****
Sedangkan itu, di lain tempat Rendi mengistirahatkan dirinya untuk menanangkan pikiran juga badannya yang terasa lemas.
"Aku harus mencarinya. Aku merindukannya. Sangat merindukannya." Dengan senyuman dan menyesap secangkir kopi yang sejak tadi menemani dirinya.
Matanya teralihkan pada suara pintu diketuk "iya masuk." Jawabnya agar suara yang ditimbulkan dapat berhenti.
"Maaf menggangu waktunya Pak, di luar ada yang menanyakan Bapak dan ingin bertemu." Ucap salah satu karyawan disana.
"Siapa?"
"Namanya Aldi dia bilang dia teman bapak."
"Iya betul, suruh dia masuk."
Tak lama karyawan itu pergi dan menampilkan sosok laki-laki yang bernama Aldi melangkah masuk dan duduk di kursi yang ada di depan Rendi, hanya sebuah meja besar yang menjadi pembatas diantara keduanya.
"Hey Ren kemana aja nih, dari tadi di telpon ga diangkat."
"Ada urusan apa?" terdengar dingin dan to the point karena jujur saja perasaan Rendi saat ini sangat kesal dan sebenarnya tidka ingin berbicara dengan siapapun.
"Santai dong sensi amat sih, ada kerjaan nih kira-kira ada waktu ga buat jadi pemateri di acara seminar yang di bikin organisasi tempatku, gimana ?" tawarnya antusias berharap Rendi menerima tawaran itu.
"Tentang?"
"Fotografi, setidaknya Rendi tau tentang dunia fotografi."
"Oke deh sambil belajar, kapan ?"
"Nanti di hubungin lagi oke. Kalau gitu terimakasih banget ya, aku buru-buru nih duluan ya Ren." Ucap Aldi dengan melangkahkan kakinya keluar.
Aldi adalah salah satu teman Rendi yang cukup dekat dalam urusan bakti sosial ataupun kegiatan lainnya. Bukan hal yang aneh jika Aldi datang hanya ketika butuh bantuan saja, karena memang kenyataan sebenarnya begitu. Tapi Rendi tidak mau ambil pusing dan baginya itu tidak pernah merugikan untuk dirinya sendiri.
"Ya sama-sama."
****
Setelah beberapa hari kemudian mereka berdua tidak di pertemukan lagi, baik dalam hal saling mencari satu sama lain yang niat awalnya memang seperti itu, atau menunggu takdir untuk di pertemukan dengan tidak sengaja.
Hari ini Nadhirah harus pergi ke restorannya karena tidak mungkin ia hanya bermalas malasan setiap harinya, meskipun dengan diam di rumah pun semua kebutuhannya sudah terpenuhi dan pekerjaannya sudah ada yang menangani, tapi Nadhirah bukanlah orang yang seperti itu. Dia akan tetap bekerja dan mencari hal-hal baru di luar sana, yaa jika di pikir-pikir sebagai pelepas penat mungkin.
Nadhirah mulai menaiki mobilnya dan membelah jalanan kota Bandung dengan iringan musik yang meangalun di mobilnya sebagai pemecah suasana sepi di dalam mobil yang hanya ada dirinya yang sedang menyetir. Seketika mobilnya ia parkirkan di pinggir jalan dan melihat ada banner besar yang terpampang mengenai acara seminar. Tunggu dulu jangan salah paham, Nadhirah tidak tertarik dengan informasinya atau apa yang akan di bicarakan dalam seminar tersebut meskipun ia senang dengan hal-hal baru yang mungkin saja bias ia pelajari, tapi yapp dia lebih tertarik dengan pematerinya. Siapa lagi kalau bukan laki-laki yang beberapa hari ini Nadhirah cari.
"Wah kita bertemu lagi ternyata. Kita lihat apa yang akan kamu katakan." Monolognya di dalam mobil dan melajukan kembali mobilnya.
