Mereka semua tertidur pulas walaupun beberapa kali terjadi ledakan besar. Hal ini membuat hunter lain kebingungan, bagaimana bisa mereka tidak bangun saat terjadi ledakan ledakan besar di arena.
Sampai akhirnya giliran Tim Senior tampil dan MC sudah berkali-kali memanggil mereka dari atas arena. Karena tidak ada yang keluar, Leon pun terpaksa menghampiri mereka di belakang."Astagaaa...malah tidurr!" gumam Leon menepuk jidatnya."Kebakaran!!!!" teriak Leon yang langsung membangunkan mereka semua termasuk Bima."Mana mana?!" teriak Riski panik."Ck! cepat bangun! sekarang giliran kalian!" ucap Leon kesal."Hoammmm....jul! kau duluan jul!" ucap Bima sambil menguap."Hoammm...." Julian menguap, dia berdiri meregangkan tubuhnya lalu berjalan keluar setelah segar kembali.Julian naik ke atas arena dengan gemuruh penonton yang terlihat lebih banyak dari sebelumnya. Dengan jubah hitam berlogo guild dan topeng Hannya anBima melesat dengan Perfect Susano'o yang berukuran sangat besar dan menyamai ukuran Naga itu."Hydra! kapan kau bangkit sialan!" teriak Bima langsung melesat membantu Silvia.[Sialan, kapan dia bangkit ya? padahal dulu sudah aku musnahkan]Pertarungan dahsyat pun pecah, duet antara Bima dan Silvia yang mengendalikan Titan penguasa Api membuat Hydra sangat kewalahan.Hari yang seharusnya bahagia kini berubah menjadi mencekam dan penuh dengan tangis pilu karena kehilangan orang-orang terdekat."Lawanmu aku Ashura!" teriak seekor monster bertubuh manusia, berkepala gurita, dan memiliki sayap elang melesat menyerang Bima.Bima dengan sigap langsung melompat mundur menarik Silvia yang sangat fokus menyerang Hydra."Kamu sanggup lawan Hydra?" tanya Bima dengan nafas terengah-engah."Serahkan padaku!" jawab Silvia tegas."Baiklah!" ucap Bima melesat menyerang monster aneh itu.Silvia pun sama, dia ik
Keesokan harinya, Bima bangun agak siang karena masih merasakan lelah. Setelah bangun tidur, Bima langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh muka dan gosok gigi.Setelah segar, Bima langsung pergi ke ruang makan untuk sarapan. Bima berjalan perlahan-lahan karena luka di kaki kanannya yang masih dalam tahap penyembuhan."Loh, udah bangun bi, tadi panggil aku aja biar aku ambilin makan." ucap Silvia berlari membantu Bima berjalan."Aku gak lumpuh yang." ucap Bima yang membuat Silvia terkekeh pelan."Bukan gitu maksud aku biii!" ucap Silvia terkekeh."Kok sepi? yang lain kemana?" tanya Bima."Udah jam segini nak, tim Junior udah berangkat ambil misi, tim Senior lagi latihan di belakang." jawab Diana."Habis sarapan aku pergi ya, kamu jaga diri." ucap Bima pada Silvia."Iya bi, kamu tenang aja, aku bakalan jaga diri." jawab Silvia.Bima tersenyum dan mulai makan makanan yang sudah Silvia siapkan. Selesai
1 bulan waktu bumi sudah berlalu sejak Bima melakukan latihan, Riski dan kawan-kawan sudah menunjukkan peningkatan yang signifikan. Tim Junior juga sudah mulai terbiasa dengan treatment latihan Dexter yang sangat keras.Sedangkan Bima, dia sudah berjuta-juta tahun di alam Surgawi, namun hanya mendapat sedikit peningkatan. Bima merasa sangat susah untuk berkembang lagi, dia berpikir kalau sudah di penghujung masa nya."Temui dulu istrimu nak, kamu butuh semangat untuk berkembang. Pikiranmu juga mulai sulit untuk fokus karena terbelah menjadi dua." ucap Smith.[Keluar dulu bos, kau butuh ketenangan. Berceritalah pada istrimu kalau ada masalah]"Baiklah." jawab Bima murung lalu pergi menghilang begitu saja.Bima muncul di halaman belakang yang sedang di gunakan latihan oleh teman-temannya."Bos! kenapa kau kembali? bukannya tiga bulan?" tanya Kong."Istirahat sejenak, aku masuk dulu ya." jawab Bima dengan wajah murung.
