Beberapa hari ini Olivia menginap di rumah neneknya. Meskipun dulunya hubungan Miranda dan dengan neneknya tidaklah baik namun tetap saja Olivia hanya memiliki seorang nenek. Sedangkan Kakek atau suami kedua dari neneknya sudah meninggal dunia akibat sakit.“Olivia, cepat bantu nenek nyuci piring!” seru Desi.Desi yang masih belajar dengan cepat membereskan beberapa bukunya dan ia taruh di atas meja. Karena didalam pikirannya, ia mesti harus menyenangkan hati neneknya dengan cara mau di suruh-suruh. Olivia menghampiri neneknya di dapur.“Nek, yang mana yang perlu Olivia cuci?” tanya Olivia pelan.“Kamu lihat saja wastafel itu ada berapa piring dan perabotan lain. Nenek mau mandi dulu sudah gerah sekali” ujar Desi.Olivia mengangguk lalu mulai mencuci perabotan. Tanpa ia sadari, Andra sudah menghubunginya berulangkali. Sayangnya ponsel miliknya berasa di atas meja belajar yang ada di dalam kamar tidur. Desi yang menderita langsung masuk dan mengomel.“Dasar bocah bau kencur... Masih um
“Aduhh... Macet begini bikin puyeng! Nyesel saya lempar sembakonya kemarin kalau gitu gak saya lempar! Uh, ini gara-gara bocah itu!” gerutu Desi di pinggir jalan pasar raya setempat.Tiba-tiba seorang pengendara motor menghampirinya lalu mengapa Desi. Desi awalnya tak mengenalinya namun akhirnya setelah pemuda itu membuka helm, Desi pun mengingatnya juga.“Eh Agus... Syukurlah kamu datang Agus" ujar Desi.“Nenek mau saya antar pulang?” tanya Agus sopan.Agus merupakan cucu dari sahabat Desi yang pindah tidak jauh dari desa yang ia tempati sekarang. Desi benar-benar menyayangi Agus seperti cucunya sendiri. Tanpa basa-basi, Desi pun mengiyakan. Lalu Desi duduk berboncengan dibelakang. Saat sampai di rumah, Desi memintanya untuk mampir sebentar dan kebetulan Agus yang sedang tidak ada kesibukan dengan santai mengiyakan saja. “Kamu duduk di sini saja ya, nenek mau panggilkan cucu nenek buat bikin teh hangat” ujar Desi pada Agus.“Iya, Nek” sahut Agus.Desi meninggalkan Agus yang tengah b
Olivia tidak punya teman selain Andra. Dulu ia yang tidak akrab kini menjadi akrab. Olivia menyempatkan untuk curhat mengenai neneknya kepada Andra saat mereka sedang di pantai. Andra merasa beban Olivia begitu berarti ia pun belum tentu sanggup bertahan seperti Olivia. “Kamu memang hebat Olivia” ujar Andra sambil tersenyum.“Hebat? Maksudnya?” tanya Olivia.“Kesabaran kamu sudah terbentuk ketika menghadapi permasalahan. Aku melihat kamu adalah sosok calon ibu yang penyabar dan baik hati” ujar Andra yang kini membuat Olivia tersipu malu.“Cobaan yang bertubi-tubi pada kehidupan kamu mampu kamu lawan hingga detik ini. Calon suami kamu pasti bangga memiliki istri seperti kamu” ujar Andra.“Tapi aku tidak sempurna dan pasti kamu juga akan menjauhi aku” ujar Olivia. Olivia mengingat bahwa dirinya sudah tidak suci lagi sehingga ia sudah pesimis untuk dicintai oleh laki-laki. Olivia hanya bisa memendam perasaannya sendiri karena ia malu bila orang-orang mengetahui kejadian itu. “Namanya
