Dunia ini sementara dan penuh kejutan di dalamnya, terkadang apa yang sudah direncanakan hanyalah sebuah rencana karena berbanding terbalik dengan realita.
Bruk
Suara hantaman yang terdengar cukup keras menyeruak ke semua telinga orang yang tidak jauh dari jalan raya.
Orang – orang berdatangan mendekati kecelakaan itu untuk memberikan pertolongan. Lalu apa yang dilakukan Nadhirah? Ia berada tepat di samping jalan raya dan menyaksikan kecelakaan itu dengan antusias. Bahkan ia sudah menduga akan terjadi sebuah kecelakaan karena melihat mobil melaju kencang dan wanita itu hanya menunduk fokus dengan gawainya tanpa melihat ke arah sekitar. Tapi Nadhirah justru membiarkannya begitu saja.
Dari tatapannya Nadhirah begitu bahagia melihat wanita itu menderita kesakitan akibat hantaman yang cukup keras di pada tubuh sebelah kanannya, bibir di sudut kanan yang terangkat dan melipatkan kedua tangan di depan dada sudah mendefinisikan semua itu.
Seorang laki – laki yang berada di dalam minimarket gagal fokus melihat Nadhirah yang antusias melihat kejadian itu. Laki laki tersebut pun melangkahkan kakinya lebar untuk menghampiri Nadhirah.
"Apa yang kamu lakukan?" intonasi suaranya naik satu oktaf menatapnya dengan geram.
Nadhirah hanya menoleh dan menatapnya dengan tajam, seolah laki-laki tersebut mengganggu kebahagiannya.
"Kenapa kamu diam saja saat kamu tahu mobil itu melaju kencang dan akan menyebabkan kecelakaan?" melontarkan lagi pertanyaan karena tidak ada balasan dari lawan bicaranya.
"Lalu apa bedanya aku dengan kamu? bukankah kamu tahu kebenarannya tapi kamu hanya diam saja?" jawab Nadhirah dengan santainya.
"Posisimu lebih dekat dengannya, tidak bisakah kau menariknya?"
"Hey kamu menyuruhku? siapa kamu? bersikap menjadi pahlawan dengan menuduh orang lain? kenapa ikut campur urusan orang lain? Urus saja dirimu sendiri!" Nadhirah mulai tersulut emosi.
"Kamu benar-benar wanita gila! haruskah aku membawamu ke rumah sakit?" ejeknya.
Nadhirah tidak menjawabnya satu patah katapun Ia menatapnya dengan tersenyum sinis
"Seharusnya kamu saja yang mati tertabrak bukan wanita itu!" sambungnya dengan bentakan.
"Wahhh menarik sekali tadi kamu bilang akan menyembuhkanku dan sekarang akan membunuhku? ayo lakukan itu, aku harap kamu berhasil membunuhku karena sebelumnya sudah aku coba tapi aku kembali hidup namun sayangnya hatiku yang mati. Untuk kali ini kamu boleh mencampuri urusan ku ayo tepati janjimu bunuh aku dan setelah ini berhenti mencampuri urusan orang lain." Tantang Nadhira dengan tatapan Sengit dan perkataan yang penuh dengan arti.
Lelaki itu menatap Nadhirah dengan geram tanpa bisa membalasnya. Sedangkan yang ditatap hanya tersenyum sinis lalu pergi mengabaikannya.
Kenapa kamu menjadi seperti ini apa yang harus aku lakukan? kemana dirimu yang memiliki rasa penuh kasih sayang dan cinta. Aku merindukanmu yang dulu dan aku menerima dengan kondisimu yang sekarang. Kumohon izinkan aku masuk dalam hidupmu Nad – Batin Rendi
Rendi dia adalah seorang pemilik salah satu café di daerah Bandung. Selain memiliki bisnis yang sedang dijalankan Rendi juga memiliki hobi fotografi dan sangat aktif seperti menjadi volunteer dan beberapa kegiatan amal atau pembuatan event.
Ya tentu saja Rendi mengenal Nadhirah. Nadhirah adalah orang yang sama yang Rendi kenal dimasa lalu tepatnya 15 tahun yang lalu saat ia masih berusia 11 tahun dan Nadhirah berusia 8 tahun. Rendi adalah teman masa kecil Nadhirah, sebenarnya Rendi adalah teman kakak sepupunya Nadhirah, tapi saat kecil Nadhirah tidak memliki teman main alhasil ia selalu mengikuti kaka sepupunya bermain. Dari situlah Nadhirah mengenal Rendi yang notabenenya teman kaka sepupu Nadhirah.
