Share

Part 4

Author: Deidre
last update Last Updated: 2021-07-11 14:50:51

Seperti yang kubilang, anggota dewan konsil adalah sekumpulan orang tua membosankan, dan aku terpaksa harus mentolerir keberadaan mereka. Seharusnya aku menyelinap keluar selagi ada kesempatan.

Aku meringis saat Colton menyikut perutku. Aku melempar tatapan sinis ke arahnya, namun anak bodoh ini sama sekali tidak peduli.

"Berhenti melamun!" bisik/bentaknya. 

Aku memutar bola mata, bocah ini berpikir dia bisa mengaturku. Salah satu perwakilan dewan konsil terlihat sedang berbicara dengan si tua Arthur.

"... Irealla membutuhkan kepastian, mereka ingin tau siapa diantara kedua pangeran yang menduduki posisi putra mahkota. Rakyat Irealla berhak mengetahui siapa yang akan menjadi raja mereka berikutnya," ucap pria yang paling tua. Pria itu tampaknya merupakan pemimpin dari rombongan ini.

Aku mendesah pelan, sudah begitu bosan dengan semua pembahasan ini, aku bahkan tidak peduli siapa yang akan menjadi raja. Hell ... aku tidak pernah menginginkan posisi tersebut.

"Kedua putraku masih terlalu muda, mereka belum mencapai usia untuk posisi tersebut," Raja Arthur beralasan.

Pria lain yang berada di sisi kanan pria tua tadi membuka suara.

"Dengan segala rasa hormat, semua keturunan kerajaan seharusnya melakukan upacara saat memasuki usia sepuluh tahun. Namu kedua pangeran belum pernah melewati tes dengan Oracle." 

Aku mendesah, tidak tertarik untuk terus menyimak obrolan tidak penting mereka. Pikiranku tertuju pada Zava, gadis itu betul-betul pandai menggunakan tubuhnya. Senyumku mengembang mengingat kebersamaan kami tadi, seakan dia diciptakan khusus untukku. Sial ... membayangkannya membuatku kembali menginginkannya. Bahkan tubuhku pun ikut bereaksi memikirkannya.

Di sebelahku, Colton menunjukkan ekspresi jijik.

"Tahan dirimu, bodoh!" bisiknya. "Kau bisa kembali memikirkan mortalmu itu setelah semua orang pergi."

Aku memutar bola mata kemudian berdiri, mengejutkan orang-orang. Bahkan salah satu dewan konsil yang tadi sedang berbicara mendadak terdiam melihatku. Bisa kulihat raut kemarahan di wajah Raja Arthur karena sikap tidak sopanku, tapi dia tentu kehilangan akal sehat jika berpikir kalau aku peduli.

"Kalian sudah selesai? aku sedang ada urusan penting sekarang." Aku tak menunggu jawaban mereka dan langsung pergi.

Memasuki bilik pribadiku, aku tak heran menemukan Luis sudah ada di sana. Dia mengangkat sebelah alis dan menyeringai.

"Kau bertahan lebih lama dari yang kuduga."

Aku tak menjawabnya. Membuka paksa beberapa kancing, kubiarkan udara segar menghapus kekesalanku.

"Jadi? apa yang mereka inginkan?" tanyanya lagi. Kali ini, aku menoleh ke arahnya.

"Kau tentu sudah tau apa maksud kedatangan mereka ke sini ... sama seperti beberapa tahun yang lalu." Aku menjatuhkan diri ke sofa dan menyandarkan tubuh lelahku.

"Aku tidak mengerti kenapa Raja Arthur menolak untuk melakukan upacaranya ... cepat atau lambat, kalian harus melakukan prosesnya." 

Aku terkekeh dengan perkataan Luis.

"Si tua itu takut jika aku yang terpilih."

Luis menatapku.

"Kalau Oracle memutuskan untuk memilihmu, maka tidak ada yang dapat dia lakukan untuk mencegahnya. Begitupun sebaliknya." Luis tampaknya tidak terlalu memahami jalan pikiran si tua itu.

