Share

Part 2

Author: Deidre
last update Last Updated: 2021-07-11 14:49:02

Hari sudah cukup gelap saat aku kembali ke kastil. Aku membiarkan angin membawaku naik ke kamarku di lantai dua, bersyukur karena tidak ada yang mengunci jendelanya selama aku pergi.

Memasuki kamar, aku segera menutup jendela dan merebahkan diri di atas tempat tidur.

Pintu kamar tiba-tiba terbuka dengan kasar dan Luis, sahabat sekaligus tangan kananku, masuk.

"Aku benar-benar bosan menutupi kelakuanmu." Aku menatapnya yang sudah lebih dulu menatap marah padaku. "Suatu hari aku tidak akan melindungimu, Jayden, jadi belajarlah untuk lebih bertanggung jawab." Aku memutar bola mata dan mengangkat tubuhku ke posisi duduk.

"Nice to meet you too," ucapku sarkas.

Wajah Luis mengerut menunjukkan ekspresi jijik. "Dan lain kali kau memutuskan bermain-main, kau setidaknya bisa menghilangkan aroma mortal dari tubuhmu!" ucapnya jijik.

Aku tertawa, sebelum berdiri dan mulai melepas pakaian.

"Apa masalahmu hari ini?" tanyaku.

"Masalahku? Lebih tepatnya masalahmu. Raja Arthur menanyakan tentangmu." Aku menatap Luis dengan alis terangkat.

"Apa yang pria tua itu inginkan dari anak haramnya ini?"

"Jayden!"

"Apa? Itu benar bukan? Ibuku seorang pelacur yang dihamili oleh sang raja," cetusku. "Sebuah tindakan bodoh yang harus dibayar dengan kepalanya." Luis menarik napas, bahunya terlihat menegang. 

Melempar pakaian kotorku aku melanjutkan. "Nasib yang seharusnya juga kualami kalau bukan karena sihirku," cetusku sinis. Luis menatapku tajam, dia tak pernah suka saat pembicaraan tentang ibu terangkat. 

Aku tidak tau apa masalahnya, tapi pembicaraan tentang ibuku selalu membuatnya marah. Namun semua yang mengenal Luis tentu tau ketidaksukaannya pada mortal, jadi mungkin itu alasannya.

"Berhenti dengan omong kosong ini dan segera temui ayahmu. Dan demi Tuhan mandi dan hilangkan aroma mortal itu darimu. Terkadang aku berpikir kau sengaja mempersulit hidupku." Luis keluar, aku tertawa dengan kekesalannya.

Beberapa pelayan memasuki kamarku untuk menyiapkan tempat pemandian, yang aku yakin atas perintah Luis. Aku memerintahkan mereka untuk meninggalkan kamarku, pada awalnya, mereka tampak ragu tapi melihat ekspresiku, ketiganya segera berlari keluar seolah iblis sedang mengejar mereka.

Setelah mandi dan mengganti pakaian—tidak tanpa menyemprotkan penetral aroma ke tubuh—aku bergegas ke luar. Ketiga pelayan tadi masih menunggu di luar, aku menerintahkan mereka untuk membersihkan kamarku dan segera berlalu, dua orang penjaga segera mengikutiku tanpa bersuara.

Mataku menangkap Luis yang sudah berdiri di depan ruang makan, dia mengangguk saat melihatku dan segera membuka pintu.

Di dalam, Yvonne dan Colton sudah menunggu ... di ujung meja, terlihat ayah duduk dengan wajah serius. Dia terlihat menarik napas saat melihatku. Aku melempar senyum pada Colton yang menatap kesal padaku.

Aku duduk di dekat Colton, dan dia segera mencecarku dengan pertanyaan. "Kemana saja kau?" ucapnya setengah berteriak setengah berbisik.

"Keluar," jawabku singkat.

Pelayan segera menghidangkan makan malam setelah mendapat isyarat dari ayah, Colton tampak masih kesal denganku tapi dia tak melanjutkan pertanyaannya.

