Salah satu cctv langsung membuktikan arah kendaraan yang melintas ke arah yang dipasang cctv. Setelah sempat mati, akhirnya cctv tersebut dapat diperbaiki sehingga ada titik terang dari kasus tabrak lari dari seorang anak perempuan yang hendak menyeberang jalan. Darwin duduk diteras rumah dan ia tidak sendiri. Melainkan ada kedua sahabatnya dan juga papanya sendiri yang ikut nongkrong bareng anak muda. Obrolan mereka pun tidak berat-berat dan masih berada di lingkaran sehari-hari. Alex terlihat begitu akrab dengan putranya maupun kedua sahabat putranya.“Disini apa kalian masih jomblo?” tanya Alex penasaran sekaligus bercanda.“Saya jomblo Om” ujar Dika dengan antusias.“Kalau kedua temanku ini sebenarnya punya gebetan tapi gak jadian -jadian” celetuk Dika.“Ha... Lo ember bener!” seru Darwin ketus.Alex tertawa geli melihat anak muda dihadapan terlihat jaim terutama Darwin, anaknya sendiri dan Andra. Namun, Andra lebih santai dan memilih tidak mengelak perkataan Dika. Darwin menegas
“Anak saya mana? Mana anak saya!” seru Alex.Andra mencoba menenangkannya dan kembali menawarkan air minum. Andra mengatakan bahwa jika kondisi Alex seperti ini, hal ini akan menghambat mereka menemui Darwin. Alex yang mendengar perkataan Andra dengan cepat meraih air minum tersebut lalu memaksakan dirinya untuk berdiri.“Saya sudah sehat!” seru Alex.“Ayo kita lanjutkan perjalanan lagi!” serunya lagi.Andra berterimakasih kepada para warga setempat yang telah membantu mereka. Saat berterimakasih itu, seseorang datang menghampiri mereka dengan mengatakan bahwa mobil yang ditumpangi Alex tidak tidak berat dan masih bisa bisa dikemudikan. Semakin bersyukurlah Andra ketika mendapatkan laporan darinya.Mereka kembali menuju ke arah kantor polisi. Awalnya Andra merasa ragu bahwa Alex bisa mengemudi seorang diri namun Alex bersikukuh mengatakan bahwa ia tidak apa-apa.“Pak tolong jangan hukum anak saya!” teriak Alex yang sudah berada di kantor polisi. Beberapa polisi memberikan pemahaman ke
Olivia melirik jam didinding telah menunjukkan pukul 11:00 Malam. Seperti biasa, Olivia selalu mengalami insomnia yang membuatnya mau tidak mau beraktivitas ditengah malam. Entah itu belajar mengenai tugas ataupun hanya sekedar membaca novel. Olivia memang lumayan hobby membaca novel karena itu didalam lemarinya ada beberapa novel terkenal yang mungkin sebagian besar masyarakat pencinta novel mengetahuinya.“Ah... Rasanya membosankan juga kalau sehari-hari monoton seperti ini” Olivia menaruh kembali buku novel yang ia sempat baca. Lalu memutuskan untuk tidur.Seberapa usaha ia menutup mata agar bisa tertidur namun usahanya sia-sia. Olivia tetap tidak bisa tidur. Ia yang tidak bisa tidur merasa kesal. Namun, rasa kesalnya tiba-tiba teralihkan dengan suara pintu yang dipaksa dibuka. Meskipun samar-samar namun Olivia yang sensitif dapat mendengarnya. Olivia mencoba menghampiri kamar tidur Miranda yang tidak terkunci.“Ma... Bangun Ma!” seru Olivia yang membuat Miranda terbangun.“Huamm..
Olivia memohon agar Darwin melepaskan mamanya. Darwin menolak dengan tegas dan meminta Olivia untuk bungkam soal dirinya. Darwin juga mengancam, bila terdengar mobil polisi mendekat ke rumah Olivia maka dapat dipastikan bahwa Darwin akan berbuat nekat.“Kamu jahat Win! Aku tidak habis pikir kamu psikopat!!"seru Olivia.“Kamu enggak merasakan apa yang aku rasakan Olivia. Aku buronan polisi dan kamu tidak tahu betapa takutnya aku menjadi narapidana. Aku tidak mau masuk penjara aku bukan penjahat!” seru Darwin.“Tapi itu juga atas kesalahan kamu Win. Kamu mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Seharusnya kamu pelankan mobil kamu agar kamu bisa melihat seseorang yang hendak menyeberang. Kalau kayak gini kamu malah melampiaskan rasa ketakutan kamu pada orang lain. Bukannya mengaku bersalah tapi malah memperburuk masalah” ujar Olivia. “Diam kamu! Sekali lagi kamu berbicara aku tidak segan menghabisi mama kamu detik ini juga!” ancam Darwin.Karena sudah diancam, Olivia akhirnya pasrah.