"Ya, tapi dia bisa menundanya ...." Menatap ke luar jendela, aku melanjutkan perlahan. "Aku tau dia pasti sedang merencanakan sesuatu."

"Rencana apa maksudmu?" Luis mendekat, tampak tidak mengerti arah pembicaraanku. Aku menatapnya dengan serius sebelum melanjutkan.

"Si tua itu tidak ingin aku menjadi raja Irealla." Aku berdiri, meletakkan kedua tanganku ke bingkai jendela, menatap dataran Irealla yang membentang luas. "Dia tidak rela darah seorang mortal memimpin negeri ini ... sama seperti sebagian besar penduduk Irealla."

Luis menarik bahuku sehingga aku menghadap ke arahnya.

"Kau bukan seorang mortal, darah seorang Mage mengalir di tubuhmu." 

"Tidak merubah siapa ibuku," cetusku memotong pembicaraannya. 

Luis menatapku sedih, aku membuang muka, tak membutuhkan rasa simpati darinya.

"Aku tidak pernah menginginkan posisi sebagai seorang raja ... Namun, aku akan mengambil posisi itu jika hal ini dapat menghancurkan si tua bangka itu."

"Jayden!"

"Irealla akan merasakan kemarahanku ... mereka akan mengingat ketidak Adilan yang dialami oleh ibuku."

Aku meninggalkan Luis yang mematung di dekat jendela kamarku, meraih sebuah mantel, aku segera meninggalkan istana.

Hanya satu orang yang bisa menenangkan gemuruh hatiku saat ini.

———

Memasuki Eraden, suasana hatiku sudah mulai lebih baik. Aku segera menuju bar, tak peduli kalau mereka sedang bersiap-siap untuk tutup, Reynold tak berkomentar apapun saat melihat ekspresiku. Dia segera membawakan minuman yang biasa kupesan.

"Kami akan segera tutup, tapi jika kau ingin memesan kamar, aku bisa mempersiapkannya sekarang."

Aku hanya mengangguk dan menenggak minumanku.

Pintu bar terbuka, dan aku melihat Zava masuk. Dia tampak tak menyadari keberadaanku. Aku berjalan mendekatinya dan memeluknya dari belakang. Zava tampak terkejut, tapi segera tenang saat menyadari kalau ini aku.

"Aku sangat merindukanmu." Aku mengeratkan pelukanku, mengecup antara pertemuan leher dan bahunya membuat napasnya sedikit tercekat.

"Kita baru saja bersama tadi pagi." Zava memutar tubuhnya menghadapku. Senyum tipis menghias wajah lelahnya. 

"Terlalu lama." Aku mengubur wajahku di lehernya. "Tinggal lah denganku malam ini ...," pintaku.

"Apakah ini perintah atau permintaan?" Aku bisa mendengar tawa pada kata-katanya.

"Apapun yang membuatmu setuju." Aku mungkin terdengar seperti seorang anak kecil yang merengek pada ibunya. Zava tertawa geli dan memelukku lembut.

"Kau tau aku tidak bisa menolak pangeran Irealla."

Aku mengangkat wajahku, menatap wajah angelic-nya. Entah bagaimana aku sangat beruntung memiliki wanita sesempurna dia. Kutuntun Zava ke arah bar dan mengambil kunci dari Reynold dan segera ke atas.

Aku membuka pintu kamar dengan tidak sabar, menyeret Zava masuk dan segera menendang pintunya. Bibir kami segera beradu begitu pintu tertutup, dan aku segera mengarahkan Zava ke atas tempat tidur.

Zava mungkin seorang mortal, tapi dia telah menyihirku hingga begitu menggila terhadapnya. Aku menyentuh tiap lekuk tubuhnya, menikmati sensasi tiap kali dia bergetar di bawah sentuhanku.

"Jayden ...."

"Sshhh ... Kau tidak perlu melakukan apapun ... biarkan aku memanjakanmu."

Zara tampak lebih relaks, matanya tak beralih dariku. Aku merendahkan tubuhku, dan mulai menciumnya, sesekali tersenyum tiap kali dadanya bergemuruh dan napasnya tercekat. 