****
"Dalam hal fotografi mengabadikan momen adalah hal yang paling penting karena kita semua tahu bahwa waktu itu tidak akan pernah bisa di ulang. Bagiku foto itu memberikan kenangan tersendiri. Caraku bagaimana melihat dunia dan emosi yang kurasakan saat memotretnya merupakan hal yang ingin aku ekspresikan. Saat aku memotret orang, alam ataupun hewan yang aku lihat lewat lensa, aku ingin sekali menunjukkannya pada semua orang bahwa itu bukan hanya sekedar foto tapi hal nyata sumber kekuatan bagiku. Hal yang kurasakan saat ini masih ada dalam diriku dan aku masih merasakannya." Jelas pemateri panjang lebar yang tidak lain dan tidak bukan adalah Rendi.
Nadhirah terdiam dan memperhatikan dengan seksama bagaimana laki-laki yang pertama kali ia temui itu memaparkan tentang fotografi. Nadhirah semakin terhanyut dalam susasana dan terus memperhatikan laki-laki tersebut, sepertinya Nadhirah mulai tertarik dengan laki-laki ini.
Laki laki itu menyadari kehadiran Nadhirah dalam seminarnya, raut wajahnya berubah menjadi emosi seolah-olah ingin membuktikan kepada semua orang bahwa ada wanita yang menurutnya sangat kejam di dunia ini, meskipun ia baru bertemu Nadhirah hanya sekali setelah belasan tahun tidak bertemu, tapi pertemuan pertamanya sangat sulit untuk dilupakan. Rendi tidak tahu reaksi seperti apa yang akan Nadhira tunjukkan meskipun rencananya ini adalah hal bodoh yang mungkin akan menyakiti hati Nadhirah. Tapi tidak ada salahnya jika mencoba, untuk mengetes dan menentukan tindakan apa yang akan ia lakukan untuk bisa mendekati Nadhira. Bukan begitu ?
"Seperti halnya objek yang di foto adalah seseorang, itu memiliki refresentasi tersendiri untuk siapapun yang melihatnya." Sambungnya
Laki laki itu kemudian mengambil kamera dan memotret Nadhirah yang sedang duduk ditengah audience. Dan menampilkan hasil fotonya ke layar persentasi
"Sebagai contoh ini adalah foto potrait dimana objek utamanya adalah manusia, menurut temen-temen semuanya satu kata yang dapat menggambarkan foto tersebut."
"Cantik."
"Mandiri."
"Berwibawa."
"Pintar."
"Baik."
Semua jawaban yang audience sampaikan adalah hal positif mengenai Nadhirah tidak ada hal negatif karena hanya merefresentasikan hanya dari satu sudut pandang yaitu wajahnya dan bagaimana hasil foto yang Rendi ambil.
"Ya terimakasih atas jawaban teman-temen semuanya, bisa kita dengar bahwa setiap orang memiliki refresentasi yang berbeda saat melihat suatu foto. Lalu bagaimana jika saya mengatakan bahwa dia adalah wanita yang jahat, berhati dingin, tidak memiliki perasaan, egois." Sambungnya dengan intonasi tinggi sembari melihat wajah Nadhirah.
Nadhirah yang mendengar dan memperhatikannya hanya tersenyum sinis tanpa berkata sepatah katapun.
"Bagaimana menurut teman-temen semuanya? Apakah tidak masalah?" tanyanya pada audience.
"Menurut saya tentu tidak masalah karena itu adalah refresentasi orang yang memiliki perbedaan pendapat, tapi bukankah itu harus dilandaskan dengan fakta karena kita tidak bisa mengatakan hal negatif sepenuhnya terhadap sebuah foto. Pertanyaan saya bagaimana jika orang dalam sebuah foto tidak bisa menerima dan fotografer pasti rugi dengan komentar tersebut." Jawab seorang audience.
"Ya betul sekali jawaban yang sangat tepat dan pertanyaan yang sangat bagus. Betul sekali bahwa kita harus melihat fakta terlebih dahulu, jangan mengomentari hanya karena kita tidak suka dengan objek yang ada dalam foto tersebut."