"Jayden, bagaimana latihanmu?" Aku sedikit bingung atas pertanyaan ayah, mataku menangkap Luis di ujung lain ruangan yang menatapku penuh ekspektasi. Ah ... jadi itu alasan yang dia berikan pada pria tua ini.

"Tidak buruk."

"Aku tidak tau kenapa kau tidak menggunakan ruang latihan di sini."

Aku mengunyah pelan sebelum memikirkan jawaban yang tidak akan membuatnya marah.

"Aku lebih suka melakukannya di tempat terbuka," jawabku sekenanya.

Ayah tampak tidak puas dengan jawabanku, tapi memutuskan untuk tidak memperpanjangnya.

Aku mulai menikmati makananku, namun pria tua ini kembali berbicara.

"Dewan konsil akan kemari besok, pastikan kalian tidak meninggalkan istana."

Colton dan Yvonne menjawab patuh, aku membuang napas.

"Aku ada rencana besok."

"Batalkan." Suaranya tidak meninggalkan tempat untuk argumen. Namun aku tak pernah membiarkan pria tua ini mendikte hidupku.

"Aku tidak akan menunda rencana ku hanya untuk menemui para orang tua membosankan itu." Aku menyesap anggurku.

Jayden!" si tua itu membentak, menggebrak meja dengan kepalan tangannya. Yvonne dan Colton tampak sedikit terkejut, tapi aku tetap bergeming.

Aku menatap malas padanya. Terlihat jelas urat-urat di wajahnya menegang menahan amarah.

"Kau tidak pernah gagal mengingatkan wanita seperti apa ibumu." Kata-kata itu jauh lebih menyakitkan dari tusukan pedang apapun. Aku mengusap dadaku yang mendadak terasa sesak.

Mataku terasa panas. Aku berdiri dan menghempaskan kedua tangan pada meja dan menatap tajam pada laki-laki yang menyebut dirinya ayahku.

"Sebaiknya kau berpikir lagi sebelum mengatakan sesuatu tentang ibuku!" Aku tidak berteriak atau membentak, tapi dari wajahnya, aku yakin pria tua itu dapat mendengar ancaman dari kata-kataku.

"Jaga nada bicaramu!"

Aku bisa merasakan ketegangan para penjaga yang ada di sekitar kami, tapi aku tidak memecahkan kontak mata dari pria tua itu.

"Ayah, Jayden hanya sedang lelah, maafkan dia." Yvonne untuk pertama kalinya bersuara.

"Diam! Aku tidak meminta pendapatmu." Yvonne terdiam, dia menundukkan kepala, aku bisa merasakan berbagai emosi mengalir darinya. Amarah dan kesediahan merupakan yang paling dominan.

"Dengarkan ini baik-baik. Jika kau berani mengatakan hal buruk tentang ibuku, maka aku tidak akan segan untuk membunuhmu, meski harus melakukannya dengan cara kotor." 

Si tua itu tampak terkejut mendengar kata-kataku. Aku tidak menunggu respon darinya dan segera meninggalkan ruang makan, karena kalau aku sampai berada di sini lebih lama, aku mungkin akan betul-betul membunuhnya.

"Jayden! Aku belum selesai bicara padamu!" Aku tak menghiraukannya dan terus berlalu. Dari sudut mata, terlihat Luis segera bergegas mengejarku.

"Jayden!" Luis memanggilku, aku tak berhenti atau menoleh.

Aku mengibaskan tangan menyebabkan pintu terhempas tepat sebelum dia bisa masuk. Setidaknya Luis tahu untuk tidak menggangguku saat ini.

"Aaarrgggh...!" teriakku.

Semua benda di kamarku bergetar karena kuatnya emosi yang kurasakan saat ini. Aku merasa seolah akan meluap dengan kemarahan.

Menghempaskan tubuh ke tempat tidur, aku menutup mata dan mencoba mengendalikan diri.

Aku tidak bisa kehilangan kendali seperti ini. Setidaknya tidak sekarang. Membuka mata, kulihat semua kembali tenang.