Yang Rendi katakan sepenuhnya adalah benar dia Nadhirah Aleena wajah yang cantik dan tetap sama selama 15 tahun tidak pernah bertemu, tanpa komunikasi tanpa mengetahui informasi masing-masing. Rendi pindah dari Bandung ke Jakarta untuk mengikuti orangtuanya yang dipindah tugaskan di Jakarta mengingat ayahnya adalah seorang abdi negara yang mau tidak mau harus siap kapanpun jika dipindah tugaskan.
Tidak banyak kenangan yang ia ciptakan dengan Nadhirah karena ia tinggal di Bandung hanya untuk satu tahun tapi sedikit kenangan yang tercipta selalu membekas dan pastinya tidak pantas untuk dilupakan bukan begitu?
Rendi mengartikan bahwa Nadhirah adalah sosok yang ceria, selalu menolong, pintar, penuh cinta dan kasih sayang. Namun semua sikap yang Rendi artikan sama sekali tidak mencerminkan sikap Nadhirah saat ini kecuali pintarnya, ya Nadhirah pintar, pintar mengelak dan memutar balikan kata seperti kejadian tadi.
****
Nadhirah memasuki salah satu restoran dengan kacamata yang bertengger di hidungnya menambah kesan tegas dan penuh wibawa.
"Selamat siang Bu." Ucap semua pekerja restoran dan membungkukan badan saat Nadhirah melewati mereka.
"Siang juga, bagaimana dengan penjualan hari ini apa baik baik saja?"
"Baik bu seperti biasanya, pengunjung selalu ramai dan omset penjualan mengalami peningkatan setiap bulannya."
"Syukurlah, terimakasih atas kerja keras kalian. Lalu bagaimana dengan keadaan kalian apakah baik-baik saja ? keluarga kalian bagaimana baik-baik saja." Tanya Nadhirah dengan penuh perhatian pada setiap karyawannya.
"Alhamdulillah Bu baik-baik saja, bagaimana dengan kedaan ibu?" tanya salah satu karyawan.
"Saya baik." Dustanya
"Kalau begitu lanjutkan pekerjaan kalian, saya mau ke ruangan dulu." Jawab Nadhirah dengan melangkahkan tungkainya untuk mengistirahat diri.
"Baik bu."
Hari ini cukup melelahkan untuk Nadhirah apalagi setelah ia berdebat sengit dengan laki-laki yang baru ditemuinya.
Dia Nadhirah, ya tentu saja Nadhirah yang sama saat ia beberapa jam lalu menyaksikan kecelakaan dengan antusias sedangkan sekarang ia begitu bersikap ramah dan perhatian terhadap semua karyawannya.
Nadhirah Aleena itu adalah nama lengkapnya, seorang perempuan berusia 23 tahun yang berperan sebagai pemilik restoran. Tidak hanya satu restoran yang ia punya melainkan beberapa cabang restoran yang telah ia buka di beberapa kota. Selain terjun dalam dunia bisnis makanan, Nadhirah yang merupakan nama panggilannya itu, aktif dalam dunia kepenulisan. Bukan penulis dengan karyanya yang selalu best seller, Nadhirah hanya melampiaskan semua keluh kesahnya melalui tulisannya. Tidak banyak yang tahu bahwa ia berkecimpung juga di dunia itu, karena dia hanya menyalurkan keluh kesahnya ingat itu.
Untuk kejadian beberapa jam lalu dia memiliki alasan bersikap demikian. Bagi Nadhirah Perempuan yang tertabrak itu pantas mendapatkannya sebab ia melihat bagaimana ia memaki seorang kakek tua pengayuh becak yang tidak sengaja menabrak perempuan. Bukan salah kakek tua itu karena memang penglihatan kakek tua yang sudah menurun, tapi salahkan perempuan yang asik memainkan gawainya sambil berjalan tanpa melihat sekelililngnya.
"Sialan, dasar perempuan tidak tahu diri seenaknya memaki kakek tua padahal ia sendiri yang salah. Harusnya tadi aku memberikan pelajaran padanya terlebih dahulu sebelum ia tertabrak." Kesal Nadhirah yang terus menggerutu karena belum puas untuk memberikan pelajaran tambahan pada wanita kurang ajar itu.
