," ujar Stila."Aku mengenali orang yang itu," kata Dama, menunjuk orang yang telungkup. "Siapa yang menyerang dia?""Itu ulahku.""Oh," Dama tercengang. "Kenapa?"
Alun-alun di tengah kota ramai di kerumuni para warga. Orang tua, pemuda, dan anak-anak bercampur menjadi satu. Ada yang cuma penasaran akan apa yang akan terjadi dan ada yang mengambil kesempatan itu untuk berjualan. Jarang-jarang ada tontonan yang begini, pikir mereka. Walaupun ruang yang tidak cukup untuk mereka semua membuat mereka berdesakan, ada lingkaran kosong besar yang tidak ada yang berani menyeberanginya. Disana berdiri banyak tonggak dari kayu besar, beberapa darinya memiliki warna kayunya bercampur dengan hitam seperti bekas terbakar. Dama berada di bagian depan kerumunan, tempat yang dimana dia mudah untuk menyaksikan aksi yang akan datang. Stila berusaha menghampirinya, dengan harus menyenggol orang lain untuk bisa berhasil. Jika ada yang protes, satu lirikan dari perempuan itu membungkam mulut mereka.
Alun-alun di tengah kota ramai di kerumuni para warga. Orang tua, pemuda, dan anak-anak bercampur menjadi satu. Ada yang cuma penasaran akan apa yang akan terjadi dan ada yang mengambil kesempatan itu untuk berjualan. Jarang-jarang ada tontonan yang begini, pikir mereka. Walaupun ruang yang tidak cukup untuk mereka semua membuat mereka berdesakan, ada lingkaran kosong besar yang tidak ada yang berani menyeberanginya. Disana berdiri banyak tonggak dari kayu besar, beberapa darinya memiliki warna kayunya bercampur dengan hitam seperti bekas terbakar. Dama berada di bagian depan kerumunan, tempat yang dimana dia mudah untuk menyaksikan aksi yang akan datang. Stila berusaha menghampirinya, dengan harus menyenggol orang lain untuk bisa berhasil. Jika ada yang protes, satu lirikan dari perempuan itu membungkam mulut mereka.
Rasa percaya dirinya tidak bertahan lama. Memang musuh sudah berkurang satu, akan tetapi dia tersisa sendirian, karena temannya juga sudah mati setelah berusaha menjatuhkan yang kedua.Sementara itu, Dama terbangunkan karena kebisingan dari pertarungan. Saat dia keluar tenda, dia mendapati Stila yang berdiri di depan seseorang yang tergeletak di tanah. Matanya yang mengantuk langsung segar bugar. "Apa yang terjadi?""Sepertinya ada masalah yang besar," ujar Stila."Aku mengenali orang yang itu," kata Dama, menunjuk orang yang telungkup. "Siapa yang menyerang dia?""Itu ulahku.""Oh," Dama tercengang. "Kenapa?"
Ritual Kekuatan adalah semacam ritual dimana seseorang dapat memulai Langkah pertama sebagai seorang pengguna sihir, yaitu dengan menjadi Petualang. Yang dia perlukan sesungguhnya adalah menyerap mana yang terdapat di medan sihir ke dalam dirinya untuk membuka pintu jalan masuk untuk sihir. Saat itu tercapai, barulah dia bisa disebut sebagai Petualang. Biasanya peluang untuk berhasil adalah selama sepuluh hari saja, lebih dari itu berarti dia tidak mempunyai potensial sihir.Tentunya aktifitas itu cukup berbahaya jika tidak diawasi, karena ada peserta lain yang kemungkinannya bermaksud jahat. Dan juga orang lain bisa saja menghilangkan medan sihirnya saat mereka memakainya untuk naik Langkah, meninggalkan anak-anak itu tanpa hal yang mereka butuhkan.Untuk itulah, peran para penjaga yang juga ikut serta itu sangat diperlukan. Anggota
Lokasi: Kota Lamin,___Dama dan Stila keluar dari naungan atap dedaunan dan disuguhkan pemandangan sawah yang luas. Ketika kamu sampai di tanah terbuka, kamu sudah berada di kota. Untuk menyediakan makanan dan tempat tinggal, para penduduk menebang banyak pohon untuk lahan sawah dan bahan bangunan. Ditengah-tengahnya meliuk jalan yang cukup luas untuk dua gerobak sapi dan masih punya ruang lebih.Jalan itu merupakan akses mudah menuju kota Lamin. Kota berpukiman ribuan orang itu memiliki dinding tebal setinggi tiga orang dewasa. Dari ujung hutan sampai ke gerbangnya masih memerlukan waktu kurang lebih setengah jam berjalan kaki.Mereka berdua tidak terburu-buru, jadi mereka menyempatkan diri menikmati pemandangan. Awan dan
Mereka mengobrol ringan sambil membunuh waktu. Kata Stila tidak ada gunanya pergi mencari si Jagoan, dia akan datang dengan sendirinya nanti. Lebih baik mengumpulkan tenaga untuk pertarungan yang akan terjadi.Setelahnya Dama mecoba untuk menyambungkan dirinya lagi dengan medan sihir. Yang lain juga sepertinya melakukan hal yang sama. Dia mencoba menjauhkan ingatan yang bukan miliknya saat mereka muncul. Di level dia sekarang memang tidak berbahaya, tapi mengapa mengambil risiko yang bisa dengan mudah dihindari?Walau yang dilihatnya terasa menarik sekali.Dari Jaku dia mendapati seorang wanita yang sepertinya adalah ibunya. Dia sedang menyunggingkan senyum bangga kepada Jaku. Oleh sebab apa Dama tidak tahu dengan jelas.
Lokasi: Wilayah Klan Aznit, di ujung Kekaisaran Hagan___Dama membuka matanya. Itu bukan ingatanku, dia berpikir. Dan lalu kemudian, jadi begitukah rasanya berada di medan sihir sebagai seorang Petualang?Keluarganya tidak pernah punya hutang, akan tetapi laki-laki yang menagih uangnya kembali itu seperti adalah dalam pengalamannya sendiri.Dia membuyarkan lamunannya, dia tidak bisa tetap berdiam diri di tempat. Jika dia menerima ingatan itu, berarti ada orang lain yang mendapat sebaliknya darinya. Seseorang tahu tentang kehadirannya. Dia harus berpindah menjauh ke arah berlawanan dari hawa keberadaan yang dapat dia rasakan di kepalanya.Dia berpendapat kalau tidak ada