Aku mengangkat kedua tangan dan menatapnya lekat-lekat. Suatu hari, aku akan membalaskan dendam ibuku, dan saat hari itu tiba, bahkan para dewa tak akan mampu menghentikanku.

Related chapters

  • King of Irealla   Part 3

    Seorang pelayan sedang membantuku pakaian saat Luis memasuki kamarku perlahan, dia tampak masih sedikit waspada mendekatiku. "Apakah kau sudah merasa tenang sekarang?" tanyanya. "Aku tidak akan membunuhmu, kalau itu yang kau maksud," jawabku datar. Luis tampak melepas napas lega, tampaknya sikapku kemarin betul-betul membuatnya takut. "Kau akan pergi kemana?" Luis kembali bertanya. "Menjauh dari tempat ini," jawabku malas, menepis tangan pelayan wanita yang sedang memasangkan kancing bajuku, dan mulai melakukannya sendiri. Luis mencubit batang hidungnya seolah kepalanya mendadak sakit. "Jayden ... bisakah kau berhenti membuatku terkena masalah?" Dia memulai lekturnya. "Raja Arthur sudah mengatakan kalau—" "Luis ... Luis ... Luis ...." Aku mengisyaratkan pada pelayan wanita tadi untuk meninggalkan kami, dan dia segera menuruti tanpa protes. Aku menatap Luis dengan alis terangkat. "Aku tidak mendengarkan saat si tua bangka itu bi

    Last Updated : 2021-07-11
  • King of Irealla   Part 4

    Seperti yang kubilang, anggota dewan konsil adalah sekumpulan orang tua membosankan, dan aku terpaksa harus mentolerir keberadaan mereka. Seharusnya aku menyelinap keluar selagi ada kesempatan. Aku meringis saat Colton menyikut perutku. Aku melempar tatapan sinis ke arahnya, namun anak bodoh ini sama sekali tidak peduli. "Berhenti melamun!" bisik/bentaknya. Aku memutar bola mata, bocah ini berpikir dia bisa mengaturku. Salah satu perwakilan dewan konsil terlihat sedang berbicara dengan si tua Arthur. "... Irealla membutuhkan kepastian, mereka ingin tau siapa diantara kedua pangeran yang menduduki posisi putra mahkota. Rakyat Irealla berhak mengetahui siapa yang akan menjadi raja mereka berikutnya," ucap pria yang paling tua. Pria itu tampaknya merupakan pemimpin dari rombongan ini. Aku mendesah pelan, sudah begitu bosan dengan semua pembahasan ini, aku bahkan tidak peduli siapa yang akan menjadi raja. Hell ... aku tidak pernah mengingink

    Last Updated : 2021-07-11
  • King of Irealla   Part 5

    Aku tersentak dari tidur saat seorang mendobrak pintu kamar. Segera menutupi tubuh Zava dengan selimut, dan melayangkan tatapan tajam pada siapapun yang berani mengganggu kami. Aku sedikit terkejut saat mendapati Luis yang sudah berada di hadapanku. Dia tak bereaksi terhadap ekspresiku dan melempar pakaian ke arahku. "Cepat kenakan pakaianmu dan temui aku di luar." Aku bisa merasakan Zava bergerak di sebelahku. Aku menunggu sampai Luis betul-betul keluar dan menutup pintu sebelum menatap ke arah Zava. Gadis itu tampak khawatir, gurat ketakutan tak dapat disembunyikan dari wajahnya. Aku mengusap kepalanya, menyingkirkan helai rambut yang jatuh menutupi sebagian wajahnya. "Tenanglah, Luis adalah orang kepercayaanku, dia tak akan membuka suara tentang kita." Kata-kataku tampaknya sedikit menghilangkan kecemasannya, namun aku tau Zava tak sepenuhnya percaya. Aku segera berpakaian dan menyusul Luis ke bawah. Reynold tampak tegang saat aku mel

