Home / Fantasi / Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis / Seventh Story: Nyawa yang Berharga

Share

Seventh Story: Nyawa yang Berharga

Author: _yukimA15
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Bagaimana kalau bibi bekerja denganku saja?!"

Mendengar penawaran ku, ia menyilang kan tangannya di depan dadanya. "Bekerja dengan mu?! Dunia orang dewasa bukan taman bermain, anak kecil!"

Aku segera membuka tudung jubah yang ku kenakan sehingga ia bisa melihat warna dan iris mataku. Ia tersentak, kemudian tersenyum jahat. Bibi gemuk itu mengaktifkan sihirnya hingga tanah dibawahku naik dan menyelimuti tubuhku. Aku terperangkap oleh gundukan tanah padat tersebut.

'Bodohkah dia!?' Rean tersenyum kaku. Ia berniat melangkah maju namun ia terhenti disaat melihat ekspresiku yang masih tenang.

"Menjadikan dirimu sandera, tentunya aku bisa dapat uang yang sangat banyak. Bukankah begitu, putri Duke Roseary!?" Ucap bibi itu.

"Yang aku tawarkan ratusan kali lipat dari harga yang anda pikirkan untuk menyandera ku! Dan aku akan membiayai perobatan suami anda dan jikalau suami anda sulit disembuhkan oleh dokter aku akan mencari cara untuk menyelamatkan suami anda, bibi!"

"Apa yang bisa dilakukan anak kecil sepertimu?! Jangan bercanda!" Bibi itu mengetatkan tumbukan tanah yang memperangkap tubuhku.

"Aku tidak bercanda!" Tatapanku menjadi tajam. Saat itu, aku mengaktifkan sihir listrikku hingga ikatan antar molekul pada tanah tersebut merenggang hingga menjadi partikel pasir yang bertaburan di sekitar tubuhku.

Bibi gemuk itu dan Rean tercengang.

Rean masih diam disana dan kemudian auranya yang bersemangat terpancarkan di sekitar tubuhnya. "Hee..." Rean menyeringai.

Aku menyadari keberadaan Rean dan iris blue diamond milikku bergerak meliriknya. Pandanganku kembali lurus kedepan, aku berpikir, 'Kenapa ia masih disini!?'

"Bibi masih berpikir kalau anak kecil itu tidak berguna, Countess Vivicy Lobart?!" Ucapku.

Saat itu, Countess melayangkan bongkahan batu ke arahku. Namun, saat bongkahan tersebut akan mengenaliku, bongkahan batu tersebut menjadi partikel pasir.

'Seharusnya aku mengajak Zu! Bibi itu malah menganggap ku adalah ancaman. Dan sepertinya aku hanya perlu tersenyum, 'aku menghembus nafas panjang. "Pokoknya, Bibi Countess! Percayakan saja padaku!" Aku meminta berjabat tangan dan tersenyum dengan tulus.

Countess pun menyerah, kami pun berjabat tangan. "Apa untungnya untuk mu jika kamu memintaku bekerja dengan mu? Lagipula, aku sudah mempermalukan diri sendiri di muka publik."

"Kita bicarakan nanti, bibi Vivi! Untuk suami bibi, aku akan berkunjung besok! Bolehkah?"

Countess tersebut mengangguk sambil tersenyum. Tidak lama setelah itu, Countess Vivicy meninggalkan tempat itu dan kembali pulang dengan pelayannya.

Rean segera menghampiriku, "Kamu tidak segera pulang, Yu? Bukankah sekarang ini sudah larut untukmu?"

"Kamu sendiri! Kenapa kamu bisa ada disini!? Kamu itu putra mahkota dan tidak seharusnya berkeliaran sendirian," aku segera mulai melangkah.

"Oi, Yu! Itu seharusnya kata-kataku!" Ia mengikutiku dan menyamakan langkah kami.