"Seperti salah satu foto ini kita sudah banyak mengenal bahwa dia adalah seorang narapidana berdasarkan fakta bahwa beliau telah berkorupsi uang negara sebesar 1 milyar, meskipun dalam foto tersebut ia tampak memperlihatkan kesederhanaanya, tapi karena fakta yang telah diketahui orang banyak bahwa dia adalah seorang koruptor tentu saja kata yang akan menggambarkan dalam objek foto tersebut berupa kata- kata negatif." Pungkasnya
"Saya ingin mengucapkan permohonan maaf kepada Mba cantik karena saya yakin kata-kata yang saya lontarkan sebagai refresentasi dari foto Mba tidak sama sekali mencerminkan diri Mba, bukan begitu?" tanya Rendi dengan nada menantang.
Nadhirah hanya tersenyum tanpa mengeluarkan sepatah kata. Justru Nadhirah semakin tertarik dengan karakter dari laki-laki ini dan ingin mencari tahu semua mengenai Rendi ini.
Tidak lama setelah itu seminar yang berlangsung selama dua jam lamanya telah selesai. Nadhirah pergi begitu saja tanpa merasa sakit hati atau mengahampiri Rendi untuk memarahinya karena tidak terima dengan kata-katanya.
Lain halnya dengan Rendi, setelah seminar ia berlalu keluar untuk mencari Nadhirah, Rendi berlari menuju parkiran untuk mengejar Nadhirah, namun nihil langkahnya kurang cepat dan Nadhirah sudah lebih dulu pergi dengan mobilnya meninggalkan tempat dan pastinya Rendi yang mematung dengan Nafas kasar.
Jangan pikir bahwa Nadhirah tidak mengetahui jika Rendi mengejarnya, tentu saja ia tahu dan sengaja menghindar, tunggu, bukan sengaja menghindar tapi lebih tepatnya ia menguji rasa penasarannya terhadap Rendi.
"Cih dasar munafik, kurasa kamu benar-benar menarik. Kuharap kita bertemu lagi, aku ingin tahu kalimat apa lagi yang akan keluar dari mulut manis itu." Monolognya diiringi dengan senyuman meremehkan dengan tangan yang bertengger di atas setir mobil.
Sedangkan di satu tempat Rendi frustasi mengacak surainya dan berlutut menyesali perbuatannya.
"Sial, kenapa aku harus bicara seperti itu, bukankah aku sudah janji pada diriku sendiri untuk selalu berada disisinya dan menjaganya, ahh bukan tapi justru aku harus mengembalikan dia seperti sedia kala. Tapi apa yang baru saja aku lakukan malah menyakiti perasaannya, dasar bodoh." Monolognya diiringi helaan nafas kasar tanda penyesalan.
"Kuharap kita bertemu lagi. kita lihat apa yang akan terjadi." Sambungnya dengan berlalu meninggalkan parkiran dan kembali masuk.
