Share

Bab 22. Stress

"Karena hamil besar nggak ada bapaknya? Atau karena malu hidup berdua dalam satu rumah bukan dengan muhrimnya?"

Eka langsung menghentikan langkahnya ketika mendengar lontaran pertanyaanku itu, "Kenapa, Ka? Ada yang salah?" tanyaku berlagak seperti orang bodoh.

Apa pertanyaanku tadi itu begitu kejam? Menyindir dirinya? Ah tidak, biasa saja Kok.

Eka menggelengkan kepalanya lemah, dia masih belum ingin kembali berjalan seakrang. Oke, aku ikut saja kemauan dia. Kini kami berdua berdiri di depan pintu pagar.

"Memangnya, selama kamu bekerja disini dan aku ada di luar negeri, siapa yang belanja? Kok kamu sepertinya takut banget untuk keluar rumah?"

"Kami belanja bareng di pasar." Eka menjawab dengan spontan, tetapi sepersekian detik kemudian dia menutup mulutnya dan meralat ucapannya. "Maksudnya ak-aku yang ke pasar sendirian." Diakhiri dengan senyuman yang nampak sekali jika dibuat buat.

Keceplosan kan? Makanya jangan suka berbohong. Ya begini ini nih jadinya. Untung saja aku punya
Anggrek Bulan

langsung double update ya

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status