Kelima pria dewasa bertubuh kokoh dari Centurion Land itu memanjat dinding bebatuan alami Air Terjun Karamica. Sedangkan, The Highpriest berjaga di tepi aliran sungai yang menampung curahan deras air dari ketinggian 30 meter dari permukaan air yang berarus deras tersebut.Raja Edward Forester teringat akan kekasihnya yang menunggunya di masa depan. Beberapa jam menjelang pagi tadi, mereka sempat terhubung melalui Kuali Cermin Semesta yang diambil oleh The Highpriest bersama dua ksatria lainnya dari Kepplin Island. Rasa rindu itu tak tertahankan dan masih bergelanyut sulit terlepas dari hati sang raja. Ada banyak urusan yang harus dilakukan olehnya hingga beberapa harus tertangguhkan seperti menawar harga Kuali Cermin Semesta dari raja Ogre. Dia tak ingin dianggap sebagai pencuri benda keramat bangsa raksasa tersebut. Harus ada pembicaraan baik-baik agar ada solusi bagi kepemilikan benda ajaib yang sangat berguna baginya saat ini. Stefany nampak dari pantulan permukaan air kuali ajai
Seisi penghuni Lembah Lilyweed yang telah menyaksikan kehebatan Raja Edward Forester dan The Highpriest tidak berani mengganggu rombongan para ksatria dari Centurion Land ketika mereka melintasi hutan untuk keluar dari tempat angker itu."Alamus Eldoran datanglah!" panggil sang raja. Dan kemudian naga bersisik emas melesat turun dari angkasa ke hadapannya."Hamba siap melayani Anda, Your Majesty!" jawab Alamus Eldoran.Ksatria yang lain juga memanggil naga tunggangan mereka untuk kembali ke istana di Centurion Land. Hari telah turun petang dan langit menjadi gelap sejuk diterangi bintang-bintang bersama rembulan purnama."Malam ini kita beristirahat terlebih dahulu, Teman-teman. Besok pagi akan menjadi awal perjalanan yang berat menuju palung ribuan meter di bawah air. Terima kasih atas kesediaan kalian membantuku baik tadi maupun besok hari-hari ke depan!" tutur sang raja di atas punggung naga emasnya. "Semoga perjalanan kalian berhasil, tetap waspada ketika menyelam!" pesan The Hig
Setelah beristirahat beberapa jam, rombongan para ksatria dan Raja Edward Forester mulai melanjutkan penyelaman menuju ke dasar palung Samudera Atlantis. Dalam perjalanan itu mereka berpapasan dengan puteri duyung cantik yang memberi isyarat agar berhati-hati jika ingin menyelam lebih dalam lagi.Raja Edward pun memberi ucapan terima kasih dengan mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dada. Dia kembali berenang bersama keempat ksatria muda yang penuh tekad itu. Tiba-tiba serangan tinta hitam yang pekat membutakan pandangan mereka, tak hanya itu saja tentakel panjang terulur melilit mereka. Tanpa pikir panjang karena panik Lord Taron Filbert menghunus pedang saktinya dan menebas tentakel yang menjerat dirinya. Kemudian dia juga menolong rekan-rekan lainnya. Sedangkan, Raja Edward membaca mantra pelumpuh ke Giant Octopus yang melilitnya juga.Semua lega karena bisa terbebas dari serangan dadakan yang entah berbahaya atau tidak. Namun, mereka tak ingin ambil risiko tanpa perlawana
Gelombang air di dasar palung Samudera Atlantis bergolak ganas, rumput laut tercabut dari karang-karang dan melayang carut marut di sekeliling kelima manusia yang berasal dari negeri daratan Centurion Land.Semua panik termasuk Raja Edward Forester yang ikut cemas terjebak dalam kekacauan bawah laut itu. Namun, raja yang bijak itu berpikir ada baiknya tetap di sana di dekat tempat Tiram Mutiara Keabadian berada karena situs itu tak mungkin dihancurkan oleh siapa pun jikalau tidak ingin mendapat murka dari Raja Triton.Seusai gelombang badai dalam lautan itu mereda, terlihat jelas apa bahaya yang tengah mengancam mereka. Puluhan makhluk bertubuh separuh pria berekor ikan mengacungkan tombak trisula mengelilingi kelima ksatria itu dari seluruh penjuru mata angin. "Hey, kalian pencuri. Jangan harap bisa keluar dari dasar palung ini hidup-hidup!" seru kasar seekor merman (ikan duyung jantan) yang bertubuh kekar. Nampaknya dia pemimpin dari gerombolan merman yang mengepung kelima ksatria