Suara hiruk pikuk anak-anak berlarian kesana kemari, daun berjatuhan diterpa angin menggambarkan kesejukan yang penuh dengan kebahagiaan. Suasana siang ini cukup cerah tak ayal membuat semuanya ingin berjalan-jalan di hari libur ini bersama teman atau keluarga, mungkin. Atau berjalan sendiri untuk menikmati suasana dan menghilangkan penat bisa menjadi pilihan juga.Seperti halnya Nadhirah perempuan cantik yang memiliki kulit tan, rambut lurus coklat sebahu, mata bulat, hidung mancung menambah kesan cantik disetiap inchi wajahnya yang kini sedang berjalan-jalan di sekitar taman.Seorang anak kecil laki-laki yang sedang berlarian mengejar pesawat kertasnya dan tak sengaja menabrak Nadhirah hingga pesawat kertas yang terbang diatasnya mendarat tepat di depan kaki Nadhirah.“Maaf kak, aku tidak sengaja dan tidak melihat kakak.” Ucap anak itu dengan nafas yang terengah-engah.Nadhirah hanya terdiam tanpa mengeluarkan sepatah katapun dengan me
Angin sore di iringi ramainya suara transportasi menyatakan kesan bahwa ini jam pulang kerja. Tapi tidak halnya dengan Nadhirah, Ia berjalan jalan menikmati suasa sore kota Bandung bukan karena telah selesai dengan pekerjaannya dan akan pulang menuju rumahnya, melainkan untuk menenangkan diri atau sekedar menghirup udara sore yang belakangan ini tidak ia nikmati.Nadhirah orang yang pekerja keras sehingga jarang sekali untuk menikmati suasana sore seperti saat ini. Setiap harinya ia bagaikan robot yang telah di setel otomatis dengan jadwal yang telah ditentukan. Bangun pagi berangkat kerja, melakukan pekerjaan kemudian pulang kembali ke rumah untuk istirahat atau jika ia punya waktu luang akan kembali menuliskan ceritanya atau berjalan di taman baik itu pagi, siang, sore, malam, hanya sekedar untuk menyegarkan pikirannya.Dan hari ini di waktu menjelang sore menjadi pilihannya untuk menyembuhkan pikiran. Apakah alasan itu masuk akal? atau mungkin karena ada seseorang y
Setelah interaksinya yang lumayan cukup terbuka meskipun hanya senyuman yang didapat tapi setidaknya ini adalah permulaan yang mungkin akan mempermudah kedekatannya dengan Nadhirah. Oh ayolah ini keuntungan sangat besar karena selam ini Rendi selalu dimarahi dan tidak pernah Nadhirah anggap. Tapi Rendi selalu gencar untuk mengetahui apa saja yang sudah Nadhirah alami sejauh ini, apalagi ini sudah diberi senyuman Rendi makin semangat untuk mencari tahu. “Hey Ren senyum-senyum sendiri kenapa nih.” Ucap Aldi yang kini duduk di hadapannya. “Bahagia, kenapa?” Tanya Rendi malas, karena sahabatnya ini selalu datang di saat tidak tepat, yaitu saat Rendi sedang memikirkan Nadhirah. “Sama Nadhirah?” “Tau Nadirah ?” Tanya Rendi kaget. “Tau dong, Nadhirah Aleena yang barusan ngobrol sama kamu sampai senyum-senyum kaya orang gila.” Ledek Aldi. “Tau darimana Di?” Dia Aldi orang yang sama saat menawarkan Rendi untuk menjadi pem
Sore ini sebuah mobil terparkir di depan Seung Resto dengan pemiliknya yang masih setia duduk di depan setir dengan kacamata hitam yang menjadi penegas diwajah tampannya. Mobil ini sudah terparkir dari siang hari dan sekarang langit sudah berganti senja mobil ini masih setia di tempatnya. Bukan sebagai pembeli tapi lebih tepatnya jemputan gratis. Menjemput siapa lagi kalau bukan seorang pemilik Resto ini. Akhirnya setelah lama menunggu targetpun keluar membuat Rendi bersorak ria dalam hatinya. Iapun turun dari mobil dan mengahmpiri Nadhirah. “Selamat sore Nadhirah.” “Ada apa?” “Aku ingin mengajakmu kencan.” “Apa? aku tidak punya waktu untuk itu.” Sontak Nadhirah kaget dengan ajakan Rendi. “Maksudku, aku ingin berbicara denganmu.” “Bicara saja sekarang. Aku tidak memiliki banyak waktu untukmu” Jawab Nadhirah ketus. “Banyak hal yang ingin aku bicarakan dan itu butuh waktu seharian penuh.” Nego Rendi. Rendi sangat pintar d