"Apalagi kamu itu perempuan. Tadi saja bibi penuh lemak itu ingin menyandera mu! Bagaimana kalau kamu tiba-tiba diculik saat penculik tahu identitas mu?! Mungkin saja mereka akan mengembalikan mu dengan tubuh yang tidak utuh lagi!"

"Aku tidak peduli dengan itu. Kamu adalah putra mahkota yang akan memimpin kerajaan ini, sudah seharusnya kamu lebih memperhatikan nyawamu sendiri. Meskipun tidak ingin, diriku tidak sebeharga itu dan aku tidak peduli jika mereka ingin segera memutuskan nyawaku."

Mendengar hal itu, Rean segera menyentuh kedua bahuku dan kemudian membentak ku, "Apa kamu anggap nyawamu tidak berharga?!"

Rean menghempas tubuhku ke dinding dengan sihir anginnya, "Kenapa tidak mati saja sekarang?!"

Aku merasakan punggungku terbentur dengan dinding. Hentakan kuat itu membuat ku meringgis menahan rasa sakit. Ia berdiri di hadapanku dan meninju bagian dinding di samping wajahku dengan kuat hingga dinding tersebut retak.

Aku tersentak disaat melihat ekspresi wajahnya yang penuh dengan kebencian dan kemarahannya. Tubuhku tiba-tiba bergetar, aku tidak tahu apa yang sedang ku rasakan. Apakah itu takut, senang, sedih, ataukah marah, aku tidak mengerti. Hanya saja, air mataku mulai turun mengalir di pipi.

Melihat aliran air mata tersebut, Rean pun tercengang. Lalu, ia segera mundur, berbalik, merunduk dan mengucapkan,

"Maaf!"

Aku mengelap air mataku dengan tangan, "Kamu tidak perlu minta maaf. Aku juga tidak mengerti, kenapa aku menangis. Mungkin saja ada debu yang masuk ke mataku!"

"Apaan itu!? ..." Ia terdiam hingga suasana terasa canggung.

Aku masih merasakan suasana resah darinya belum berubah. Aku pun hanya menunggu disana, berdiam diri dan terbenam dipikiranku yang tentunya aku masih mengingat hal tadi. Tidak lama kemudian, ia pun memperhatikanku yang terus diam tanpa melirik ke sosoknya.

"Aku akan mengantarmu pulang!" Ia mencoba meraih lenganku.

Aku segera mundur hingga ia tidak bisa meraih lenganku, "Tidak perlu, lagipula aku tadi pergi sendiri! Kediaman ku jauh dari sini, jadi kamu tidak usah repot-repot!"

"Justru karena jauh, aku harus mengantarmu!" Ia segera kembali mencoba meraih tanganku.

"Aku bisa pulang sendiri! Sampai jumpa!" Aku segera berbalik dan berlari masuk ke keramaian. Saat itu, aku segera berlari secepat kilat hingga tidak ada yang bisa melihat sosokku.

Rean segera berlari mencari ku di sekitar, namun ia tidak dapat menemukanku.

'Apa aku terlalu berlebihan?' pikirnya sambil memandangi tangannya sendiri.

***

Keesokan harinya, Rean datang ke kediaman kami disaat aku dan adikku akan berangkat ke kediaman Countess Vivicy.

"Kenapa dia ada disini, kak Yu!?" Celzuru menunjuk ke sosok Rean yang sedang menghampiri kami.

"Entahlah, dia tidak bilang akan ikut juga. Hanya saja ia ada disana saat ku bicara dengan Bibi Vivi."

Adikku berbisik kepadaku, "Oh ya, kak! Waktu kakak diam-diam keluar, Klea mengatakan kalau kakak sering melakukannya dan juga ia juga mengatakan kalau kakak sendiri yang menyuruhnya untuk tidak melaporkannya ke ayah."