"Tunggu, siapa laki-laki itu kurasa pernah melihatnya, ahh bukan kurasa aku mengenalnya tapi dimana." Monolog Nadhirah dengan mengetukkan ujung jarinya ke permukaan meja untuk menghilangkan kesunyian diikuti dengan penjelajahan pada memorinya untuk mencari kepingan ingatan pada laki-laki tadi.
"Aku harus mencarinya dia sangat menarik untukku." Imbuhnya dengan senyuman antusias.
****Sedangkan itu, di lain tempat Rendi mengistirahatkan dirinya untuk menanangkan pikiran juga badannya yang terasa lemas."Aku harus mencarinya. Aku merindukannya. Sangat merindukannya." Dengan senyuman dan menyesap secangkir kopi yang sejak tadi menemani dirinya.Matanya teralihkan pada suara pintu diketuk "iya masuk." Jawabnya agar suara yang ditimbulkan dapat berhenti."Maaf menggangu waktunya Pak, di luar ada yang menanyakan Bapak dan ingin bertemu." Ucap salah satu karyawan disana."Siapa?""Namanya Aldi dia bilang dia teman bapak.""Iya betul, suruh dia masuk."Tak lama karyawan itu pergi dan menampilkan sosok laki-laki yang bernama Aldi melangkah masuk dan duduk di kursi yang ada di depan Rendi, hanya sebuah meja besar yang menjadi pembatas diantara keduanya."Hey Ren kemana aja nih, dari tadi di telpon ga diangkat.""Ada urusan apa?" terdengar dingin dan to the point karena jujur saja perasaan
Suara hiruk pikuk anak-anak berlarian kesana kemari, daun berjatuhan diterpa angin menggambarkan kesejukan yang penuh dengan kebahagiaan. Suasana siang ini cukup cerah tak ayal membuat semuanya ingin berjalan-jalan di hari libur ini bersama teman atau keluarga, mungkin. Atau berjalan sendiri untuk menikmati suasana dan menghilangkan penat bisa menjadi pilihan juga.Seperti halnya Nadhirah perempuan cantik yang memiliki kulit tan, rambut lurus coklat sebahu, mata bulat, hidung mancung menambah kesan cantik disetiap inchi wajahnya yang kini sedang berjalan-jalan di sekitar taman.Seorang anak kecil laki-laki yang sedang berlarian mengejar pesawat kertasnya dan tak sengaja menabrak Nadhirah hingga pesawat kertas yang terbang diatasnya mendarat tepat di depan kaki Nadhirah.“Maaf kak, aku tidak sengaja dan tidak melihat kakak.” Ucap anak itu dengan nafas yang terengah-engah.Nadhirah hanya terdiam tanpa mengeluarkan sepatah katapun dengan me
Angin sore di iringi ramainya suara transportasi menyatakan kesan bahwa ini jam pulang kerja. Tapi tidak halnya dengan Nadhirah, Ia berjalan jalan menikmati suasa sore kota Bandung bukan karena telah selesai dengan pekerjaannya dan akan pulang menuju rumahnya, melainkan untuk menenangkan diri atau sekedar menghirup udara sore yang belakangan ini tidak ia nikmati.Nadhirah orang yang pekerja keras sehingga jarang sekali untuk menikmati suasana sore seperti saat ini. Setiap harinya ia bagaikan robot yang telah di setel otomatis dengan jadwal yang telah ditentukan. Bangun pagi berangkat kerja, melakukan pekerjaan kemudian pulang kembali ke rumah untuk istirahat atau jika ia punya waktu luang akan kembali menuliskan ceritanya atau berjalan di taman baik itu pagi, siang, sore, malam, hanya sekedar untuk menyegarkan pikirannya.Dan hari ini di waktu menjelang sore menjadi pilihannya untuk menyembuhkan pikiran. Apakah alasan itu masuk akal? atau mungkin karena ada seseorang y
