Pagi hari pun telah tiba. Kini ada jam perkuliahan yang mesti diikuti. Olivia berjalan seorang diri lalu ia bingung ketika orang-orang menatapnya dengan tatapan aneh. Sebagian juga pada berbisik-bisik. “Ada apa dengan mereka? Mengapa perasaan aku mengatakan ada sesuatu hal yang buruk? Ah... Ini mungkin hanya pikiran aku saja” gumam Olivia dalam hati.Saat melihat papan Mading ia melihat beberapa tempelan foto dirinya. Yang lebih menggegerkan adalah foto tersebut memperlihatkan dirinya tengah mabuk dan pakaian atasan hampir tersingkap. Sontak membuat Olivia linglung tak berdaya. Rasa harga dirinya bagaikan telah terinjak-injak dan tak berharga lagi.“Astaga... Oh astaga! Kamu sungguh menjijikkan banget ya? Bikin nama baik kampus jadi tercemar!” seru Jessika yang kini berdiri menatap dinis Olivia yang tengah terjatuh linglung.“Kamu Jessika?” tanya Olivia yang samar-samar tidak ingat wajah Jessika. Karena setahu dirinya, ia hanya melihat Jessika saat di ulang tahun kejora.“Ups... Kamu
“Auw gatal!” seru Anisa saat digigit nyamuk hingga membuatnya berteriak. Hapesnya, ia pun kini diketahui sedang mengintip obrolan mereka.“Anisa!” seru Jessika saat melihat Anisa keluar dari semak-semak.“Oh... Kamu diam-diam menguping obrolan kami ya? Sangat disayangkan sekali kamu tidak akan bisa melaporkan kita” ujar Jessika meremehkan Anisa.“Duh... Gimana ini jika dia beneran laporin kita Jes?” bisik Anggrek.Anisa merasa tak mungkin bersuara tinggi lantaran yang ia hadapi saat ini adalah empat orang sedangkan disekelilingnya tidak ada lagi orang lain selain dirinya dan mereka. Sekali salah bicara maka ia akan menanggung akibatnya.“Mengapa kalian tega membuat Olivia dikeluarkan dari kampus? Padahal, Olivia tidak terlalu mengenal kalian kecuali Kejora” ujar Anisa tenang. Ia hanya mencoba memperlihatkan bahwa ia tidak ada perasaan takut dengan mereka.“Lantas, apa hubungannya dengan Lo?” tanya Kejora, sambil menyunggingkan senyuman manis namun terselip kesuraman.Anisa tidak mengg
Beberapa hari ini Olivia menginap di rumah neneknya. Meskipun dulunya hubungan Miranda dan dengan neneknya tidaklah baik namun tetap saja Olivia hanya memiliki seorang nenek. Sedangkan Kakek atau suami kedua dari neneknya sudah meninggal dunia akibat sakit.“Olivia, cepat bantu nenek nyuci piring!” seru Desi.Desi yang masih belajar dengan cepat membereskan beberapa bukunya dan ia taruh di atas meja. Karena didalam pikirannya, ia mesti harus menyenangkan hati neneknya dengan cara mau di suruh-suruh. Olivia menghampiri neneknya di dapur.“Nek, yang mana yang perlu Olivia cuci?” tanya Olivia pelan.“Kamu lihat saja wastafel itu ada berapa piring dan perabotan lain. Nenek mau mandi dulu sudah gerah sekali” ujar Desi.Olivia mengangguk lalu mulai mencuci perabotan. Tanpa ia sadari, Andra sudah menghubunginya berulangkali. Sayangnya ponsel miliknya berasa di atas meja belajar yang ada di dalam kamar tidur. Desi yang menderita langsung masuk dan mengomel.“Dasar bocah bau kencur... Masih um
“Aduhh... Macet begini bikin puyeng! Nyesel saya lempar sembakonya kemarin kalau gitu gak saya lempar! Uh, ini gara-gara bocah itu!” gerutu Desi di pinggir jalan pasar raya setempat.Tiba-tiba seorang pengendara motor menghampirinya lalu mengapa Desi. Desi awalnya tak mengenalinya namun akhirnya setelah pemuda itu membuka helm, Desi pun mengingatnya juga.“Eh Agus... Syukurlah kamu datang Agus" ujar Desi.“Nenek mau saya antar pulang?” tanya Agus sopan.Agus merupakan cucu dari sahabat Desi yang pindah tidak jauh dari desa yang ia tempati sekarang. Desi benar-benar menyayangi Agus seperti cucunya sendiri. Tanpa basa-basi, Desi pun mengiyakan. Lalu Desi duduk berboncengan dibelakang. Saat sampai di rumah, Desi memintanya untuk mampir sebentar dan kebetulan Agus yang sedang tidak ada kesibukan dengan santai mengiyakan saja. “Kamu duduk di sini saja ya, nenek mau panggilkan cucu nenek buat bikin teh hangat” ujar Desi pada Agus.“Iya, Nek” sahut Agus.Desi meninggalkan Agus yang tengah b