    Last Updated : 2021-07-11
  • King of Irealla   Part 5

    Aku tersentak dari tidur saat seorang mendobrak pintu kamar. Segera menutupi tubuh Zava dengan selimut, dan melayangkan tatapan tajam pada siapapun yang berani mengganggu kami.Aku sedikit terkejut saat mendapati Luis yang sudah berada di hadapanku. Dia tak bereaksi terhadap ekspresiku dan melempar pakaian ke arahku."Cepat kenakan pakaianmu dan temui aku di luar." Aku bisa merasakan Zava bergerak di sebelahku.Aku menunggu sampai Luis betul-betul keluar dan menutup pintu sebelum menatap ke arah Zava. Gadis itu tampak khawatir, gurat ketakutan tak dapat disembunyikan dari wajahnya. Aku mengusap kepalanya, menyingkirkan helai rambut yang jatuh menutupi sebagian wajahnya."Tenanglah, Luis adalah orang kepercayaanku, dia tak akan membuka suara tentang kita." Kata-kataku tampaknya sedikit menghilangkan kecemasannya, namun aku tau Zava tak sepenuhnya percaya.Aku segera berpakaian dan menyusul Luis ke bawah. Reynold tampak tegang saat aku melihatn

    Last Updated : 2021-07-11
  • King of Irealla   Chapter 6

    Luis memasuki kamarku diikuti oleh beberapa pelayan. Masing-masing mereka membawa sesuatu dalam nampan perak yang ditutupi fabrik berwarna putih. Mereka meletakkan semua barang yang dibawa tadi ke atas tempat tidur. Tiga orang pelayan laki-laki segera mempersiapkan tempat mandi dan mengisi air hangat, sementara dua lainnya membantu melepas pakaianku. Aku segera berendam ke dalam air hangat yang telah dicampur esential oil dan membiarkan para pelayan membantu membersihkan tubuhku. Aku memperhatikan Luis membuka barang-barang yang tadi dibawa para pelayan tadi. Dia mengeluarkan beberapa pakaian dan perhiasan tradisional Irealla. Aku hanya mengamati Luis mempersiapkan semuanya. Aku segera berdiri begitu selesai dan seorang pelayan segera membantu mengeringkan tubuhku. Luis mengisyaratkan pada mereka semua untuk keluar dan mereka segera pergi membawa semua perlengkapan mandi yang telah dipakai tadi. "Kemari." Aku berjalan mendekat, m

    Last Updated : 2021-07-11
  • King of Irealla   Part 1

    Mengucapkan mantra singkat, aku menatap kilatan cahaya yang menjalar dari jemari, kilatan-kilatan itu tumbuh dan membentuk bola cahaya kebiruan berukuran kecil. Cahaya biru itu berputar perlahan, aku tersenyum saat ukurannya mulai membesar."Jayden!" Konsentrasiku terpecah hingga bola cahaya di tanganku tiba-tiba meluap, menciptakan letupan kecil sebelum lenyap.Menoleh ke belakang, sebuah senyuman tidak dapat kutahan melihat wajah kesalnya."Jayden, aku sudah memperingatkan untuk tidak ke sini." Matanya mencari-cari, seakan takut ada yang melihat. Aku hampir tertawa melihatnya."Mau bagaimana lagi, kau terus menolak untuk menemuiku." Aku mengulurkan tangan, mengisyaratkan agar dia mendekat.Zava masih terlihat kesal, tapi mulai berjalan ke arahku. Aku meraih tangannya ketika dia sudah cukup dekat dan mengarahkannya duduk di sampingku. Zava menghela napas, aku hanya tersenyum melihatnya."Jayden, kau tidak bisa selalu datang kemari, seorang