Saat ini ... aku bukanlah pangeran Irealla dan Zava bukan seorang budak dari kalangan mortal. Kami adalah dua bagian dari puzzle yang saling melengkapi ... tak ada kekuatan apapun di Irealla yang akan menghentikanku mencintai ratuku ... iya ... jika aku menjadi raja di Irealla, hanya satu wanita yang pantas menjadi ratuku.

Tidak ada yang lain.

Related chapters

  • King of Irealla   Part 5

    Aku tersentak dari tidur saat seorang mendobrak pintu kamar. Segera menutupi tubuh Zava dengan selimut, dan melayangkan tatapan tajam pada siapapun yang berani mengganggu kami. Aku sedikit terkejut saat mendapati Luis yang sudah berada di hadapanku. Dia tak bereaksi terhadap ekspresiku dan melempar pakaian ke arahku. "Cepat kenakan pakaianmu dan temui aku di luar." Aku bisa merasakan Zava bergerak di sebelahku. Aku menunggu sampai Luis betul-betul keluar dan menutup pintu sebelum menatap ke arah Zava. Gadis itu tampak khawatir, gurat ketakutan tak dapat disembunyikan dari wajahnya. Aku mengusap kepalanya, menyingkirkan helai rambut yang jatuh menutupi sebagian wajahnya. "Tenanglah, Luis adalah orang kepercayaanku, dia tak akan membuka suara tentang kita." Kata-kataku tampaknya sedikit menghilangkan kecemasannya, namun aku tau Zava tak sepenuhnya percaya. Aku segera berpakaian dan menyusul Luis ke bawah. Reynold tampak tegang saat aku mel

    Last Updated : 2021-07-11
  • King of Irealla   Part 5

    Aku tersentak dari tidur saat seorang mendobrak pintu kamar. Segera menutupi tubuh Zava dengan selimut, dan melayangkan tatapan tajam pada siapapun yang berani mengganggu kami.Aku sedikit terkejut saat mendapati Luis yang sudah berada di hadapanku. Dia tak bereaksi terhadap ekspresiku dan melempar pakaian ke arahku."Cepat kenakan pakaianmu dan temui aku di luar." Aku bisa merasakan Zava bergerak di sebelahku.Aku menunggu sampai Luis betul-betul keluar dan menutup pintu sebelum menatap ke arah Zava. Gadis itu tampak khawatir, gurat ketakutan tak dapat disembunyikan dari wajahnya. Aku mengusap kepalanya, menyingkirkan helai rambut yang jatuh menutupi sebagian wajahnya."Tenanglah, Luis adalah orang kepercayaanku, dia tak akan membuka suara tentang kita." Kata-kataku tampaknya sedikit menghilangkan kecemasannya, namun aku tau Zava tak sepenuhnya percaya.Aku segera berpakaian dan menyusul Luis ke bawah. Reynold tampak tegang saat aku melihatn

    Last Updated : 2021-07-11
  • King of Irealla   Chapter 6

    Luis memasuki kamarku diikuti oleh beberapa pelayan. Masing-masing mereka membawa sesuatu dalam nampan perak yang ditutupi fabrik berwarna putih. Mereka meletakkan semua barang yang dibawa tadi ke atas tempat tidur. Tiga orang pelayan laki-laki segera mempersiapkan tempat mandi dan mengisi air hangat, sementara dua lainnya membantu melepas pakaianku. Aku segera berendam ke dalam air hangat yang telah dicampur esential oil dan membiarkan para pelayan membantu membersihkan tubuhku. Aku memperhatikan Luis membuka barang-barang yang tadi dibawa para pelayan tadi. Dia mengeluarkan beberapa pakaian dan perhiasan tradisional Irealla. Aku hanya mengamati Luis mempersiapkan semuanya. Aku segera berdiri begitu selesai dan seorang pelayan segera membantu mengeringkan tubuhku. Luis mengisyaratkan pada mereka semua untuk keluar dan mereka segera pergi membawa semua perlengkapan mandi yang telah dipakai tadi. "Kemari." Aku berjalan mendekat, m