Olivia tidak punya teman selain Andra. Dulu ia yang tidak akrab kini menjadi akrab. Olivia menyempatkan untuk curhat mengenai neneknya kepada Andra saat mereka sedang di pantai. Andra merasa beban Olivia begitu berarti ia pun belum tentu sanggup bertahan seperti Olivia. “Kamu memang hebat Olivia” ujar Andra sambil tersenyum.“Hebat? Maksudnya?” tanya Olivia.“Kesabaran kamu sudah terbentuk ketika menghadapi permasalahan. Aku melihat kamu adalah sosok calon ibu yang penyabar dan baik hati” ujar Andra yang kini membuat Olivia tersipu malu.“Cobaan yang bertubi-tubi pada kehidupan kamu mampu kamu lawan hingga detik ini. Calon suami kamu pasti bangga memiliki istri seperti kamu” ujar Andra.“Tapi aku tidak sempurna dan pasti kamu juga akan menjauhi aku” ujar Olivia. Olivia mengingat bahwa dirinya sudah tidak suci lagi sehingga ia sudah pesimis untuk dicintai oleh laki-laki. Olivia hanya bisa memendam perasaannya sendiri karena ia malu bila orang-orang mengetahui kejadian itu. “Namanya
Semenjak Andra mendampingi Olivia, Olivia merasa kini hidupnya tidak lagi sendirian. Andra dengan setia menemani Olivia mencari tahu keberadaan Darwin yang kini tak kunjung ditemukan. Dalam kepasrahan, Olivia hanya bisa berdoa dan berdoa untuk sang ibu. Karena melihat Andra yang tidak menyimpan rahasia, Olivia menjadi jatuh cinta dengannya.Ia hanya seorang gadis yang malang dan berharap Andra juga mencintai. Olivia akan menunggu sampai Andra menyatakan cinta untuknya. Baik Andra maupun Olivia, keduanya masih Jaim untuk mengutarakan isi hati mereka. Tak jarang, mereka akan merasa cemburu bila salah satu dari mereka ada yang mendekati.“Hai Andra!” sapa Jessika ketika melihat Andra yang sedang bersama Olivia di pantai. Meskipun Jessika berhadapan juga dengan Olivia, tetap saja ia merasa tak ada siapapun selain dirinya dan Andra.“Hai juga” balas Andra.“Kok kamu tidak ngajakin aku ke sini? Setahu aku kamu selalu ngabarin aku kalau sedang healing kayak gini” ujar Jessika.“Maaf aku tida
Olivia di bawa ke rumah Desi dengan naik mobil. Agus menyetir mobil sementara ada satu teman Agus yang kini memegangi Olivia agar tidak memberontak. Olivia benar-benar belum siap jika harus dinikahkan apalagi dengan keadaan pemaksaan seperti ini.“Nenek, mengapa nenek seperti ini sama aku? Aku adalah cucu nenek tapi mengapa nenek seperti sedang menjual aku?” Olivia tak menyangka bila neneknya senekat ini pada dirinya. Ia juga belum sempat diceritakan oleh Miranda mengenai Miranda juga pernah dipaksa menikah dengan Kelvin.Desi hanya diam dan ia tak ingin mempermasalahkan pertanyaan Olivia yang dianggapnya hanyalah segelintir sampah. Yang Desi pikirkan saat ini hanyalah uang dan uang. Agus bahkan berjanji akan memberikannya apapun yang Desi inginkan asalkan Olivia harus ia nikahi hari ini juga.Mobil pun berhenti karena mereka sudah sampai di rumah Desi. Teman Agus menarik tangan Olivia secara paksa. Mereka masuk dan ditunggu oleh dua wanita yang ditugaskan untuk merias wajah Agus maup
Olivia menangis sambil memeluk erat tubuh Andra. Ia tidak bisa membayangkan jika Andra tidak datang tepat waktu mungkin ia sudah menjadi istri Agus. Olivia yang menangis dibiarkan saja oleh Andra. Bagi Andra, Olivia bisa menenangkan hatinya sendiri disaat seperti itu yang penting Andra menemaninya.“Andra, aku takut hiks” ujar Olivia sedih.“Kamu sudah tenang disini Olivia. Sekarang kamu tidak akan lagi mengalami hal itu lagi. Ada aku, kamu pasti aman bersama aku” ujar Andra.Olivia mengangguk pelan sambil melepaskan pelukannya. Andra mengajak Olivia untuk ikut bersamanya. Olivia mengiyakan karena ia tidak ingin berada di rumah neneknya. Ia tidak akan mau lagi tinggal sama neneknya. “Olivia, barang-barang kamu juga sekarang juga dibereskan. Aku akan mencari kontrakan untuk kamu tempati sambil menunggu Mama kamu kembali” ujar Andra.“Tapi aku tidak mempunyai uang Ndra. Aku bingung harus kemana lagi? Aku cuma punya nenek tapi nenek aku sendiri tega seperti ini sama aku” ujar Olivia.“K