"Master Oleander, terima kasih!" ucap Raja Edward Forester setelah tersadar sejak keluar dari dasar samudera yang dalam.Keempat ksatria yang menyertainya juga mulai siuman. Mereka nampak pucat dan lemas pasca menyelam ribuan meter selama sekitar sebulan lamanya. Sang raja pun berpesan kepada mereka, "Tolong jangan ceritakan mengenai Mutiara Keabadian kepada rekan-rekan kalian lainnya untuk menghindari iri hati atau kenekadan menyelam ke dasar palung Samudera Atlantis. Kalian pasti mengerti maksudku, bukan?""Baik, Paduka Raja. Kami paham!" jawab Lord Taron Filbert mewakili ketiga rekannya yang segera mengangguk-anggukkan kepala mereka. Di dasar samudera mereka telah menelan Mutiara Keabadian, hadiah dari Raja Edward Forester karena telah membantunya mencapai tujuan yang perjalanannya sulit serta berbahaya.Rombongan itu pun kembali ke Istana Palazzo Vrindavan untuk beristirahat. Namun, dalam hati sang raja ada kerinduan yang meluap-luap. Dia tak bisa menahan untuk melihat pujaan hati
"Para Ksatria Pelindung Centurion Land, aku menitipkan negeri ini kepada kalian. Tujuanku pergi ke masa depan adalah menjemput kekasihku yang akan kunikahi di kerajaan dan kuangkat menjadi Ratu Centurion Land!" tutur Raja Edward Forester di akhir pertemuan konsolidasi penugasan pengikutnya.Viscount Donovan Kurtis pun menyambut dengan penuh semangat, "Itu hal yang penting dan tentu ditunggu oleh seluruh rakyat negeri ini karena akhirnya Paduka Raja Edward akan memiliki pendamping serta keturunan raja!"Ksatria-ksatria lainnya pun bereaksi sama dan turut berbahagia. Mereka berjanji akan melawan Amaraca dan para loyalisnya seandainya datang menyerbu kerajaan.Terakhir kalinya, The Highpriest berpesan kepada sang raja, "Situasi di Centurion Land bagaikan air tenang sebelum badai mengamuk. Saya berharap Anda akan secepatnya kembali, Your Majesty. Perjuangan kami akan lebih baik bila dipimpin langsung oleh Anda!""Baiklah, Guru. Ini adalah situasi yang dilematis juga bagiku. Aku mengerti k
Houston, Masa Kini."Apa Edu akan sampai di sini malam ini?" ujar Stefany Rowland mondar-mandir gelisah dengan piyama kotak-kotak merah bergaris kuning vertikal horisontal dalam kamar tidurnya. Jam dinding menunjukkan pukul 23.11 waktu Texas. Namun, gadis berambut hitam panjang sepunggung itu masih sulit tidur menantikan kekasihnya dari masa lalu berteleportasi dengan portkey yang seharusnya muncul di perapian rumahnya."Lebih baik aku tidur di sofa ruang tengah saja malam ini!" putus Stefany lalu membawa bantal dan selimut kain flanelnya turun ke lantai bawah.Nyonya Victoria Rowland telah pergi tidur di kamarnya yang berada di sebelah dapur. Hanya satu lampu penerang bohlam kuning di meja sofa yang dinyalakan dan memberi efek remang-remang. Stefany melangkah dengan hati-hati menuju ke sofa panjang di seberang televisi. Perapian rumahnya ada di sisi kiri televisi itu dan masih nampak senyap tak ada tanda-tanda pergerakan."Edu, kuharap kau akan tiba di tujuan yang tepat dan tidak ny
"Stefy, kenapa para pemuda itu membawa karangan bunga dan kotak hadiah warna merah muda untuk pacar mereka?" tanya Raja Edward Forester yang telah berubah wujud dari kucing menjadi seorang pria tampan di dinding belakang perpustakaan yang terlindung dari pandangan orang lain yang mungkin lewat di dekat sana.Stefany mengikuti arah pandangan mata Edu dan tertawa kecil, dia menjawab, "Mungkin karena ini hari kasih sayang atau lebih populer disebut Valentine's Day. Biasanya pasangan kekasih saling memberi kado yang manis seperti bunga, cokelat, atau bingkisan lain untuk menyenangkan kekasih mereka sebagai perwujudan ungkapan cinta!"Sang raja baru mengetahui ada hari semacam itu. Dia pun bertanya, "Tanggal berapa hari ini, Stefy? Apa perayaan hari kasih sayang itu diperingati rutin setiap tahun?" "Ya, selalu diperingati setiap tanggal 14 Februari, Edu. Memangnya ada apa? Sepertinya kamu tertarik!" balas Stefany sembari melangkah bersebelahan dengan kekasihnya menuju pintu masuk Houston