"Wahai rakyatku di Centurion Land!" Suara Raja Edward Forester membahana hingga radius puluhan mill jauhnya dari pelataran Istana Palazzo Vrindavan, "kita akan menata kembali kerajaan Centurion Land perlahan dari hari ke hari. Mulai besok pagi, kembalilah ke rumah kalian masing-masing. Tak perlu bersembunyi lagi dari prajurit maupun penyihir jahat. Semua telah kembali di bawah pemerintahanku, Raja Edward Forester!" Para pengungsi yang ada di gua-gua Hutan Timberwood dan juga di lembah tempat persembunyian mendengar dengan jelas suara raja mereka tercinta. Mereka yakin bahwa kegelapan yang menyelimuti kerajaan telah sirna. Pemerintahan tiran dan kejam dari Raja Derrick Karpac berakhir setelah pertarungan yang sengit dan menyebabkan gempa bumi serta badai topan.Seusai memberikan pengumuman penting tadi, Raja Edward memerintahkan kepada para ksatria agar beristirahat di istana. Besok mereka semua memiliki tugas yang akan membuat sibuk sepanjang hari terutama di ibu kota.Raja Edward Fo
"Hal terpenting dari persiapan misi penyelaman ke palung Samudera Atlantis adalah mengumpulkan Red Gills Flower sebanyak mungkin. Masing-masing ksatria yang ikut perjalanan ke dasar laut itu harus memakan bunga merah itu sebanyak tiga kali dalam sehari untuk menjaga sihir bentukan insang di tulang rusuk mereka tetap utuh dan tidak menutup menjadi kulit manusia normal. Tentang makanan selama menyelam, kalian akan sama seperti ikan pada umumnya, memakan ikan kecil atau plankton untuk bertahan hidup. Jemari kaki dan tangan kalian yang memakan Red Gills Flower akan berselaput seperti sirip ikan. Kabar baiknya adalah tak ada hal lain yang perlu dipersiapkan selain bunga merah ajaib itu dan senjata masing-masing untuk menyelam ke tempat tujuan di mana Tiram Mutiara Keabadian berada!" tutur The Highpriest panjang lebar hingga Raja Edward paham segalanya terkait misi itu."Aku akan menjelaskan kepada para ksatria yang kuajak turut serta dalam misi besok pagi. Oya. apakah Red Gills Flower ini
Kelima pria dewasa bertubuh kokoh dari Centurion Land itu memanjat dinding bebatuan alami Air Terjun Karamica. Sedangkan, The Highpriest berjaga di tepi aliran sungai yang menampung curahan deras air dari ketinggian 30 meter dari permukaan air yang berarus deras tersebut.Raja Edward Forester teringat akan kekasihnya yang menunggunya di masa depan. Beberapa jam menjelang pagi tadi, mereka sempat terhubung melalui Kuali Cermin Semesta yang diambil oleh The Highpriest bersama dua ksatria lainnya dari Kepplin Island. Rasa rindu itu tak tertahankan dan masih bergelanyut sulit terlepas dari hati sang raja. Ada banyak urusan yang harus dilakukan olehnya hingga beberapa harus tertangguhkan seperti menawar harga Kuali Cermin Semesta dari raja Ogre. Dia tak ingin dianggap sebagai pencuri benda keramat bangsa raksasa tersebut. Harus ada pembicaraan baik-baik agar ada solusi bagi kepemilikan benda ajaib yang sangat berguna baginya saat ini. Stefany nampak dari pantulan permukaan air kuali ajai
Seisi penghuni Lembah Lilyweed yang telah menyaksikan kehebatan Raja Edward Forester dan The Highpriest tidak berani mengganggu rombongan para ksatria dari Centurion Land ketika mereka melintasi hutan untuk keluar dari tempat angker itu."Alamus Eldoran datanglah!" panggil sang raja. Dan kemudian naga bersisik emas melesat turun dari angkasa ke hadapannya."Hamba siap melayani Anda, Your Majesty!" jawab Alamus Eldoran.Ksatria yang lain juga memanggil naga tunggangan mereka untuk kembali ke istana di Centurion Land. Hari telah turun petang dan langit menjadi gelap sejuk diterangi bintang-bintang bersama rembulan purnama."Malam ini kita beristirahat terlebih dahulu, Teman-teman. Besok pagi akan menjadi awal perjalanan yang berat menuju palung ribuan meter di bawah air. Terima kasih atas kesediaan kalian membantuku baik tadi maupun besok hari-hari ke depan!" tutur sang raja di atas punggung naga emasnya. "Semoga perjalanan kalian berhasil, tetap waspada ketika menyelam!" pesan The Hig
