Darwin memberitahukan keberadaan Olivia kepada Berri dan polisi yang hendak mencari Olivia juga. Dengan cepat mereka berangkat bersama didalam mobil polisi menuju ke alamat yang Darwin berikan kepada polisi. Selama diperjalanan itu, Darwin memiliki beragam pertanyaan yang ingin ia tanyakan saat berhadapan dengan Olivia hingga ia tak sadar bahwa polisi sudah sampai di lokasi yang dituju tersebut.“Darwin, habis ini kita kemana lagi?” tanya Berri.“Ayo kita turun” ujar Darwin.Mereka turun dan berjalan menuju ke arah depan hingga terlihat ada dua cewek cowok yang wajahnya tidak asing dimata Darwin. Mereka adalah Andra dan juga Olivia. Dengan senang, Darwin menunjuk ke arah mereka. “Itu mereka Om!” serunya.Saat sudah dekat, berri langsung mengintrogasi Olivia. Wajah Olivia sembab dan tak mau bicara lalu Andra pun mewakilinya.“Maaf Om, saya menemukan Olivia terkurung di kamar mandi kampus” ujarnya.Kejadian itu kembali lagi, ini sudah yang kedua kalinya Olivia dijebak di kamar mandi. Ka
Olivia kembali menemui mereka di ruang tamu. Terlihat, kedua orang tuanya sangat nyaman mengajak Andra mengobrol. Ada perasaan damai yang Olivia rasakan saat ini. Bibir mungilnya tersenyum menandakan bahwa ia ikut bahagia melihat mereka akrab dengan mudah.“Ma, Olivia minta cemilannya dong” Olivia meraih cemilan itu lalu memakannya.“Iyq Sayang... Kamu habiskan saja Mama kasih kok” celetuk Miranda lembut.Miranda memang sangat hafal sifat dari kesukaan dari putrinya. Cemilan yang saat ini ada di ruang tamu adalah makanan ringan kesukaan Olivia. Meskipun begitu, Olivia tetap gengsi memperlihatkan kerakusannya itu dihadapan Andra. “Andra, ayo makan cemilannya juga” ujar Olivia.“Sudah barusan” jawab Andra ketus. Meskipun berasa dihadapan kedua orang tuanya Olivia, Andra tetap dingin seperti itu saat berbicara dengan Olivia.“Om, Tante... Andra pamit pulang dulu” ujar Andra saat melirik jam ditangannya.“Kenapa terburu-buru seperti itu?” tanya Berry.“Iya, main dulu disini” sahut Mirand
Miranda bergegas menuju ke arah toko. Suasana dijalan pun masih ramai karena memang jam saat ini masih menunjukkan pukul 20:00 Malam. Saat selesai membeli pembalut, Miranda membayarnya kepada si penjual. Lalu Miranda kembali berjalan menuju ke arah rumah. Namun saat hendak membuka pintu pagar, tiba-tiba saja ada seseorang yang memanggil namanya dari arah belakang.“Miranda” orang itu kembali memanggil Miranda yang belum menolehkan kepalanya ke arahnya.Suara misterius itu seakan tak asing ditelinganya. Ia mencoba menoleh dan melihat seorang pria memakai jaket hitam dan masker menutupi sebagian wajahnya hingga Miranda tak dapat mengenalinya.“Kamu siapa?” tanya Miranda pelan.“Kenapa kamu diam?” tanyanya lagi.Miranda yang tidak dijawab oleh pria itu seketika saja merasa merinding. Dalam benaknya berpikir bahwa pria itu tidak baik. Dengan cepat Miranda masuk ke pagar pintu dan hendak menutupnya. “Miranda, ini aku” pria itu kembali memanggil namanya.Dari balik pintu pagar, Miranda kem