"Tapi, kemarin pertama kali aku keluar diam-diam. Di ingatan Viyuranessa juga tidak ada ingatannya keluar mansion diam-diam. Hanya saja... suasana di tengah kota terasa tidak asing. Mungkin saja masih ada beberapa ingatannya yang belum muncul."

Setelah persiapan kami sudah selesai, kami pun segera berangkat ke kediaman Count Lobart. Aku meminta ayah menyewa dokter untuk Count Lobart dan ayah menerimanya. Meskipun Duke Roseary sangat ditakuti orang-orang karena ketegasannya, ia tidak segan menolong orang lain yang kesusahan. Karena itu, ia sangat diakui oleh para penduduk.

Saat kami sudah tiba di kediaman Count Lobart, Countess menyambut kedatangan kami dan menyediakan jamuan. Ia sangat tersentak saat melihat Rean yang ikut bersama kami. Rean hanya menunjukkan ekspresi sadisnya kepada Countess.

'Kenapa anak-anak zaman sekarang sangat menakutkan?!' batin bibi Vivi.

Kami berserta dokter sedang berada di kamar Count yang mana Count Lobart sedang terbaring disana. Dokter sedang memeriksa kondisi Count dan mempertanyakan gejala yang dialami nya. Dan aku berdiri di belakang dokter memperhatikan tubuh Count yang pucat.

"Kurang darah...?" gumamku.

"Ya, sepertinya begitu, Lady!" Ucap Dokter tersebut setelah mendengar ucapanku. "Dan sepertinya ada masalah di salah satu organnya karena ia merasakan nyerih di sini."

"Di ginjal?"

"Hahaha! Anda pintar, Lady! Mungkin anda bisa jadi dokter!"

Aku bergeleng, "Nggak! Terlalu melelahkan! Bukan, nanti aku akan bosan karena aku cepat bosan!"

"Hahaha, pastinya perlu minat dulu untuk jadi dokter."

"Ya, aku kurang suka profesi itu." Aku menunjuk sosok Count, "Jadi... ini harus dibedah ya, dok?"

"Pastinya, sihir penyembuhan hanya dapat menyembuhkan bagian yang dilihat."

"Owh, seperti itu cara kerjanya! Untuk dibayangkan juga tidak bisa karena struktur organ tiap orang itu berbeda!"

"Jadi, anda sudah mengerti tentang genetik?"

"Aku pernah membacanya." Aku berpikir, 'Tenyata disini juga sama penamaannya. Tapi disini enak sekali, tidak perlu diganti ginjalnya.'

Setelah Dokter memeriksa Count Lobart, dokter tersebut segera memberikan beberapa obat-obatan kepada Countess dan operasinya akan dilakukan beberapa hari kedepan.

_____

See U...

- This is My Story -

by: yukimA15

Related chapters

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Eighth Story: Di Perkebunan Stroberi

    Saat kami akan pulang, Countess Vivicy Lobart mengatakan kepadaku,"Terima kasih banyak, Lady Viyuranessa! Saya sangat berterima kasih atas bantuannya! Padahal saya sangat hina di waktu itu dan pastinya saya akan dilihat sangat menjijikan! Tetapi hanya anda yang berbeda! Saya sungguh berterima kasih!"Aku menggelengkan kepala lalu mengatakan, "Saya yang harus berterima kasih, bibi Vivi! Anda mempercayai saya dan juga bersedia bekerja bersama saya!"Disaat aku dan bibi Vivi sedang berbincang, adikku menghampiri Rean dan mengatakan,"Sebenarnya, apa yang kamu inginkan dari kakakku?!"Rean mendengar pertanyaan Celzuru dan mencernanya. Ia sempat berpikir lalu ia tersenyum, "Aku ingin semua darinya, keberatan?!""Huh... kamu gila?" Rean segera berbalik menuju kereta kuda dan diikuti Rennel.***Beberapa minggu kemudian, aku sedang mengunjungi perkebunan Stroberi bersama dengan adikku dan juga tunanganku. Aku menahan topi besar yang menutupi kepalaku dengan tangan saat angin mencoba menerb