    Last Updated : 2021-07-11

Latest chapter

  • King of Irealla   Chapter 6

    Luis memasuki kamarku diikuti oleh beberapa pelayan. Masing-masing mereka membawa sesuatu dalam nampan perak yang ditutupi fabrik berwarna putih. Mereka meletakkan semua barang yang dibawa tadi ke atas tempat tidur. Tiga orang pelayan laki-laki segera mempersiapkan tempat mandi dan mengisi air hangat, sementara dua lainnya membantu melepas pakaianku. Aku segera berendam ke dalam air hangat yang telah dicampur esential oil dan membiarkan para pelayan membantu membersihkan tubuhku. Aku memperhatikan Luis membuka barang-barang yang tadi dibawa para pelayan tadi. Dia mengeluarkan beberapa pakaian dan perhiasan tradisional Irealla. Aku hanya mengamati Luis mempersiapkan semuanya. Aku segera berdiri begitu selesai dan seorang pelayan segera membantu mengeringkan tubuhku. Luis mengisyaratkan pada mereka semua untuk keluar dan mereka segera pergi membawa semua perlengkapan mandi yang telah dipakai tadi. "Kemari." Aku berjalan mendekat, m

  • King of Irealla   Part 5

    Aku tersentak dari tidur saat seorang mendobrak pintu kamar. Segera menutupi tubuh Zava dengan selimut, dan melayangkan tatapan tajam pada siapapun yang berani mengganggu kami.Aku sedikit terkejut saat mendapati Luis yang sudah berada di hadapanku. Dia tak bereaksi terhadap ekspresiku dan melempar pakaian ke arahku."Cepat kenakan pakaianmu dan temui aku di luar." Aku bisa merasakan Zava bergerak di sebelahku.Aku menunggu sampai Luis betul-betul keluar dan menutup pintu sebelum menatap ke arah Zava. Gadis itu tampak khawatir, gurat ketakutan tak dapat disembunyikan dari wajahnya. Aku mengusap kepalanya, menyingkirkan helai rambut yang jatuh menutupi sebagian wajahnya."Tenanglah, Luis adalah orang kepercayaanku, dia tak akan membuka suara tentang kita." Kata-kataku tampaknya sedikit menghilangkan kecemasannya, namun aku tau Zava tak sepenuhnya percaya.Aku segera berpakaian dan menyusul Luis ke bawah. Reynold tampak tegang saat aku melihatn

  • King of Irealla   Part 5

    Aku tersentak dari tidur saat seorang mendobrak pintu kamar. Segera menutupi tubuh Zava dengan selimut, dan melayangkan tatapan tajam pada siapapun yang berani mengganggu kami. Aku sedikit terkejut saat mendapati Luis yang sudah berada di hadapanku. Dia tak bereaksi terhadap ekspresiku dan melempar pakaian ke arahku. "Cepat kenakan pakaianmu dan temui aku di luar." Aku bisa merasakan Zava bergerak di sebelahku. Aku menunggu sampai Luis betul-betul keluar dan menutup pintu sebelum menatap ke arah Zava. Gadis itu tampak khawatir, gurat ketakutan tak dapat disembunyikan dari wajahnya. Aku mengusap kepalanya, menyingkirkan helai rambut yang jatuh menutupi sebagian wajahnya. "Tenanglah, Luis adalah orang kepercayaanku, dia tak akan membuka suara tentang kita." Kata-kataku tampaknya sedikit menghilangkan kecemasannya, namun aku tau Zava tak sepenuhnya percaya. Aku segera berpakaian dan menyusul Luis ke bawah. Reynold tampak tegang saat aku mel

  • King of Irealla   Part 4

    Seperti yang kubilang, anggota dewan konsil adalah sekumpulan orang tua membosankan, dan aku terpaksa harus mentolerir keberadaan mereka. Seharusnya aku menyelinap keluar selagi ada kesempatan. Aku meringis saat Colton menyikut perutku. Aku melempar tatapan sinis ke arahnya, namun anak bodoh ini sama sekali tidak peduli. "Berhenti melamun!" bisik/bentaknya. Aku memutar bola mata, bocah ini berpikir dia bisa mengaturku. Salah satu perwakilan dewan konsil terlihat sedang berbicara dengan si tua Arthur. "... Irealla membutuhkan kepastian, mereka ingin tau siapa diantara kedua pangeran yang menduduki posisi putra mahkota. Rakyat Irealla berhak mengetahui siapa yang akan menjadi raja mereka berikutnya," ucap pria yang paling tua. Pria itu tampaknya merupakan pemimpin dari rombongan ini. Aku mendesah pelan, sudah begitu bosan dengan semua pembahasan ini, aku bahkan tidak peduli siapa yang akan menjadi raja. Hell ... aku tidak pernah mengingink