Olivia terbangun pukul 6:00 Pagi. Ia melirik ponsel yang berada disamping tempat tidur. Olivia meraih ponsel tersebut dan membuka salah satu aplikasi yakni WhatsApp. Olivia heran pasalnya setiap ia bangun tidur pasti Darwin selalu mengucapkan selamat pagi. Namun kali ini Darwin tidak mengirimkan pesan bahkan kemarin pun tidak ada. “Apa mungkin Darwin belum bangun tidur?” gumamnya dalam hati.KREAKKRIUKPerut berbunyi menandakan bahwa perutnya butuh asupan makanan. Olivia mencoba beranjak dari tempat duduk dan berjalan ke arah jalan dapur. Namun, langkahnya terhenti saat Terdengar suara orang yang lagi memasak di dapur tersebut. “Umz... Itu pasti Mama” ujar Olivia.Olivia mempercepat langkah kakinya hingga sampai di pintu dapur. Namun, saat ia melihat seseorang didalam dapur bukanlah mamanya melainkan pria asing yang kemarin malam ia lihat bertamu di rumahnya sendiri. Karena sedikit terkejut, Olivia sempat memundurkan tubuhnya beberapa langkah.“Hai, kamu Olivia?” tanya Kelvin saat
“Jadi, maksud Lo... Gw ini mau rebut Miranda? Bro, gw masih waras dan jangan mentang-mentang gw lagi dalam posisi dibawah Lo seenaknya menginjak harga diri gw!” Kelvin murka sambil tangannya terus menunjuk-nunjuk ke wajah Berry.Entah apa yang saat ini ada didalam pikirannya, Kelvin langsung menghajar Berry secara membabi-buta. Berry juga sempat memberikan perlawanan hanya saja Kelvin terlalu bringas hingga Kelvin berhasil memukul kepala belakang Berry yang mengakibatkan Berry pingsan.“Sial! Gw harus apakan dia? Gw enggak mau masuk penjara!” seru Kelvin dengan panik.Kelvin menyeret tubuh Berry agar masuk ke dalam mobil. Lalu ia menyetir mobil tersebut. Karena takut jika tiba-tiba saja Berry terbangun, Kelvin pun memutuskan untuk mengakhiri hidup Berry. Tubuh Berry didorong ke jurang seakan-akan ini hanyalah kecelakaan biasa. Dalam kondisi bergetar, Kelvin menghubungi Miranda.Dalam sekejap polisi telah datang dan begitupun juga dengan Miranda beserta Olivia. Kedua menangis sesengguk
“Jawab jujur Om!!!” teriak Olivia yang memaksa Kelvin untuk mengakui statusnya. Kelvin yang merasa bertahun-tahun tidak pernah mendengar Miranda hamil tentu ia pun tidak mengerti harus menjawab apa.“Apa maksudnya ini Miranda?” tanya Kelvin pada Miranda yang saat ini berada disamping Olivia.Hari ini memaksa Miranda untuk mengungkapkan tentang kehamilannya yang ia belum sampaikan. Deraian air matanya mengalir deras. Tanpa sengaja Miranda harus membayangkan betapa teganya Kelvin menyakiti perasaannya. Dengan penuh emosional, Miranda menatap Kelvin yang membuat Kelvin sedikit deg-degan.“Olivia, Mama sudah menceritakan alasan Mama pada kamu sebelumnya. Sekarang Mama tidak akan lagi menceritakannya. Cukup Mama katakan bahwa pria yang sedang berdiri dihadapan kita, dialah Papa yang selama ini kamu nanti-nantikan” ujar Miranda.“Aku tidak mengerti! Miranda, apa maksud kamu? Seingat aku... Kamu pergi bersama Berry itupun tidak dalam keadaan hamil!” rupanya Kelvin masih mengelak. Karena ia m
Salah satu cctv langsung membuktikan arah kendaraan yang melintas ke arah yang dipasang cctv. Setelah sempat mati, akhirnya cctv tersebut dapat diperbaiki sehingga ada titik terang dari kasus tabrak lari dari seorang anak perempuan yang hendak menyeberang jalan. Darwin duduk diteras rumah dan ia tidak sendiri. Melainkan ada kedua sahabatnya dan juga papanya sendiri yang ikut nongkrong bareng anak muda. Obrolan mereka pun tidak berat-berat dan masih berada di lingkaran sehari-hari. Alex terlihat begitu akrab dengan putranya maupun kedua sahabat putranya.“Disini apa kalian masih jomblo?” tanya Alex penasaran sekaligus bercanda.“Saya jomblo Om” ujar Dika dengan antusias.“Kalau kedua temanku ini sebenarnya punya gebetan tapi gak jadian -jadian” celetuk Dika.“Ha... Lo ember bener!” seru Darwin ketus.Alex tertawa geli melihat anak muda dihadapan terlihat jaim terutama Darwin, anaknya sendiri dan Andra. Namun, Andra lebih santai dan memilih tidak mengelak perkataan Dika. Darwin menegas