Semenjak Andra mendampingi Olivia, Olivia merasa kini hidupnya tidak lagi sendirian. Andra dengan setia menemani Olivia mencari tahu keberadaan Darwin yang kini tak kunjung ditemukan. Dalam kepasrahan, Olivia hanya bisa berdoa dan berdoa untuk sang ibu. Karena melihat Andra yang tidak menyimpan rahasia, Olivia menjadi jatuh cinta dengannya.Ia hanya seorang gadis yang malang dan berharap Andra juga mencintai. Olivia akan menunggu sampai Andra menyatakan cinta untuknya. Baik Andra maupun Olivia, keduanya masih Jaim untuk mengutarakan isi hati mereka. Tak jarang, mereka akan merasa cemburu bila salah satu dari mereka ada yang mendekati.“Hai Andra!” sapa Jessika ketika melihat Andra yang sedang bersama Olivia di pantai. Meskipun Jessika berhadapan juga dengan Olivia, tetap saja ia merasa tak ada siapapun selain dirinya dan Andra.“Hai juga” balas Andra.“Kok kamu tidak ngajakin aku ke sini? Setahu aku kamu selalu ngabarin aku kalau sedang healing kayak gini” ujar Jessika.“Maaf aku tida
Olivia di bawa ke rumah Desi dengan naik mobil. Agus menyetir mobil sementara ada satu teman Agus yang kini memegangi Olivia agar tidak memberontak. Olivia benar-benar belum siap jika harus dinikahkan apalagi dengan keadaan pemaksaan seperti ini.“Nenek, mengapa nenek seperti ini sama aku? Aku adalah cucu nenek tapi mengapa nenek seperti sedang menjual aku?” Olivia tak menyangka bila neneknya senekat ini pada dirinya. Ia juga belum sempat diceritakan oleh Miranda mengenai Miranda juga pernah dipaksa menikah dengan Kelvin.Desi hanya diam dan ia tak ingin mempermasalahkan pertanyaan Olivia yang dianggapnya hanyalah segelintir sampah. Yang Desi pikirkan saat ini hanyalah uang dan uang. Agus bahkan berjanji akan memberikannya apapun yang Desi inginkan asalkan Olivia harus ia nikahi hari ini juga.Mobil pun berhenti karena mereka sudah sampai di rumah Desi. Teman Agus menarik tangan Olivia secara paksa. Mereka masuk dan ditunggu oleh dua wanita yang ditugaskan untuk merias wajah Agus maup
Olivia menangis sambil memeluk erat tubuh Andra. Ia tidak bisa membayangkan jika Andra tidak datang tepat waktu mungkin ia sudah menjadi istri Agus. Olivia yang menangis dibiarkan saja oleh Andra. Bagi Andra, Olivia bisa menenangkan hatinya sendiri disaat seperti itu yang penting Andra menemaninya.“Andra, aku takut hiks” ujar Olivia sedih.“Kamu sudah tenang disini Olivia. Sekarang kamu tidak akan lagi mengalami hal itu lagi. Ada aku, kamu pasti aman bersama aku” ujar Andra.Olivia mengangguk pelan sambil melepaskan pelukannya. Andra mengajak Olivia untuk ikut bersamanya. Olivia mengiyakan karena ia tidak ingin berada di rumah neneknya. Ia tidak akan mau lagi tinggal sama neneknya. “Olivia, barang-barang kamu juga sekarang juga dibereskan. Aku akan mencari kontrakan untuk kamu tempati sambil menunggu Mama kamu kembali” ujar Andra.“Tapi aku tidak mempunyai uang Ndra. Aku bingung harus kemana lagi? Aku cuma punya nenek tapi nenek aku sendiri tega seperti ini sama aku” ujar Olivia.“K
Andra berjalan menuju ke arah pintu depan rumahnya. Sampai di sana, Yunita sudah menunggunya di sofa ruang tamu. Andra berjalan hingga sampai di ruang tamu. “Habis darimana kamu?” tanya Yunita dengan raut wajah misteri.“Andra habis dari bengkel Ma” ujar Andra singkat.“Barusan mamanya Jessika kesini dan dia marah-marah. Katanya Jessika mengurungkan dirinya sendiri di kamar tidur karena kecewa sama kamu yang tidak hadir padahal di undang. Coba kasih tahu ke Mana, kamu pergi kemana saja sama Olivia!” seru Yunita.“Ma, Andra sudah bilang bahwa Andra lagi benerin mobil Andra yang mogok. Lagian, ngapain buk Siska bela-belain datang ke sini? Kan kita tidak punya hubungan apa-apa sama mereka” ujar Andra.Andra yang terlihat capek langsung nyelonong pergi dan tidak menjawab pertanyaan mamanya mengenai Olivia. Yunita kesal dengan putranya yang kini telah berubah. Ia yakin berubahnya Andra disebabkan karena pengaruh dari Olivia. “Dasar kamu Olivia! Gara-gara kamu anak saya jadi seperti ini s
