"Master Oleander, terima kasih!" ucap Raja Edward Forester setelah tersadar sejak keluar dari dasar samudera yang dalam.Keempat ksatria yang menyertainya juga mulai siuman. Mereka nampak pucat dan lemas pasca menyelam ribuan meter selama sekitar sebulan lamanya. Sang raja pun berpesan kepada mereka, "Tolong jangan ceritakan mengenai Mutiara Keabadian kepada rekan-rekan kalian lainnya untuk menghindari iri hati atau kenekadan menyelam ke dasar palung Samudera Atlantis. Kalian pasti mengerti maksudku, bukan?""Baik, Paduka Raja. Kami paham!" jawab Lord Taron Filbert mewakili ketiga rekannya yang segera mengangguk-anggukkan kepala mereka. Di dasar samudera mereka telah menelan Mutiara Keabadian, hadiah dari Raja Edward Forester karena telah membantunya mencapai tujuan yang perjalanannya sulit serta berbahaya.Rombongan itu pun kembali ke Istana Palazzo Vrindavan untuk beristirahat. Namun, dalam hati sang raja ada kerinduan yang meluap-luap. Dia tak bisa menahan untuk melihat pujaan hati
"Para Ksatria Pelindung Centurion Land, aku menitipkan negeri ini kepada kalian. Tujuanku pergi ke masa depan adalah menjemput kekasihku yang akan kunikahi di kerajaan dan kuangkat menjadi Ratu Centurion Land!" tutur Raja Edward Forester di akhir pertemuan konsolidasi penugasan pengikutnya.Viscount Donovan Kurtis pun menyambut dengan penuh semangat, "Itu hal yang penting dan tentu ditunggu oleh seluruh rakyat negeri ini karena akhirnya Paduka Raja Edward akan memiliki pendamping serta keturunan raja!"Ksatria-ksatria lainnya pun bereaksi sama dan turut berbahagia. Mereka berjanji akan melawan Amaraca dan para loyalisnya seandainya datang menyerbu kerajaan.Terakhir kalinya, The Highpriest berpesan kepada sang raja, "Situasi di Centurion Land bagaikan air tenang sebelum badai mengamuk. Saya berharap Anda akan secepatnya kembali, Your Majesty. Perjuangan kami akan lebih baik bila dipimpin langsung oleh Anda!""Baiklah, Guru. Ini adalah situasi yang dilematis juga bagiku. Aku mengerti k
Houston, Masa Kini."Apa Edu akan sampai di sini malam ini?" ujar Stefany Rowland mondar-mandir gelisah dengan piyama kotak-kotak merah bergaris kuning vertikal horisontal dalam kamar tidurnya. Jam dinding menunjukkan pukul 23.11 waktu Texas. Namun, gadis berambut hitam panjang sepunggung itu masih sulit tidur menantikan kekasihnya dari masa lalu berteleportasi dengan portkey yang seharusnya muncul di perapian rumahnya."Lebih baik aku tidur di sofa ruang tengah saja malam ini!" putus Stefany lalu membawa bantal dan selimut kain flanelnya turun ke lantai bawah.Nyonya Victoria Rowland telah pergi tidur di kamarnya yang berada di sebelah dapur. Hanya satu lampu penerang bohlam kuning di meja sofa yang dinyalakan dan memberi efek remang-remang. Stefany melangkah dengan hati-hati menuju ke sofa panjang di seberang televisi. Perapian rumahnya ada di sisi kiri televisi itu dan masih nampak senyap tak ada tanda-tanda pergerakan."Edu, kuharap kau akan tiba di tujuan yang tepat dan tidak ny
"Stefy, kenapa para pemuda itu membawa karangan bunga dan kotak hadiah warna merah muda untuk pacar mereka?" tanya Raja Edward Forester yang telah berubah wujud dari kucing menjadi seorang pria tampan di dinding belakang perpustakaan yang terlindung dari pandangan orang lain yang mungkin lewat di dekat sana.Stefany mengikuti arah pandangan mata Edu dan tertawa kecil, dia menjawab, "Mungkin karena ini hari kasih sayang atau lebih populer disebut Valentine's Day. Biasanya pasangan kekasih saling memberi kado yang manis seperti bunga, cokelat, atau bingkisan lain untuk menyenangkan kekasih mereka sebagai perwujudan ungkapan cinta!"Sang raja baru mengetahui ada hari semacam itu. Dia pun bertanya, "Tanggal berapa hari ini, Stefy? Apa perayaan hari kasih sayang itu diperingati rutin setiap tahun?" "Ya, selalu diperingati setiap tanggal 14 Februari, Edu. Memangnya ada apa? Sepertinya kamu tertarik!" balas Stefany sembari melangkah bersebelahan dengan kekasihnya menuju pintu masuk Houston