“Anak saya mana? Mana anak saya!” seru Alex.Andra mencoba menenangkannya dan kembali menawarkan air minum. Andra mengatakan bahwa jika kondisi Alex seperti ini, hal ini akan menghambat mereka menemui Darwin. Alex yang mendengar perkataan Andra dengan cepat meraih air minum tersebut lalu memaksakan dirinya untuk berdiri.“Saya sudah sehat!” seru Alex.“Ayo kita lanjutkan perjalanan lagi!” serunya lagi.Andra berterimakasih kepada para warga setempat yang telah membantu mereka. Saat berterimakasih itu, seseorang datang menghampiri mereka dengan mengatakan bahwa mobil yang ditumpangi Alex tidak tidak berat dan masih bisa bisa dikemudikan. Semakin bersyukurlah Andra ketika mendapatkan laporan darinya.Mereka kembali menuju ke arah kantor polisi. Awalnya Andra merasa ragu bahwa Alex bisa mengemudi seorang diri namun Alex bersikukuh mengatakan bahwa ia tidak apa-apa.“Pak tolong jangan hukum anak saya!” teriak Alex yang sudah berada di kantor polisi. Beberapa polisi memberikan pemahaman ke
Olivia nekat menemui mantan pembantu yang pernah bekerja di rumah Jessika. Dengan berharap ia akan menemukan jawaban yang bisa membebaskan Andra dari tuduhan-tuduhan yang tidak benar. Hanya saja, rumah yang dituju cukup jauh dari perkotaan tempat Olivia tinggal dan gak inilah yang menyebabkan Olivia tidak bisa mendampingi Andra selama proses persidangan berlangsung.Selama perjalanan yang berliku-liku itu akhirnya membuahkan hasil. Pembantu tersebut mengaku siap menjadi saksi mata tanpa dibayar sepeserpun. Pembantu itu pun bahkan mengaku telah menyimpan bukti rekaman cctv yang menangkap rekaman saat Olivia dan Andra terjebak dan di sekap di rumah Jessika.“Kalau begitu kita harus ke kota sekarang Bik. Kita harus tunjukkan bukti cctv ini” ujar Olivia dengan penuh harap.“Mohon maaf Non, bukannya saya tidak mau membantu tapi untuk saat ini saya belum bisa ke kota Non. Kemarin Mama saya meninggal dunia dan saya masih dalam suasana berduka” ujar si mantan pembantu Jessika.“Lalu kapan bisa
“Aku tidak bisa menceritakan ini sama kamu karena waktu kita tidaklah banyak! Olivia, aku telah berkorban untuk kamu dan sekarang kamu harus menuruti apa yang aku katakan. Sekarang, kamu harus pergi sejauh mungkin dan minta pertolongan pada orang lain. Lupakan aku, aku pasti akan kembali” ujar Andra sambil memegang jari tangan Olivia dengan erat. Seakan ia tak ingin dipisahkan dengan wanita yang sangat dicintai. “Tapi kamu berjanji akan menyusul aku Ndra?” tanya Olivia.“Aku berjanji” Andra menunjukkan jari kelingkingnya agar Olivia mempercayainya. Sembari menitikkan air mata, Olivia mencoba membalas dengan menunjukkan jari kelingkingnya dan kemudian Andra menghapus air mata yang telah membengkak kan mata Olivia. "Kamu tidak pantas menangis, kamu harus bisa melawan tangisan itu demi aku" pinta Adra.Olivia dengan berat hati meninggalkan Andre seorang diri. Hatinya sakit namun ini juga demi Andra. Andra memerintahkannya untuk pergi tanpa tahu alasan yang sebenarnya mengapa Andra tidak