Dunia ini sementara dan penuh kejutan di dalamnya, terkadang apa yang sudah direncanakan hanyalah sebuah rencana karena berbanding terbalik dengan realita.BrukSuara hantaman yang terdengar cukup keras menyeruak ke semua telinga orang yang tidak jauh dari jalan raya.Orang – orang berdatangan mendekati kecelakaan itu untuk memberikan pertolongan. Lalu apa yang dilakukan Nadhirah? Ia berada tepat di samping jalan raya dan menyaksikan kecelakaan itu dengan antusias. Bahkan ia sudah menduga akan terjadi sebuah kecelakaan karena melihat mobil melaju kencang dan wanita itu hanya menunduk fokus dengan gawainya tanpa melihat ke arah sekitar. Tapi Nadhirah justru membiarkannya begitu saja.Dari tatapannya Nadhirah begitu bahagia melihat wanita itu menderita kesakitan akibat hantaman yang cukup keras di pada tubuh sebelah kanannya, bibir di sudut kanan yang terangkat dan melipatkan kedua tangan di depan dada sudah mendefinisikan semua
Sore ini sebuah mobil terparkir di depan Seung Resto dengan pemiliknya yang masih setia duduk di depan setir dengan kacamata hitam yang menjadi penegas diwajah tampannya. Mobil ini sudah terparkir dari siang hari dan sekarang langit sudah berganti senja mobil ini masih setia di tempatnya. Bukan sebagai pembeli tapi lebih tepatnya jemputan gratis. Menjemput siapa lagi kalau bukan seorang pemilik Resto ini. Akhirnya setelah lama menunggu targetpun keluar membuat Rendi bersorak ria dalam hatinya. Iapun turun dari mobil dan mengahmpiri Nadhirah. “Selamat sore Nadhirah.” “Ada apa?” “Aku ingin mengajakmu kencan.” “Apa? aku tidak punya waktu untuk itu.” Sontak Nadhirah kaget dengan ajakan Rendi. “Maksudku, aku ingin berbicara denganmu.” “Bicara saja sekarang. Aku tidak memiliki banyak waktu untukmu” Jawab Nadhirah ketus. “Banyak hal yang ingin aku bicarakan dan itu butuh waktu seharian penuh.” Nego Rendi. Rendi sangat pintar d
Setelah interaksinya yang lumayan cukup terbuka meskipun hanya senyuman yang didapat tapi setidaknya ini adalah permulaan yang mungkin akan mempermudah kedekatannya dengan Nadhirah. Oh ayolah ini keuntungan sangat besar karena selam ini Rendi selalu dimarahi dan tidak pernah Nadhirah anggap. Tapi Rendi selalu gencar untuk mengetahui apa saja yang sudah Nadhirah alami sejauh ini, apalagi ini sudah diberi senyuman Rendi makin semangat untuk mencari tahu. “Hey Ren senyum-senyum sendiri kenapa nih.” Ucap Aldi yang kini duduk di hadapannya. “Bahagia, kenapa?” Tanya Rendi malas, karena sahabatnya ini selalu datang di saat tidak tepat, yaitu saat Rendi sedang memikirkan Nadhirah. “Sama Nadhirah?” “Tau Nadirah ?” Tanya Rendi kaget. “Tau dong, Nadhirah Aleena yang barusan ngobrol sama kamu sampai senyum-senyum kaya orang gila.” Ledek Aldi. “Tau darimana Di?” Dia Aldi orang yang sama saat menawarkan Rendi untuk menjadi pem