Setelah beristirahat beberapa jam, rombongan para ksatria dan Raja Edward Forester mulai melanjutkan penyelaman menuju ke dasar palung Samudera Atlantis. Dalam perjalanan itu mereka berpapasan dengan puteri duyung cantik yang memberi isyarat agar berhati-hati jika ingin menyelam lebih dalam lagi.Raja Edward pun memberi ucapan terima kasih dengan mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dada. Dia kembali berenang bersama keempat ksatria muda yang penuh tekad itu. Tiba-tiba serangan tinta hitam yang pekat membutakan pandangan mereka, tak hanya itu saja tentakel panjang terulur melilit mereka. Tanpa pikir panjang karena panik Lord Taron Filbert menghunus pedang saktinya dan menebas tentakel yang menjerat dirinya. Kemudian dia juga menolong rekan-rekan lainnya. Sedangkan, Raja Edward membaca mantra pelumpuh ke Giant Octopus yang melilitnya juga.Semua lega karena bisa terbebas dari serangan dadakan yang entah berbahaya atau tidak. Namun, mereka tak ingin ambil risiko tanpa perlawana
Gelombang air di dasar palung Samudera Atlantis bergolak ganas, rumput laut tercabut dari karang-karang dan melayang carut marut di sekeliling kelima manusia yang berasal dari negeri daratan Centurion Land.Semua panik termasuk Raja Edward Forester yang ikut cemas terjebak dalam kekacauan bawah laut itu. Namun, raja yang bijak itu berpikir ada baiknya tetap di sana di dekat tempat Tiram Mutiara Keabadian berada karena situs itu tak mungkin dihancurkan oleh siapa pun jikalau tidak ingin mendapat murka dari Raja Triton.Seusai gelombang badai dalam lautan itu mereda, terlihat jelas apa bahaya yang tengah mengancam mereka. Puluhan makhluk bertubuh separuh pria berekor ikan mengacungkan tombak trisula mengelilingi kelima ksatria itu dari seluruh penjuru mata angin. "Hey, kalian pencuri. Jangan harap bisa keluar dari dasar palung ini hidup-hidup!" seru kasar seekor merman (ikan duyung jantan) yang bertubuh kekar. Nampaknya dia pemimpin dari gerombolan merman yang mengepung kelima ksatria
"Master Oleander, terima kasih!" ucap Raja Edward Forester setelah tersadar sejak keluar dari dasar samudera yang dalam.Keempat ksatria yang menyertainya juga mulai siuman. Mereka nampak pucat dan lemas pasca menyelam ribuan meter selama sekitar sebulan lamanya. Sang raja pun berpesan kepada mereka, "Tolong jangan ceritakan mengenai Mutiara Keabadian kepada rekan-rekan kalian lainnya untuk menghindari iri hati atau kenekadan menyelam ke dasar palung Samudera Atlantis. Kalian pasti mengerti maksudku, bukan?""Baik, Paduka Raja. Kami paham!" jawab Lord Taron Filbert mewakili ketiga rekannya yang segera mengangguk-anggukkan kepala mereka. Di dasar samudera mereka telah menelan Mutiara Keabadian, hadiah dari Raja Edward Forester karena telah membantunya mencapai tujuan yang perjalanannya sulit serta berbahaya.Rombongan itu pun kembali ke Istana Palazzo Vrindavan untuk beristirahat. Namun, dalam hati sang raja ada kerinduan yang meluap-luap. Dia tak bisa menahan untuk melihat pujaan hati
"Para Ksatria Pelindung Centurion Land, aku menitipkan negeri ini kepada kalian. Tujuanku pergi ke masa depan adalah menjemput kekasihku yang akan kunikahi di kerajaan dan kuangkat menjadi Ratu Centurion Land!" tutur Raja Edward Forester di akhir pertemuan konsolidasi penugasan pengikutnya.Viscount Donovan Kurtis pun menyambut dengan penuh semangat, "Itu hal yang penting dan tentu ditunggu oleh seluruh rakyat negeri ini karena akhirnya Paduka Raja Edward akan memiliki pendamping serta keturunan raja!"Ksatria-ksatria lainnya pun bereaksi sama dan turut berbahagia. Mereka berjanji akan melawan Amaraca dan para loyalisnya seandainya datang menyerbu kerajaan.Terakhir kalinya, The Highpriest berpesan kepada sang raja, "Situasi di Centurion Land bagaikan air tenang sebelum badai mengamuk. Saya berharap Anda akan secepatnya kembali, Your Majesty. Perjuangan kami akan lebih baik bila dipimpin langsung oleh Anda!""Baiklah, Guru. Ini adalah situasi yang dilematis juga bagiku. Aku mengerti k