Darwin tidak henti-hentinya tertawa. Padahal tidak ada yang lucu dengan mereka. Olivia melihat wajah Darwin dengan kebencian dengan cepat menanyakan keberadaan mamanya. Suaranya keras dan seperti sedang membentak Darwin yang membuat Darwin emosi.“Kamu mau diam atau Mama kamu dalam bahaya!” ancam Darwin pada Olivia.Karena menyangkut tentang mamanya, Olivia pun memilih diam dan mengalah. Andra hanya menatap wajah Darwin yang selama ini sering ia ajak bermain, nongkrong bersama. Sekarang telah berubah seratus delapan puluh derajat Celcius dari sebelumnya.“Andra, mengapa kamu melihat aku seperti itu? Apa ada yang salah dari penampilan aku?” tanya Darwin dengan suara meremehkan.“Tidak ada yang salah dari penampilan kamu tapi ada yang berubah dari sifat kamu” ujar Andra.Olivia tidak ingin sabar lagi ia menanyakan keberadaan mamanya ada dimana? Lalu Darwin memintanya untuk bersabar dengan wajah penuh meledek. Darwin juga mengatakan sesuatu hal yang sebelumnya tidak pernah Olivia maupun
Olivia nekat menemui mantan pembantu yang pernah bekerja di rumah Jessika. Dengan berharap ia akan menemukan jawaban yang bisa membebaskan Andra dari tuduhan-tuduhan yang tidak benar. Hanya saja, rumah yang dituju cukup jauh dari perkotaan tempat Olivia tinggal dan gak inilah yang menyebabkan Olivia tidak bisa mendampingi Andra selama proses persidangan berlangsung.Selama perjalanan yang berliku-liku itu akhirnya membuahkan hasil. Pembantu tersebut mengaku siap menjadi saksi mata tanpa dibayar sepeserpun. Pembantu itu pun bahkan mengaku telah menyimpan bukti rekaman cctv yang menangkap rekaman saat Olivia dan Andra terjebak dan di sekap di rumah Jessika.“Kalau begitu kita harus ke kota sekarang Bik. Kita harus tunjukkan bukti cctv ini” ujar Olivia dengan penuh harap.“Mohon maaf Non, bukannya saya tidak mau membantu tapi untuk saat ini saya belum bisa ke kota Non. Kemarin Mama saya meninggal dunia dan saya masih dalam suasana berduka” ujar si mantan pembantu Jessika.“Lalu kapan bisa
“Aku tidak bisa menceritakan ini sama kamu karena waktu kita tidaklah banyak! Olivia, aku telah berkorban untuk kamu dan sekarang kamu harus menuruti apa yang aku katakan. Sekarang, kamu harus pergi sejauh mungkin dan minta pertolongan pada orang lain. Lupakan aku, aku pasti akan kembali” ujar Andra sambil memegang jari tangan Olivia dengan erat. Seakan ia tak ingin dipisahkan dengan wanita yang sangat dicintai. “Tapi kamu berjanji akan menyusul aku Ndra?” tanya Olivia.“Aku berjanji” Andra menunjukkan jari kelingkingnya agar Olivia mempercayainya. Sembari menitikkan air mata, Olivia mencoba membalas dengan menunjukkan jari kelingkingnya dan kemudian Andra menghapus air mata yang telah membengkak kan mata Olivia. "Kamu tidak pantas menangis, kamu harus bisa melawan tangisan itu demi aku" pinta Adra.Olivia dengan berat hati meninggalkan Andre seorang diri. Hatinya sakit namun ini juga demi Andra. Andra memerintahkannya untuk pergi tanpa tahu alasan yang sebenarnya mengapa Andra tidak