    Last Updated : 2021-07-11
  • King of Irealla   Part 1

    Mengucapkan mantra singkat, aku menatap kilatan cahaya yang menjalar dari jemari, kilatan-kilatan itu tumbuh dan membentuk bola cahaya kebiruan berukuran kecil. Cahaya biru itu berputar perlahan, aku tersenyum saat ukurannya mulai membesar. "Jayden!" Konsentrasiku terpecah hingga bola cahaya di tanganku tiba-tiba meluap, menciptakan letupan kecil sebelum lenyap. Menoleh ke belakang, sebuah senyuman tidak dapat kutahan melihat wajah kesalnya. "Jayden, aku sudah memperingatkan untuk tidak ke sini." Matanya mencari-cari, seakan takut ada yang melihat. Aku hampir tertawa melihatnya. "Mau bagaimana lagi, kau terus menolak untuk menemuiku." Aku mengulurkan tangan, mengisyaratkan agar dia mendekat. Zava masih terlihat kesal, tapi mulai berjalan ke arahku. Aku meraih tangannya ketika dia sudah cukup dekat dan mengarahkannya duduk di sampingku. Zava menghela napas, aku hanya tersenyum melihatnya. "Jayden, kau tidak bisa selalu datang kemari, seorang bisa saja melihat." Aku

    Last Updated : 2021-07-11
  • King of Irealla   Part 2

    Hari sudah cukup gelap saat aku kembali ke kastil. Aku membiarkan angin membawaku naik ke kamar di lantai dua, bersyukur karena tidak ada yang mengunci jendelanya selama aku pergi. Memasuki kamar, aku segera menutup jendela dan merebahkan diri di atas tempat tidur. Pintu kamar tiba-tiba terbuka dengan kasar dan Luis, sahabat sekaligus tangan kananku, masuk. "Aku benar-benar bosan menutupi kelakuanmu." Aku menatapnya yang sudah lebih dulu menatap marah padaku. "Suatu hari aku tidak akan melindungimu, Jayden, jadi belajarlah untuk lebih bertanggung jawab." Aku memutar bola mata dan mengangkat tubuhku ke posisi duduk. "Nice to meet you too," ucapku sarkas. Wajah Luis mengerut menunjukkan ekspresi jijik. "Dan lain kali kau memutuskan bermain-main, kau setidaknya bisa menghilangkan aroma mortal dari tubuhmu!" ucapnya jijik. Aku tertawa, sebelum berdiri dan mulai melepas pakaian. "Apa masalahmu hari ini?" tanyaku. "Masalahku? Lebih tepatnya masalahmu. Raja Arthur menanyakan t

    Last Updated : 2021-07-11
  • King of Irealla   Part 3

    Seorang pelayan sedang membantuku pakaian saat Luis memasuki kamarku perlahan, dia tampak masih sedikit waspada mendekatiku. "Apakah kau sudah merasa tenang sekarang?" tanyanya. "Aku tidak akan membunuhmu, kalau itu yang kau maksud," jawabku datar. Luis tampak melepas napas lega, tampaknya sikapku kemarin betul-betul membuatnya takut. "Kau akan pergi kemana?" Luis kembali bertanya. "Menjauh dari tempat ini," jawabku malas, menepis tangan pelayan wanita yang sedang memasangkan kancing bajuku, dan mulai melakukannya sendiri. Luis mencubit batang hidungnya seolah kepalanya mendadak sakit. "Jayden ... bisakah kau berhenti membuatku terkena masalah?" Dia memulai lekturnya. "Raja Arthur sudah mengatakan kalau—" "Luis ... Luis ... Luis ...." Aku mengisyaratkan pada pelayan wanita tadi untuk meninggalkan kami, dan dia segera menuruti tanpa protes. Aku menatap Luis dengan alis terangkat. "Aku tidak mendengarkan saat si tua bangka itu bi