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Ninth Story: Penyelamat

    Rean masih memeluk pinggangku. Aku pun gugup dengan wajahku yang merona merah. Karena malu, aku segera mencoba menyingkirkan tangan Rean, tetapi ia terlalu kuat."Rean!" Aku memasang wajah kesal. "Lepaskan! Atau ku setrum?!!""Oh... Kamu berani mengancam pangeran kejam yang sering dibicarakan orang-orang."Mendengar kata kejam, aku segera menatap Rean dengan sedih, "Kamu bangga akan itu... Kamu tahu, Rean! Kekejaman hanya akan menjatuhkanmu!"Merasakan pegangan Rean yang melemah karena memikirkan balas dendamnya, aku segera melangkah ke samping. 'Seperti dirimu di dalam novel itu... Meskipun kamu berhasil melakukan balas dendammu kepadaku, Viyuranessa memiliki dukungan karena kebaikan hatinya bahkan keluarganya yang diakui banyak orang. Orang-orang itu pun membangkang dan melakukan kudeta untuk menjatuhkannya.'Aku segera melangkah kembali dan berhenti. Aku segera berbalik dan menghampiri Rean. Aku meraih tangan Rean dan menariknya untuk mengikuti langkahku. "Apa kamu lupa, Rean? Bu

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Tenth Story: Permulaan

    Aku meletakkan tiga buku tebal di atas meja dan menunjukkannya kepada Rean. "Ini beberapa buku yang sudah ku baca dan sudah disalin oleh sekretaris ayahku. Jadi, kamu dapat menyimpannya untukmu sendiri.""Baiklah, terima kasih!"Aku dapat melihat iris merah Rean yang penuh ambisi saat melihat-lihat isi buku tersebut."Sebenarnya masih banyak. Kalau sudah disalin, aku akan memberikannya padamu.""Baiklah! Akan ku tunggu!"Rean meletakkan buku yang ia pegang ke atas meja, lalu tatapannya menjadi serius menatapku."Sebelum itu, harus ku katakan. Sepertinya, aku tidak bisa sering berkunjung ke kediaman mu. Kamu tahu sebagai putra mahkota, ada banyak hal yang harus ku lakukan.""Ya aku tahu, aku tidak masalah untuk itu," ucapku dengan tersenyum, namun dibalik itu aku merasa sedih."Kamu bisa berkunjung ke istana, Yu!"Aku hanya mengangguk dengan sedih dan berpikir, 'Aku tidak ingin lebih dekat denganmu. Jadi, aku urungkan niat bertemu dengan mu di istana. Aku tidak ingin terjebak dengan ur

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Eleventh Story: Dunia Lain?

    "Permisi!" ucap orang yang memegang kotak musik itu."Maaf karena telah mengganggu jalan anda! Apa suara itu berasal dari kotak itu? Suaranya sangat indah!" ucap Celzuru."Iya," ucap orang itu. "Aku yang membuatnya." Dengan wajah tersipu, ia mengatakannya.Celzuru memegang kedua bahu orang itu, "Luar biasa! Bagaimana caramu bisa membuatnya?! Oh, namaku Celzuru! Namamu?""Croinel!" ucapnya."Croinel! Kakakku mencari orang berbakat sepertimu! Bagaimana kalau kamu menemuinya!?""Dengan senang hati! Tapi, orang-orang mengatakan kalau alat yang ku buat sangat meresahkan. Apa itu tidak apa-apa?""Tentu saja!" ucap Celzuru sambil tersenyum."Oi!" Pangeran Agnreandel menatap tajam Celzuru."Apa!?" ucap Celzuru."Apa yang akan dilakukan Yu kepada anak ini?""Bukan urusanmu!" ucap Celzuru.Pangeran Agnreandel menatap tajam Celzuru, "Tentu saja itu urusanku karena ia adalah tunanganku!""Kakakku tidak sebodoh yang kamu pikirkan!" ucap Celzuru yang segera menarik tangan Croinel untuk segera mengik