Setelah berusaha keras untuk membuka gembok pintu akhirnya gembok itu pun terbuka. Miranda tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk kabur dan menjauh sejauh mungkin. Bahkan ia belum sempat memakai sendal karena terburu-buru.Hujan badai turun membuat tubuhnya basah dan kedinginan. Tiada lagi tempat yang akan ia berteduh. Hingga seorang ojek online datang menghampirinya. Awalnya Miranda mengira orang itu adalah mata-mata dari Cleo namun setelah berkomunikasi, Miranda yakin bahwa orang itu adalah orang baik.“Tolong saya, antarkan saya ke kantor polisi” pinta Miranda.“Baik Bu, ayo duduk Bu” ujar ojek tersebut ketika sudah memberikan helm pada Miranda.Setelah Miranda duduk membonceng, ia pun bisa bernafas dengan lega. Ia telah ditolong oleh tuhan untuk bisa meloloskan diri. Tidak henti-hentinya ia berdoa agar bisa sampai di kantor polisi.“Bu, sudah sampai ini” ujar si ojek online. Miranda memberikan uang pada si tukang ojek lalu ia masuk ke dalam kantor polisi untuk melap
“Andra bangun!!!” teriak Jessika. Beberapa orang menyarankan Andra harus dibawa ke rumah sakit namun Jessika menolak. Ia yakin bahwa Andra pasti akan sadar sendiri.Selama beberapa detik Andra pingsan Andra pun sadar. Salah satu orang memberikan air putih kepadanya. Merasa lebih baik Andra meminta maaf karena ia mengaku tidak enak badan. Para tamu undangan pun telah pulang dan kini menyisakan kedua belah pihak yakni orang tua Andra maupun orang tua Jessika.“Jeng Siska, nanti putri Jeng Siska pasti akan saya jaga dengan kasih sayang di rumah saya” ujar Yunita yang kini telah resmi menjadi mertua Jessika.“Loh... Tidak perlu susah-susah seperti itu Jeng. Anak saya akan tetap tinggal di rumah ini yang ada si Andra sendiri yang pindah rumah dan tinggal di rumah ini” ujar Siska.Yunita tersentak kaget karena ia tidak diberitahu sebelumnya oleh Andra. Sementara ia sendiri tidak dapat protes karena tahu diri sama siapa ia berhadapan. “Andra, apa benar yang dikatakan Jeng Siska itu?” tanya Y
“Aku tidak bisa menikah sama kamu Jes. Kamu tahu sendiri bahwa aku tidak pernah memiliki perasaan lebih ke kamu” ujar Andra menegaskan.“Kamu tinggal pilih menikah dengan aku atau kamu harus melihat cewek ini akan merasakan kelaparan? Kalau memang kamu mencintai pacar kamu ini maka sebaiknya kamu harus tunjukkan itu dengan cara menikahlah denganku Sayang” ujar Jessika.Andra tertunduk ia tidak bisa menjawab. Jessika tersenyum lalu berkata, “Kamu tenang saja Andra, aku akan memberikan kamu kesempatan untuk memilih hanya malam ini saja kalian bisa merenungkan itu. Untuk besok pagi, aku akan ke sini lagi dan menerima jawaban kamu. Setelah itu aku tidak akan lagi kesini untuk memberikan kamu peluang untuk hidup”“Kamu sudah gila Jessika!!!” teriak Olivia.Jessika tidak menghiraukan teriakan Olivia karena sejujurnya Jessika sudah muak melihat wajah Olivia. Jessika pun keluar dari sana dan meninggalkan Olivia maupun Andra.“Andra, apa keputusan kamu? Aku yakin, kita bisa bebas tanpa harus k
“Apa maksud kamu Jessika?” tanya Olivia.Jessika tersenyum sumringah dan menyentuh rambut Olivia. Tindakan Jessika yang menyentuh rambut Olivia dengan cepat Olivia menghempaskan tangan Jessika dari rambutnya yang lurus.Jessika tidak marah namun ia semakin sumringah hingga tertawa terbahak-bahak. Dalam hati Andra, Jessika sudah tidak normal. Jessika pun memberhentikan tawaanya lalu menatap wajah Olivia dan Andra secara bergantian.“Apa kalian ingin aku menceritakan semuanya?” tanya Jessika dengan santai.Andra mengangguk sementara Olivia sudah hampir tersulut emosi. Syukurlah Andra berhasil menenangkan Olivia agar Olivia bisa lebih sabar lagi menghadapi sikap Jessika yang sudah tidak waras ini. Kini, raut wajah Jessika sudah tidak lagi sumringah karena kini raut wajahnya telah berubah menjadi sedih.“Aku benci sama kalian! Terutama kamu Olivia!!!” teriak Jessika.“Kamu... Sama Papa kamu sama saja! Kalian telah menyakiti hati aku yang rapuh ini khiks. Aku hanya ingin merasa dicintai,