Setelah berusaha keras untuk membuka gembok pintu akhirnya gembok itu pun terbuka. Miranda tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk kabur dan menjauh sejauh mungkin. Bahkan ia belum sempat memakai sendal karena terburu-buru.Hujan badai turun membuat tubuhnya basah dan kedinginan. Tiada lagi tempat yang akan ia berteduh. Hingga seorang ojek online datang menghampirinya. Awalnya Miranda mengira orang itu adalah mata-mata dari Cleo namun setelah berkomunikasi, Miranda yakin bahwa orang itu adalah orang baik.“Tolong saya, antarkan saya ke kantor polisi” pinta Miranda.“Baik Bu, ayo duduk Bu” ujar ojek tersebut ketika sudah memberikan helm pada Miranda.Setelah Miranda duduk membonceng, ia pun bisa bernafas dengan lega. Ia telah ditolong oleh tuhan untuk bisa meloloskan diri. Tidak henti-hentinya ia berdoa agar bisa sampai di kantor polisi.“Bu, sudah sampai ini” ujar si ojek online. Miranda memberikan uang pada si tukang ojek lalu ia masuk ke dalam kantor polisi untuk melap
“Andra bangun!!!” teriak Jessika. Beberapa orang menyarankan Andra harus dibawa ke rumah sakit namun Jessika menolak. Ia yakin bahwa Andra pasti akan sadar sendiri.Selama beberapa detik Andra pingsan Andra pun sadar. Salah satu orang memberikan air putih kepadanya. Merasa lebih baik Andra meminta maaf karena ia mengaku tidak enak badan. Para tamu undangan pun telah pulang dan kini menyisakan kedua belah pihak yakni orang tua Andra maupun orang tua Jessika.“Jeng Siska, nanti putri Jeng Siska pasti akan saya jaga dengan kasih sayang di rumah saya” ujar Yunita yang kini telah resmi menjadi mertua Jessika.“Loh... Tidak perlu susah-susah seperti itu Jeng. Anak saya akan tetap tinggal di rumah ini yang ada si Andra sendiri yang pindah rumah dan tinggal di rumah ini” ujar Siska.Yunita tersentak kaget karena ia tidak diberitahu sebelumnya oleh Andra. Sementara ia sendiri tidak dapat protes karena tahu diri sama siapa ia berhadapan. “Andra, apa benar yang dikatakan Jeng Siska itu?” tanya Y
“Aku tidak bisa menikah sama kamu Jes. Kamu tahu sendiri bahwa aku tidak pernah memiliki perasaan lebih ke kamu” ujar Andra menegaskan.“Kamu tinggal pilih menikah dengan aku atau kamu harus melihat cewek ini akan merasakan kelaparan? Kalau memang kamu mencintai pacar kamu ini maka sebaiknya kamu harus tunjukkan itu dengan cara menikahlah denganku Sayang” ujar Jessika.Andra tertunduk ia tidak bisa menjawab. Jessika tersenyum lalu berkata, “Kamu tenang saja Andra, aku akan memberikan kamu kesempatan untuk memilih hanya malam ini saja kalian bisa merenungkan itu. Untuk besok pagi, aku akan ke sini lagi dan menerima jawaban kamu. Setelah itu aku tidak akan lagi kesini untuk memberikan kamu peluang untuk hidup”“Kamu sudah gila Jessika!!!” teriak Olivia.Jessika tidak menghiraukan teriakan Olivia karena sejujurnya Jessika sudah muak melihat wajah Olivia. Jessika pun keluar dari sana dan meninggalkan Olivia maupun Andra.“Andra, apa keputusan kamu? Aku yakin, kita bisa bebas tanpa harus k
“Apa maksud kamu Jessika?” tanya Olivia.Jessika tersenyum sumringah dan menyentuh rambut Olivia. Tindakan Jessika yang menyentuh rambut Olivia dengan cepat Olivia menghempaskan tangan Jessika dari rambutnya yang lurus.Jessika tidak marah namun ia semakin sumringah hingga tertawa terbahak-bahak. Dalam hati Andra, Jessika sudah tidak normal. Jessika pun memberhentikan tawaanya lalu menatap wajah Olivia dan Andra secara bergantian.“Apa kalian ingin aku menceritakan semuanya?” tanya Jessika dengan santai.Andra mengangguk sementara Olivia sudah hampir tersulut emosi. Syukurlah Andra berhasil menenangkan Olivia agar Olivia bisa lebih sabar lagi menghadapi sikap Jessika yang sudah tidak waras ini. Kini, raut wajah Jessika sudah tidak lagi sumringah karena kini raut wajahnya telah berubah menjadi sedih.“Aku benci sama kalian! Terutama kamu Olivia!!!” teriak Jessika.“Kamu... Sama Papa kamu sama saja! Kalian telah menyakiti hati aku yang rapuh ini khiks. Aku hanya ingin merasa dicintai,