Olivia dan Miranda kini sama-sama dikurung pada ruangan yang sama. Miranda juga telah bebas dari ikatan tali pada pergelangan tangannya. Bagi Darwin, mereka tidak akan bisa kabur dari sana. “Dimana kamu menyimpan dompet kamu?” tanya Darwin yang sibuk mengeluarkan benda-benda yang tersimpan didalam lemari.“Untuk apa kamu menanyakan dompetku?” tanya Olivia lirih.“Aku akan membawa kalian ke luar negeri dan aku akan menikahi kamu” ujar Darwin.“Tidak! Aku tidak setuju kalau kamu menikahi putri saya! Kamu bajingan... Tidak pantas menjadi menantuku” ujar Miranda dengan tegas.Darwin naik pitam lalu menghampiri Miranda dan langsung menamparnya. Sontak kedua kedua perempuan itu terkejut namun tak dapat membela diri.“Darwin, hentikan!” teriak Olivia.“Olivia, tolong bilangin ke Mama, kalau masih ingin hidup jangan membuatku kesal” ujar Darwin. Ia menyalakan korek api dan mendekatkan rokoknya ke korek api.Olivia tertunduk tak berdaya saat Darwin memerintahkannya. Darwin keluar dan mengunci
“Sepertinya akan ada hujan!” seru Miranda gelisah.Dalam keadaan genting ini mereka juga menghadapi cuaca yang tidak berpihak padanya. Di jalanan yang sudah sunyi ditambah jarang ada perumahan membuat mereka kebingungan sendiri.“Mama takut jika kita kembali berjalan... Dia akan melihat kita. Tapi kalau kita tetap bersembunyi, kita bakalan terkena hujan” ujar Miranda lirih.“Maafkan aku Ma, gara-gara aku Mama jadi ikutan susah seperti ini. Seandainya saja aku tidak mengenalnya dan menganggap Darwin Sebagai teman dekat mungkin aku tidak akan bernasib seperti ini. Mungkin saja Darwin tidak akan bersembunyi di rumah kita yang membuat kita susah” ujar Olivia.“Ini bukan salah kamu sayang” Miranda memeluknya dengan erat. Memberikan kehangatan pada putri sematang wayangnya. Dalam hatinya juga turut mengutuk Darwin yang sudah jahat kepadanya dan putrinya. Sesaat setelah Olivia mengatakan itu tiba-tiba saja hujan turun dengan lebat membuat mereka mau tidak mau harus mencari tempat untuk bert
“Ma, itu suara Darwin!” bisik Olivia ketakutan.“Ayo kita cari jalan keluar!” Miranda menggandeng tangan Olivia. Dalam kondisi ketakutan, mereka akhirnya menemukan jendela yang belum terbuka.Miranda membuka jendela namun, belum mereka turun Darwin sudah menemukan keberadaan mereka. Wajahnya terlihat menyeramkan. Darwin yang terlihat seperti itu lantas berkata, “Mau kemana kalian! Kalian tidak akan bisa keluar dari sini!!”Sontak saja Miranda meminta Olivia untuk melarikan diri. Sedangkan dirinya akan menghalangi Darwin yang sudah tidak memiliki perasaan. Olivia menggelengkan kepalanya dan tidak mau meninggalkan mamanya sendirian menghadapi Darwin.“Sudah cepat kamu pergi! Cari pertolongan agar Mamamu ini bisa segera tertolong!” seru Miranda tegas. Ia sampai mendorong-dorong tubuh Olivia agar segera manjat ke jendela.Olivia dengan berberat hati langsung manjat dari jendela. Ia berkali sekuat tenaga dan tidak menoleh ke arah kiri maupun ke arah kanan. Hingga sadar-sadar Olivia berlari
Pagi hari pun telah tiba. Kini ada jam perkuliahan yang mesti diikuti. Olivia berjalan seorang diri lalu ia bingung ketika orang-orang menatapnya dengan tatapan aneh. Sebagian juga pada berbisik-bisik. “Ada apa dengan mereka? Mengapa perasaan aku mengatakan ada sesuatu hal yang buruk? Ah... Ini mungkin hanya pikiran aku saja” gumam Olivia dalam hati.Saat melihat papan Mading ia melihat beberapa tempelan foto dirinya. Yang lebih menggegerkan adalah foto tersebut memperlihatkan dirinya tengah mabuk dan pakaian atasan hampir tersingkap. Sontak membuat Olivia linglung tak berdaya. Rasa harga dirinya bagaikan telah terinjak-injak dan tak berharga lagi.“Astaga... Oh astaga! Kamu sungguh menjijikkan banget ya? Bikin nama baik kampus jadi tercemar!” seru Jessika yang kini berdiri menatap dinis Olivia yang tengah terjatuh linglung.“Kamu Jessika?” tanya Olivia yang samar-samar tidak ingat wajah Jessika. Karena setahu dirinya, ia hanya melihat Jessika saat di ulang tahun kejora.“Ups... Kamu