Sesaat setelah Bima menghilang, datanglah Silvia dengan wajah khawatir. "Dimana suamiku?" tanya Silvia. "Bos pergi." jawab Kong menunduk lesu. "Kemana?" tanya Silvia. "Tidak tau nyonya, dia pergi setelah memberikan tugas menjaga anda." jawab Kong. Silvia terduduk lemas kembali merasakan kehilangan orang paling dia cintai dalam hidupnya. Dia sangat menyesal tidak langsung menjelaskan wujud kakaknya tapi malah asik makan di sebelah suaminya. "Anda istirahat saja nyonya, bos akan sangat kecewa jika calon penerusnya mati." ucap Dexter. Silvia berjalan dengan lemas kembali ke ruang makan dan duduk di kursinya. "Dimana Bima?" tanya Diana. "Pergi bunda...hiks..." jawab Silvia mulai menangis. "Kemana?" tanya Diana kaget. "Via gak tau bun, dia pergi gitu aja habis berpesan ke tiga bawahannya itu." jawab Silvia. "Ak
Di sisi lain, Bima masih fokus berlatih sangat keras. Berkali-kali gagal, Bima masih terus mencoba sampai gerakannya terasa sempurna.Sampai akhirnya ketiga skill barunya telah berada di titik sempurna. Sistem langsung melakukan perubahan skill menjadi pasif pada Simple Ilusi, setelah itu Bima duduk beristirahat makan dan minum di rumah kecilnya.[Sudah beres bos! kau tinggal fokus ke lima poin sebelumnya!]"Masih sebulan lagi, aku masih bisa berkembang lebih banyak lagi." ucap Bima.[Sangat sangat bisa bos! kau memiliki waktu yang banyak untuk mengembangkan skill, mode, dan susano'o mu]"Baiklah!" ucap Bima mempercepat makannya.Selesai makan Bima kembali berlatih dengan ritme super keras. Tidak hanya berlatih di satu tempat, kali ini Bima memasuki dungeon sebagai tempat uji coba kekuatannya.[Wuhuuuu! kau berkembang lebih dari perkiraanku bos!]Bima hanya tersenyum sembari membakar daging monster untuk makan m
Selesai mandi dan bersiap mengenakan pakaian rapi, Bima dan Silvia pun pergi ke dokter mengendarai mobil milik Berliana."Mampir ke supermarket ya bi pulangnya, aku mau beli susu." ucap Silvia."Yaa." jawab Bima fokus ke jalan.Sesampainya di rumah sakit, Bima membawakan tas berisi berkas-berkas kehamilan Silvia dan berjalan santai menuju ruangan dokter kandungan tanpa mengantri karena sudah melakukan janji beberapa hari yang lalu."Gak ngantri yang?" tanya Bima bingung."Udah janji bi, aku juga udah daftar jadi pasien eksekutif." jawab Silvia menggandeng tangan Bima penuh kemesraan."Bisa gitu ya." gumam Bima tak menyangka.Keduanya masuk ke ruang dokter kandungan dan langsung melakukan pengecekan pada perut Silvia. Bima memperhatikan dengan sangat serius setiap pengecekan dokter walaupun sama sekali tidak mengerti."Masnya siapa ya kalau boleh tau?" tanya Suster yang mendampingi dokter kandungan dalam setiap p
Bima menatap mereka satu persatu dengan tatapan tajam. Bima ingin melihat wajah palsu mereka yang sangat menjijikkan itu."Kalau mau cari ketenaran, pergi, keluar dari guild. Di sini bukan tempat cari fans, aku bangun guild itu buat kekuatan bukan ketenaran." ucap Bima mengambil buku keanggotaan."Ayo, siapa yang mau keluar? biar langsung aku coret. Gak guna kalian masih disini kalau ego kalian masih tinggi." ucap Bima.Hening...."Gak usah pura-pura takut, kau bosnya di sini. Ayo katakan sesuatu." ucap Bima melempar buntalan kertas pada Jason."A-aku t-tidak melakukan apapun paman." ucap Jason dengan tubuh bergetar hebat karena ketakutan."Kau pikir aku tidak pernah muda? pria seperti mu sudah sering aku jumpai. Awalnya kau selalu kurang percaya diri, tapi setelah mendapatkan kepercayaan diri, kau merasa yang paling kuat di seluruh dunia. Jadi kau mau berkuasa di guild ini, padahal ketua di tim mu jauh lebih kuat dari kau." ucap Bima sinis."T-tidak paman, sungguh, aku tidak memiliki
Bima terbangun masih dengan air mata yang mengalir deras, dia sangat ingin segera menyusul sang ayah dan menceritakan semuanya pada ayahnya di sana. Bima menengok jam dinding, ternyata masih jam 3 pagi, Bima pergi membasuh muka lalu keluar kamar dengan wajah murung. Bima pergi ke gazebo, membuat kopi di bar lalu duduk melamun di gazebo dengan hawa dingin yang menusuk sampai ke tulang. Bima merenungi sikapnya selama ini yang selalu menuntut ini itu demi kebahagiannya sendiri. "Sebusuk itukah?" gumam Bima menatap halam belakang dengan tatapan kosong. [Apa bos? aku pikir kau tidur tadi, kau kenapa?] "Tidak, kau istirahat saja, aku cuma sedang ingin menikmati pagi." jawab Bima. [Baiklah bos, aku istirahat ya bos] "Iya." jawab Bima. Bima mengubah semua planning yang sudah tertata rapi, dari planning yang dia buat untuk menjadi kan teman-temannya yang terkuat dia ubah menjadi planning