    Last Updated : 2021-07-11

Latest chapter

  • King of Irealla   Chapter 6

    Luis memasuki kamarku diikuti oleh beberapa pelayan. Masing-masing mereka membawa sesuatu dalam nampan perak yang ditutupi fabrik berwarna putih. Mereka meletakkan semua barang yang dibawa tadi ke atas tempat tidur. Tiga orang pelayan laki-laki segera mempersiapkan tempat mandi dan mengisi air hangat, sementara dua lainnya membantu melepas pakaianku. Aku segera berendam ke dalam air hangat yang telah dicampur esential oil dan membiarkan para pelayan membantu membersihkan tubuhku. Aku memperhatikan Luis membuka barang-barang yang tadi dibawa para pelayan tadi. Dia mengeluarkan beberapa pakaian dan perhiasan tradisional Irealla. Aku hanya mengamati Luis mempersiapkan semuanya. Aku segera berdiri begitu selesai dan seorang pelayan segera membantu mengeringkan tubuhku. Luis mengisyaratkan pada mereka semua untuk keluar dan mereka segera pergi membawa semua perlengkapan mandi yang telah dipakai tadi. "Kemari." Aku berjalan mendekat, m

  • King of Irealla   Part 5

    Aku tersentak dari tidur saat seorang mendobrak pintu kamar. Segera menutupi tubuh Zava dengan selimut, dan melayangkan tatapan tajam pada siapapun yang berani mengganggu kami.Aku sedikit terkejut saat mendapati Luis yang sudah berada di hadapanku. Dia tak bereaksi terhadap ekspresiku dan melempar pakaian ke arahku."Cepat kenakan pakaianmu dan temui aku di luar." Aku bisa merasakan Zava bergerak di sebelahku.Aku menunggu sampai Luis betul-betul keluar dan menutup pintu sebelum menatap ke arah Zava. Gadis itu tampak khawatir, gurat ketakutan tak dapat disembunyikan dari wajahnya. Aku mengusap kepalanya, menyingkirkan helai rambut yang jatuh menutupi sebagian wajahnya."Tenanglah, Luis adalah orang kepercayaanku, dia tak akan membuka suara tentang kita." Kata-kataku tampaknya sedikit menghilangkan kecemasannya, namun aku tau Zava tak sepenuhnya percaya.Aku segera berpakaian dan menyusul Luis ke bawah. Reynold tampak tegang saat aku melihatn

  • King of Irealla   Part 5

    Aku tersentak dari tidur saat seorang mendobrak pintu kamar. Segera menutupi tubuh Zava dengan selimut, dan melayangkan tatapan tajam pada siapapun yang berani mengganggu kami. Aku sedikit terkejut saat mendapati Luis yang sudah berada di hadapanku. Dia tak bereaksi terhadap ekspresiku dan melempar pakaian ke arahku. "Cepat kenakan pakaianmu dan temui aku di luar." Aku bisa merasakan Zava bergerak di sebelahku. Aku menunggu sampai Luis betul-betul keluar dan menutup pintu sebelum menatap ke arah Zava. Gadis itu tampak khawatir, gurat ketakutan tak dapat disembunyikan dari wajahnya. Aku mengusap kepalanya, menyingkirkan helai rambut yang jatuh menutupi sebagian wajahnya. "Tenanglah, Luis adalah orang kepercayaanku, dia tak akan membuka suara tentang kita." Kata-kataku tampaknya sedikit menghilangkan kecemasannya, namun aku tau Zava tak sepenuhnya percaya. Aku segera berpakaian dan menyusul Luis ke bawah. Reynold tampak tegang saat aku mel

  • King of Irealla   Part 4

    Seperti yang kubilang, anggota dewan konsil adalah sekumpulan orang tua membosankan, dan aku terpaksa harus mentolerir keberadaan mereka. Seharusnya aku menyelinap keluar selagi ada kesempatan. Aku meringis saat Colton menyikut perutku. Aku melempar tatapan sinis ke arahnya, namun anak bodoh ini sama sekali tidak peduli. "Berhenti melamun!" bisik/bentaknya. Aku memutar bola mata, bocah ini berpikir dia bisa mengaturku. Salah satu perwakilan dewan konsil terlihat sedang berbicara dengan si tua Arthur. "... Irealla membutuhkan kepastian, mereka ingin tau siapa diantara kedua pangeran yang menduduki posisi putra mahkota. Rakyat Irealla berhak mengetahui siapa yang akan menjadi raja mereka berikutnya," ucap pria yang paling tua. Pria itu tampaknya merupakan pemimpin dari rombongan ini. Aku mendesah pelan, sudah begitu bosan dengan semua pembahasan ini, aku bahkan tidak peduli siapa yang akan menjadi raja. Hell ... aku tidak pernah mengingink