Setelah interaksinya yang lumayan cukup terbuka meskipun hanya senyuman yang didapat tapi setidaknya ini adalah permulaan yang mungkin akan mempermudah kedekatannya dengan Nadhirah. Oh ayolah ini keuntungan sangat besar karena selam ini Rendi selalu dimarahi dan tidak pernah Nadhirah anggap. Tapi Rendi selalu gencar untuk mengetahui apa saja yang sudah Nadhirah alami sejauh ini, apalagi ini sudah diberi senyuman Rendi makin semangat untuk mencari tahu. “Hey Ren senyum-senyum sendiri kenapa nih.” Ucap Aldi yang kini duduk di hadapannya. “Bahagia, kenapa?” Tanya Rendi malas, karena sahabatnya ini selalu datang di saat tidak tepat, yaitu saat Rendi sedang memikirkan Nadhirah. “Sama Nadhirah?” “Tau Nadirah ?” Tanya Rendi kaget. “Tau dong, Nadhirah Aleena yang barusan ngobrol sama kamu sampai senyum-senyum kaya orang gila.” Ledek Aldi. “Tau darimana Di?” Dia Aldi orang yang sama saat menawarkan Rendi untuk menjadi pem
Sore ini sebuah mobil terparkir di depan Seung Resto dengan pemiliknya yang masih setia duduk di depan setir dengan kacamata hitam yang menjadi penegas diwajah tampannya. Mobil ini sudah terparkir dari siang hari dan sekarang langit sudah berganti senja mobil ini masih setia di tempatnya. Bukan sebagai pembeli tapi lebih tepatnya jemputan gratis. Menjemput siapa lagi kalau bukan seorang pemilik Resto ini. Akhirnya setelah lama menunggu targetpun keluar membuat Rendi bersorak ria dalam hatinya. Iapun turun dari mobil dan mengahmpiri Nadhirah. “Selamat sore Nadhirah.” “Ada apa?” “Aku ingin mengajakmu kencan.” “Apa? aku tidak punya waktu untuk itu.” Sontak Nadhirah kaget dengan ajakan Rendi. “Maksudku, aku ingin berbicara denganmu.” “Bicara saja sekarang. Aku tidak memiliki banyak waktu untukmu” Jawab Nadhirah ketus. “Banyak hal yang ingin aku bicarakan dan itu butuh waktu seharian penuh.” Nego Rendi. Rendi sangat pintar d
Sore ini sebuah mobil terparkir di depan Seung Resto dengan pemiliknya yang masih setia duduk di depan setir dengan kacamata hitam yang menjadi penegas diwajah tampannya. Mobil ini sudah terparkir dari siang hari dan sekarang langit sudah berganti senja mobil ini masih setia di tempatnya. Bukan sebagai pembeli tapi lebih tepatnya jemputan gratis. Menjemput siapa lagi kalau bukan seorang pemilik Resto ini. Akhirnya setelah lama menunggu targetpun keluar membuat Rendi bersorak ria dalam hatinya. Iapun turun dari mobil dan mengahmpiri Nadhirah. “Selamat sore Nadhirah.” “Ada apa?” “Aku ingin mengajakmu kencan.” “Apa? aku tidak punya waktu untuk itu.” Sontak Nadhirah kaget dengan ajakan Rendi. “Maksudku, aku ingin berbicara denganmu.” “Bicara saja sekarang. Aku tidak memiliki banyak waktu untukmu” Jawab Nadhirah ketus. “Banyak hal yang ingin aku bicarakan dan itu butuh waktu seharian penuh.” Nego Rendi. Rendi sangat pintar d
Setelah interaksinya yang lumayan cukup terbuka meskipun hanya senyuman yang didapat tapi setidaknya ini adalah permulaan yang mungkin akan mempermudah kedekatannya dengan Nadhirah. Oh ayolah ini keuntungan sangat besar karena selam ini Rendi selalu dimarahi dan tidak pernah Nadhirah anggap. Tapi Rendi selalu gencar untuk mengetahui apa saja yang sudah Nadhirah alami sejauh ini, apalagi ini sudah diberi senyuman Rendi makin semangat untuk mencari tahu. “Hey Ren senyum-senyum sendiri kenapa nih.” Ucap Aldi yang kini duduk di hadapannya. “Bahagia, kenapa?” Tanya Rendi malas, karena sahabatnya ini selalu datang di saat tidak tepat, yaitu saat Rendi sedang memikirkan Nadhirah. “Sama Nadhirah?” “Tau Nadirah ?” Tanya Rendi kaget. “Tau dong, Nadhirah Aleena yang barusan ngobrol sama kamu sampai senyum-senyum kaya orang gila.” Ledek Aldi. “Tau darimana Di?” Dia Aldi orang yang sama saat menawarkan Rendi untuk menjadi pem