Angin sore di iringi ramainya suara transportasi menyatakan kesan bahwa ini jam pulang kerja. Tapi tidak halnya dengan Nadhirah, Ia berjalan jalan menikmati suasa sore kota Bandung bukan karena telah selesai dengan pekerjaannya dan akan pulang menuju rumahnya, melainkan untuk menenangkan diri atau sekedar menghirup udara sore yang belakangan ini tidak ia nikmati.Nadhirah orang yang pekerja keras sehingga jarang sekali untuk menikmati suasana sore seperti saat ini. Setiap harinya ia bagaikan robot yang telah di setel otomatis dengan jadwal yang telah ditentukan. Bangun pagi berangkat kerja, melakukan pekerjaan kemudian pulang kembali ke rumah untuk istirahat atau jika ia punya waktu luang akan kembali menuliskan ceritanya atau berjalan di taman baik itu pagi, siang, sore, malam, hanya sekedar untuk menyegarkan pikirannya.Dan hari ini di waktu menjelang sore menjadi pilihannya untuk menyembuhkan pikiran. Apakah alasan itu masuk akal? atau mungkin karena ada seseorang y
Suara hiruk pikuk anak-anak berlarian kesana kemari, daun berjatuhan diterpa angin menggambarkan kesejukan yang penuh dengan kebahagiaan. Suasana siang ini cukup cerah tak ayal membuat semuanya ingin berjalan-jalan di hari libur ini bersama teman atau keluarga, mungkin. Atau berjalan sendiri untuk menikmati suasana dan menghilangkan penat bisa menjadi pilihan juga.Seperti halnya Nadhirah perempuan cantik yang memiliki kulit tan, rambut lurus coklat sebahu, mata bulat, hidung mancung menambah kesan cantik disetiap inchi wajahnya yang kini sedang berjalan-jalan di sekitar taman.Seorang anak kecil laki-laki yang sedang berlarian mengejar pesawat kertasnya dan tak sengaja menabrak Nadhirah hingga pesawat kertas yang terbang diatasnya mendarat tepat di depan kaki Nadhirah.“Maaf kak, aku tidak sengaja dan tidak melihat kakak.” Ucap anak itu dengan nafas yang terengah-engah.Nadhirah hanya terdiam tanpa mengeluarkan sepatah katapun dengan me
****Sedangkan itu, di lain tempat Rendi mengistirahatkan dirinya untuk menanangkan pikiran juga badannya yang terasa lemas."Aku harus mencarinya. Aku merindukannya. Sangat merindukannya." Dengan senyuman dan menyesap secangkir kopi yang sejak tadi menemani dirinya.Matanya teralihkan pada suara pintu diketuk "iya masuk." Jawabnya agar suara yang ditimbulkan dapat berhenti."Maaf menggangu waktunya Pak, di luar ada yang menanyakan Bapak dan ingin bertemu." Ucap salah satu karyawan disana."Siapa?""Namanya Aldi dia bilang dia teman bapak.""Iya betul, suruh dia masuk."Tak lama karyawan itu pergi dan menampilkan sosok laki-laki yang bernama Aldi melangkah masuk dan duduk di kursi yang ada di depan Rendi, hanya sebuah meja besar yang menjadi pembatas diantara keduanya."Hey Ren kemana aja nih, dari tadi di telpon ga diangkat.""Ada urusan apa?" terdengar dingin dan to the point karena jujur saja perasaan
Dunia ini sementara dan penuh kejutan di dalamnya, terkadang apa yang sudah direncanakan hanyalah sebuah rencana karena berbanding terbalik dengan realita.BrukSuara hantaman yang terdengar cukup keras menyeruak ke semua telinga orang yang tidak jauh dari jalan raya.Orang – orang berdatangan mendekati kecelakaan itu untuk memberikan pertolongan. Lalu apa yang dilakukan Nadhirah? Ia berada tepat di samping jalan raya dan menyaksikan kecelakaan itu dengan antusias. Bahkan ia sudah menduga akan terjadi sebuah kecelakaan karena melihat mobil melaju kencang dan wanita itu hanya menunduk fokus dengan gawainya tanpa melihat ke arah sekitar. Tapi Nadhirah justru membiarkannya begitu saja.Dari tatapannya Nadhirah begitu bahagia melihat wanita itu menderita kesakitan akibat hantaman yang cukup keras di pada tubuh sebelah kanannya, bibir di sudut kanan yang terangkat dan melipatkan kedua tangan di depan dada sudah mendefinisikan semua