  • King of Irealla   Part 3

    Seorang pelayan sedang membantuku pakaian saat Luis memasuki kamarku perlahan, dia tampak masih sedikit waspada mendekatiku. "Apakah kau sudah merasa tenang sekarang?" tanyanya. "Aku tidak akan membunuhmu, kalau itu yang kau maksud," jawabku datar. Luis tampak melepas napas lega, tampaknya sikapku kemarin betul-betul membuatnya takut. "Kau akan pergi kemana?" Luis kembali bertanya. "Menjauh dari tempat ini," jawabku malas, menepis tangan pelayan wanita yang sedang memasangkan kancing bajuku, dan mulai melakukannya sendiri. Luis mencubit batang hidungnya seolah kepalanya mendadak sakit. "Jayden ... bisakah kau berhenti membuatku terkena masalah?" Dia memulai lekturnya. "Raja Arthur sudah mengatakan kalau—" "Luis ... Luis ... Luis ...." Aku mengisyaratkan pada pelayan wanita tadi untuk meninggalkan kami, dan dia segera menuruti tanpa protes. Aku menatap Luis dengan alis terangkat. "Aku tidak mendengarkan saat si tua bangka itu bi

  • King of Irealla   Part 2

    Hari sudah cukup gelap saat aku kembali ke kastil. Aku membiarkan angin membawaku naik ke kamarku di lantai dua, bersyukur karena tidak ada yang mengunci jendelanya selama aku pergi.Memasuki kamar, aku segera menutup jendela dan merebahkan diri di atas tempat tidur.Pintu kamar tiba-tiba terbuka dengan kasar dan Luis, sahabat sekaligus tangan kananku, masuk."Aku benar-benar bosan menutupi kelakuanmu." Aku menatapnya yang sudah lebih dulu menatap marah padaku. "Suatu hari aku tidak akan melindungimu, Jayden, jadi belajarlah untuk lebih bertanggung jawab." Aku memutar bola mata dan mengangkat tubuhku ke posisi duduk."Nice to meet you too," ucapku sarkas.Wajah Luis mengerut menunjukkan ekspresi jijik. "Dan lain kali kau memutuskan bermain-main, kau setidaknya bisa menghilangkan aroma mortal dari tubuhmu!" ucapnya jijik.Aku tertawa, sebelum berdiri dan mulai melepas pakaian."Apa masalahmu hari ini?" tanyaku."Masalahku? Lebih

  • King of Irealla   Part 1

    Mengucapkan mantra singkat, aku menatap kilatan cahaya yang menjalar dari jemari, kilatan-kilatan itu tumbuh dan membentuk bola cahaya kebiruan berukuran kecil. Cahaya biru itu berputar perlahan, aku tersenyum saat ukurannya mulai membesar."Jayden!" Konsentrasiku terpecah hingga bola cahaya di tanganku tiba-tiba meluap, menciptakan letupan kecil sebelum lenyap.Menoleh ke belakang, sebuah senyuman tidak dapat kutahan melihat wajah kesalnya."Jayden, aku sudah memperingatkan untuk tidak ke sini." Matanya mencari-cari, seakan takut ada yang melihat. Aku hampir tertawa melihatnya."Mau bagaimana lagi, kau terus menolak untuk menemuiku." Aku mengulurkan tangan, mengisyaratkan agar dia mendekat.Zava masih terlihat kesal, tapi mulai berjalan ke arahku. Aku meraih tangannya ketika dia sudah cukup dekat dan mengarahkannya duduk di sampingku. Zava menghela napas, aku hanya tersenyum melihatnya."Jayden, kau tidak bisa selalu datang kemari, seorang

DMCA.com Protection Status