Angin sore di iringi ramainya suara transportasi menyatakan kesan bahwa ini jam pulang kerja. Tapi tidak halnya dengan Nadhirah, Ia berjalan jalan menikmati suasa sore kota Bandung bukan karena telah selesai dengan pekerjaannya dan akan pulang menuju rumahnya, melainkan untuk menenangkan diri atau sekedar menghirup udara sore yang belakangan ini tidak ia nikmati.Nadhirah orang yang pekerja keras sehingga jarang sekali untuk menikmati suasana sore seperti saat ini. Setiap harinya ia bagaikan robot yang telah di setel otomatis dengan jadwal yang telah ditentukan. Bangun pagi berangkat kerja, melakukan pekerjaan kemudian pulang kembali ke rumah untuk istirahat atau jika ia punya waktu luang akan kembali menuliskan ceritanya atau berjalan di taman baik itu pagi, siang, sore, malam, hanya sekedar untuk menyegarkan pikirannya.Dan hari ini di waktu menjelang sore menjadi pilihannya untuk menyembuhkan pikiran. Apakah alasan itu masuk akal? atau mungkin karena ada seseorang y
Suara hiruk pikuk anak-anak berlarian kesana kemari, daun berjatuhan diterpa angin menggambarkan kesejukan yang penuh dengan kebahagiaan. Suasana siang ini cukup cerah tak ayal membuat semuanya ingin berjalan-jalan di hari libur ini bersama teman atau keluarga, mungkin. Atau berjalan sendiri untuk menikmati suasana dan menghilangkan penat bisa menjadi pilihan juga.Seperti halnya Nadhirah perempuan cantik yang memiliki kulit tan, rambut lurus coklat sebahu, mata bulat, hidung mancung menambah kesan cantik disetiap inchi wajahnya yang kini sedang berjalan-jalan di sekitar taman.Seorang anak kecil laki-laki yang sedang berlarian mengejar pesawat kertasnya dan tak sengaja menabrak Nadhirah hingga pesawat kertas yang terbang diatasnya mendarat tepat di depan kaki Nadhirah.“Maaf kak, aku tidak sengaja dan tidak melihat kakak.” Ucap anak itu dengan nafas yang terengah-engah.Nadhirah hanya terdiam tanpa mengeluarkan sepatah katapun dengan me
****Sedangkan itu, di lain tempat Rendi mengistirahatkan dirinya untuk menanangkan pikiran juga badannya yang terasa lemas."Aku harus mencarinya. Aku merindukannya. Sangat merindukannya." Dengan senyuman dan menyesap secangkir kopi yang sejak tadi menemani dirinya.Matanya teralihkan pada suara pintu diketuk "iya masuk." Jawabnya agar suara yang ditimbulkan dapat berhenti."Maaf menggangu waktunya Pak, di luar ada yang menanyakan Bapak dan ingin bertemu." Ucap salah satu karyawan disana."Siapa?""Namanya Aldi dia bilang dia teman bapak.""Iya betul, suruh dia masuk."Tak lama karyawan itu pergi dan menampilkan sosok laki-laki yang bernama Aldi melangkah masuk dan duduk di kursi yang ada di depan Rendi, hanya sebuah meja besar yang menjadi pembatas diantara keduanya."Hey Ren kemana aja nih, dari tadi di telpon ga diangkat.""Ada urusan apa?" terdengar dingin dan to the point karena jujur saja perasaan
Dunia ini sementara dan penuh kejutan di dalamnya, terkadang apa yang sudah direncanakan hanyalah sebuah rencana karena berbanding terbalik dengan realita.BrukSuara hantaman yang terdengar cukup keras menyeruak ke semua telinga orang yang tidak jauh dari jalan raya.Orang – orang berdatangan mendekati kecelakaan itu untuk memberikan pertolongan. Lalu apa yang dilakukan Nadhirah? Ia berada tepat di samping jalan raya dan menyaksikan kecelakaan itu dengan antusias. Bahkan ia sudah menduga akan terjadi sebuah kecelakaan karena melihat mobil melaju kencang dan wanita itu hanya menunduk fokus dengan gawainya tanpa melihat ke arah sekitar. Tapi Nadhirah justru membiarkannya begitu saja.Dari tatapannya Nadhirah begitu bahagia melihat wanita itu menderita kesakitan akibat hantaman yang cukup keras di pada tubuh sebelah kanannya, bibir di sudut kanan yang terangkat dan melipatkan kedua tangan di depan dada sudah mendefinisikan semua