Olivia terbangun dari tidurnya dan menoleh ke arah Andra. Ia terkejut ketika Andra sudah tidak ada di dalam mobil. Sontak Olivia khawatir dan mencoba menghubungi nomor handphone Andra. Lagi-lagi ponsel Andra ketinggalan di dalam mobil tersebut.“Astaga... Dimana kamu Andra?” air mata Olivia tidak sengaja keluar begitu saja. Ia tidak ingin kehilangan seseorang yang sangat ia sayangi untuk kesekian kalinya.Olivia berinisiatif untuk datang ke alamat rumah dan berharap Andra sudah lebih dahulu ada di sana. Olivia yang masih merasa lelah dan mengantuk tetap ia coba untuk fokus mengemudi.“Tuhan, tolong bantu aku untuk menyelesaikan masalah ini” gumamnya.Tidak ada satupun orang yang sudah terbangun jam segini. Ada perasaan takut namun rasa takutnya dikalahkan dengan rasa kekhawatirannya pada Andra. Ia ingin cepat ke lokasi dan membantu Andra yang mungkin sedang membutuhkan bantuannya. Secara logika, bekerjasama akan lebih optimal ketimbang berpencar-pencar seperti ini.Olivia akhirnya sam
“Apa! Ada yang memata-matai saya? Dasar sialan! Cepat bawa dia ke hadapan saya!!!” perintah seorang gadis yang terlihat cantik namun tidak dengan hatinya.Beberapa anak buah Jessika menarik paksa tubuh seorang lelaki dalam keadaan babak belur. Dia adalah mata-mata yang baru saja melaporkan informasi kepada Olivia. Berjalan dengan tegak ke arah dirinya yang bersimpuh tidak bertenaga.“Woi Om... Lo mau nyari apa di rumah gw!” bentak Jessika.“S... Saya ti... Tidak nyari apa-apa” ujarnya berbohong.“Ohhh begitu? Dasar pembohong!” seru Jessika yang kini tidak segan menendang pria itu hingga menjerit kesakitan.“Ampuuun tolong berhenti!” teriak pria tersebut.“Kalau Lo mau gw bebaskanlah maka kasih tahu ke gw, Lo itu mau ngapain!” bentak Jessika kembali.Pria itu menelan ludahnya dengan hati deg-degan. Dengan terpaksa ia pun menceritakan hal yang sebenarnya pada Jessika. Sontak Jessika marah besar karena Andra dan Olivia sudah lancar mencari keberadaannya. Jessika yang rupanya sudah menget
Sesampainya di rumah sakit Andra dan Olivia berlari menuju ke salah satu kamar rawat inap. Andra membuka pintu dan melihat mamanya sudah terbujur kaku. Andra menangis sejadi-jadinya sambil memeluk erat tubuh mama tercinta.“Mama... Jangan tinggalkan Andra hiks” Andra terus menangis. Olivia yang sudah lebih dulu melihat pemandangan yang menyakitkan ini saat Papanya sudah tiada. Ingin rasanya Olivia menyentuh bahu Andra namun ia masih kecewa dengan pemuda itu. Dengan menahan rasa rindu ia tidak menyentuh bahu Andra.“Mama kamu sudah tenang di alam sana. Kita hanya bisa ikhlas dan mendoakan yang terbaik” ujar Olivia.Andra tidak bisa memeluk mamanya terlalu lama karena pihak rumah sakit akan membawa mamanya ke kamar jenazah. Andra pasrah ketika selang infus yang terpasang di pergelangan tangan kiri mamanya sudah mulai di cabut oleh perawat. “Olivia, aku sudah sendirian. Mama meninggal dan Papa juga meninggal. Saat ini aku bingung harus mengasuh kedua adikku yang masih kecil, aku belum s