"Permisi, Sir. Saya ingin bertemu dengan Miss Stefany Rowland!" ujar Raja Edward Forester yang membawa buket bunga mawar pink, sekotak cokelat berbentuk hati, dan boneka Tedy Bear putih yang imut. Dia menghadap petugas sekuriti di pos jaga depan pintu masuk Houston Public Library.Mister Benigno Kunis menatap pria di hadapannya dari atas ke bawah. Keningnya berkerut seraya menjawab, "Hmm ... apa kamu seorang kurir pengantar barang atau pacarnya Stefany, Sir? Siapa nama kamu? Akan saya panggilkan ke dalam!""Saya Edu, pacar Miss Stefany Rowland. Terima kasih, Sir!" jawab Raja Edward lalu menunggu satpam itu masuk ke dalam perpustakaan untuk memanggilkan gadis kesayangannya.Tak lama setelahnya, Stefany melangkah lurus menuju Raja Edward dengan mulut terperangah. Dia pun tertawa riang. "Astaga, Edu. Bagaimana kamu bisa mendapatkan kado yang romantis ini?" serunya terheran-heran sambil menerima ketiga hadiah Valentine dari pacarnya."Itu rahasia, tapi yang terpenting adalah kamu senang d
Sepulang dari pekerjaannya di Houston Public Library, Stefany telah ditunggu kekasih tampannya. Raja Edward Forester duduk di bangku kayu yang ada di taman samping perpustakaan. Banyak muda mudi dan juga lansia berkumpul di sana mengobrol maupun bermain skateboard. "Edu!" panggil Stefany seraya berlari-lari kecil melambaikan tangan kanannya sementara tangan kirinya memeluk boneka Tedy Bear dan buket bunga pemberian sang raja.Pria bertubuh tegap itu segera bangkit dari bangku kayu taman dan menyambut Stefany dengan pelukan erat. "Menunggumu membuatku rindu, Darling!" ujar Raja Edward lalu mengecup bibir kekasihnya."Senang bisa memeluk dan menciummu lagi, Edu. Rasanya masih seperti sedang bermimpi setelah setahun ini kulalui sendirian tanpamu!" ujar Stefany seraya mendongak menatap wajah Raja Edward yang berada di atas kepalanya."Kita tak akan terpisahkan lagi, Dear Stefy. Oya, ke mana kita pergi sekarang? Langsung pulang atau ingjn jalan-jalan sebentar?" Raja Edward merangkul bahu
Entah berapa lama pasangan kekasih itu melayang-layang dalam pusaran lorong waktu yang seakan tak berujung. Stefany terkadang bangun dari tidur lelapnya masih dipeluk erat oleh Raja Edward. "Apa masih jauh perjalanan kita, Edu?" tanya gadis itu dengan jarak wajah berdekatan."Tidak dapat dipastikan, Stefy. Bersabarlah, mungkin tak lama lagi kita sampai di tujuan!" jawab Raja Edward yang merasa lorong waktu itu semakin berubah warna menjadi lebih terang dibanding ketika mereka berangkat dari Houston di masa depan.Stefany mengecup bibir sang raja, dia bahagia bisa berada di dekapan pria yang dirindukannya selama setahun lebih belakangan. Pantulan permukaan air dari bejana porselen ajaib miliknya tak cukup mengobati setiap rasa rindu itu menyerang. Kini dia dapat menyentuh serta mencium Raja Edward, itu sebuah mimpi yang menjadi kenyataan.Sang raja pun memiliki perasaan cinta yang menggebu-gebu untuk Stefany dalam hatinya sekalipun pembawaannya sangat kalem dan tenang. Dia akan memast
"Stefy Darling, kau sangat mempesona!" ucap Raja Edward Forester terkesima menatap penampilan kekasihnya yang sangat berbeda setelah didandani selayaknya seorang putri. Sepasang mata beriris hitam senada warna rambut gadis itu berbinar indah seiring senyuman yang terkembang di bibir Stefany. "Kamu juga sangat gagah dan tampan, My King!" balasnya seraya menekuk lututnya memberi tanda hormat di hadapan penguasa Centurion Land.Raja Edward sedikit jengah karena perlakuan berbeda dari gadis pustakawati itu. Mungkin karena para penghuni istana yang mengajarinya cara memberi hormat demikian. Apa pun selama itu tidak membuat kekasihnya repot, dia akan menerimanya dengan senang hati."Ayo kita ke ruang makan istana, Stefy. Ada para ksatria di sana dan para petinggi kerajaan juga. Aku akan memperkenalkanmu secara resmi, okay?" ujar Raja Edward sembari menggandeng tangan kekasihnya di lekuk lengan kekarnya."Baik, Edu. Kuharap aku bisa mengingat nama mereka sekalipun mungkin tidak semuanya bil