Olivia terbangun dari tidurnya dan menoleh ke arah Andra. Ia terkejut ketika Andra sudah tidak ada di dalam mobil. Sontak Olivia khawatir dan mencoba menghubungi nomor handphone Andra. Lagi-lagi ponsel Andra ketinggalan di dalam mobil tersebut.“Astaga... Dimana kamu Andra?” air mata Olivia tidak sengaja keluar begitu saja. Ia tidak ingin kehilangan seseorang yang sangat ia sayangi untuk kesekian kalinya.Olivia berinisiatif untuk datang ke alamat rumah dan berharap Andra sudah lebih dahulu ada di sana. Olivia yang masih merasa lelah dan mengantuk tetap ia coba untuk fokus mengemudi.“Tuhan, tolong bantu aku untuk menyelesaikan masalah ini” gumamnya.Tidak ada satupun orang yang sudah terbangun jam segini. Ada perasaan takut namun rasa takutnya dikalahkan dengan rasa kekhawatirannya pada Andra. Ia ingin cepat ke lokasi dan membantu Andra yang mungkin sedang membutuhkan bantuannya. Secara logika, bekerjasama akan lebih optimal ketimbang berpencar-pencar seperti ini.Olivia akhirnya sam
“Apa! Ada yang memata-matai saya? Dasar sialan! Cepat bawa dia ke hadapan saya!!!” perintah seorang gadis yang terlihat cantik namun tidak dengan hatinya.Beberapa anak buah Jessika menarik paksa tubuh seorang lelaki dalam keadaan babak belur. Dia adalah mata-mata yang baru saja melaporkan informasi kepada Olivia. Berjalan dengan tegak ke arah dirinya yang bersimpuh tidak bertenaga.“Woi Om... Lo mau nyari apa di rumah gw!” bentak Jessika.“S... Saya ti... Tidak nyari apa-apa” ujarnya berbohong.“Ohhh begitu? Dasar pembohong!” seru Jessika yang kini tidak segan menendang pria itu hingga menjerit kesakitan.“Ampuuun tolong berhenti!” teriak pria tersebut.“Kalau Lo mau gw bebaskanlah maka kasih tahu ke gw, Lo itu mau ngapain!” bentak Jessika kembali.Pria itu menelan ludahnya dengan hati deg-degan. Dengan terpaksa ia pun menceritakan hal yang sebenarnya pada Jessika. Sontak Jessika marah besar karena Andra dan Olivia sudah lancar mencari keberadaannya. Jessika yang rupanya sudah menget
Sesampainya di rumah sakit Andra dan Olivia berlari menuju ke salah satu kamar rawat inap. Andra membuka pintu dan melihat mamanya sudah terbujur kaku. Andra menangis sejadi-jadinya sambil memeluk erat tubuh mama tercinta.“Mama... Jangan tinggalkan Andra hiks” Andra terus menangis. Olivia yang sudah lebih dulu melihat pemandangan yang menyakitkan ini saat Papanya sudah tiada. Ingin rasanya Olivia menyentuh bahu Andra namun ia masih kecewa dengan pemuda itu. Dengan menahan rasa rindu ia tidak menyentuh bahu Andra.“Mama kamu sudah tenang di alam sana. Kita hanya bisa ikhlas dan mendoakan yang terbaik” ujar Olivia.Andra tidak bisa memeluk mamanya terlalu lama karena pihak rumah sakit akan membawa mamanya ke kamar jenazah. Andra pasrah ketika selang infus yang terpasang di pergelangan tangan kiri mamanya sudah mulai di cabut oleh perawat. “Olivia, aku sudah sendirian. Mama meninggal dan Papa juga meninggal. Saat ini aku bingung harus mengasuh kedua adikku yang masih kecil, aku belum s