  • King of Irealla   Part 3

    Seorang pelayan sedang membantuku pakaian saat Luis memasuki kamarku perlahan, dia tampak masih sedikit waspada mendekatiku. "Apakah kau sudah merasa tenang sekarang?" tanyanya. "Aku tidak akan membunuhmu, kalau itu yang kau maksud," jawabku datar. Luis tampak melepas napas lega, tampaknya sikapku kemarin betul-betul membuatnya takut. "Kau akan pergi kemana?" Luis kembali bertanya. "Menjauh dari tempat ini," jawabku malas, menepis tangan pelayan wanita yang sedang memasangkan kancing bajuku, dan mulai melakukannya sendiri. Luis mencubit batang hidungnya seolah kepalanya mendadak sakit. "Jayden ... bisakah kau berhenti membuatku terkena masalah?" Dia memulai lekturnya. "Raja Arthur sudah mengatakan kalau—" "Luis ... Luis ... Luis ...." Aku mengisyaratkan pada pelayan wanita tadi untuk meninggalkan kami, dan dia segera menuruti tanpa protes. Aku menatap Luis dengan alis terangkat. "Aku tidak mendengarkan saat si tua bangka itu bi

  • King of Irealla   Part 2

    Hari sudah cukup gelap saat aku kembali ke kastil. Aku membiarkan angin membawaku naik ke kamar di lantai dua, bersyukur karena tidak ada yang mengunci jendelanya selama aku pergi. Memasuki kamar, aku segera menutup jendela dan merebahkan diri di atas tempat tidur. Pintu kamar tiba-tiba terbuka dengan kasar dan Luis, sahabat sekaligus tangan kananku, masuk. "Aku benar-benar bosan menutupi kelakuanmu." Aku menatapnya yang sudah lebih dulu menatap marah padaku. "Suatu hari aku tidak akan melindungimu, Jayden, jadi belajarlah untuk lebih bertanggung jawab." Aku memutar bola mata dan mengangkat tubuhku ke posisi duduk. "Nice to meet you too," ucapku sarkas. Wajah Luis mengerut menunjukkan ekspresi jijik. "Dan lain kali kau memutuskan bermain-main, kau setidaknya bisa menghilangkan aroma mortal dari tubuhmu!" ucapnya jijik. Aku tertawa, sebelum berdiri dan mulai melepas pakaian. "Apa masalahmu hari ini?" tanyaku. "Masalahku? Lebih tepatnya masalahmu. Raja Arthur menanyakan t

  • King of Irealla   Part 1

    Mengucapkan mantra singkat, aku menatap kilatan cahaya yang menjalar dari jemari, kilatan-kilatan itu tumbuh dan membentuk bola cahaya kebiruan berukuran kecil. Cahaya biru itu berputar perlahan, aku tersenyum saat ukurannya mulai membesar. "Jayden!" Konsentrasiku terpecah hingga bola cahaya di tanganku tiba-tiba meluap, menciptakan letupan kecil sebelum lenyap. Menoleh ke belakang, sebuah senyuman tidak dapat kutahan melihat wajah kesalnya. "Jayden, aku sudah memperingatkan untuk tidak ke sini." Matanya mencari-cari, seakan takut ada yang melihat. Aku hampir tertawa melihatnya. "Mau bagaimana lagi, kau terus menolak untuk menemuiku." Aku mengulurkan tangan, mengisyaratkan agar dia mendekat. Zava masih terlihat kesal, tapi mulai berjalan ke arahku. Aku meraih tangannya ketika dia sudah cukup dekat dan mengarahkannya duduk di sampingku. Zava menghela napas, aku hanya tersenyum melihatnya. "Jayden, kau tidak bisa selalu datang kemari, seorang bisa saja melihat." Aku

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status