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Twelfth Story: Pelajaran

    Senrio dengan pakaian lengkap seorang kesatria sedang berpamitan dengan kedua saudarinya."Kak Sen pamit dulu, ya! Yu! Zu!" ucap Senrio sambil memeluk kedua adiknya."Iya, kak Sen! Hati-hati di jalan!" ucap Celzuru."Ini untuk kakak," ucapku sambil memberikan keranjang cantik yang berisi kue buatanku. "Dan.. Titip ini untuk pangeran Agnreandel!" Aku memberikan keranjang yang kedua."Untuk apa kak Yu membuatkan kue untuknya juga!? Lebih baik untukku saja!" ucap Celzuru."Tentu saja karena aku tunangannya! ... Aku hanya memberikan penghargaan karena ia telah berhasil mengatasi kasus penyakit itu."'Aku sangat senang hasil pemikiranku ini direalisasikan olehnya,' pikirku."Padahal, sebulan terakhir ini ia tidak menemui kakak," ucap Celzuru."Apa salahnya juga berbuat baik?" Aku tersenyum. "Dan anggap saja ucapan terima kasih karena sudah bersedia mengajak kita ke perkebunan kerajaan."Senrio hanya memandangi wajahku yang terlihat tulus. "Sepertinya, kamu sangat menyukainya, Yu!""Tentu

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Thirteenth Story: Hari Pertama

    "Heldrik Verk! Aku tidak segan keliling restoran ini untuk mencarimu, kamu malah bicara dengan seorang rakyat jelata!""Kak Genisya... Itu maaf, aku tadi tersesat!""Kenapa sih restoran yang baru mendapatkan bintang lima, malah ada rakyat jelata. Mengotori pemandangan saja! Nafsu makan ku bisa saja berkurang."Aku berpikir, 'Genisya Verk... Warna rambut yang sama dengan Heldrik dan mata Jingga Berliannya, itu pastinya dia. ia adalah putri Duke Verk. Ia pastinya tidak menyukai Viyuranessa karena ia merasa kalah saing mengenai status tunangan putra mahkota.'"Siapa anda?!" Ia melirik ku dengan tatapan sinis. Ia memperhatikan wajahku dan ia sadar akan identitasku. "Owh, owh, owh! Apakah anda Viyuranessa Roseary?"Aku menurunkan kain jubah di atas kepalaku hingga menutup poniku."Apa-apaan pakaian itu? Anda seperti rakyat jelata! Apakah anda tidak malu meyandang status tunangan putra mahkota?!""Maaf anda salah orang!" Aku segera menghilang dari hadapannya dengan sihir listrik ku. Karena

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Fourteenth Story: Benci?

    Pangeran Agnreandel segera menangkap tanganku dan memaksaku untuk mengikutinya dengan hentakan kaki yang kuat. Ia mencengkram pergelangan tanganku dengan kuat.'Kenapa ia terlihat kesal? Apa karena keberadaanku ini, membuatmu kesal seperti ini? Dan, kenapa aku kesulitan bicara?' Aku hanya merundukkan wajahku karena aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk menghadapi Sang Pangeran. Tubuhku terpaksa mengikuti langkah pangeran Agnreandel."Ya- Yang Mulia!? Kemana anda mau membawa saya?"Mendengar ku yang berbicara formal kepadanya, pangeran Agnreandel semakin kesal dan menggenggam tanganku semakin kuat hingga aku merasa sakit."Akh!"Pangeran Agnreandel mengabaikan rasa sakit di tanganku dan terus menariknya hingga kami berada di taman akademi. Sebuah pohon besar berada di tengah taman yang luas. Pangeran Agnreandel menarik tanganku dan mendorong tubuhku ke pohon."Bukannya menyapa tunanganmu, tetapi kamu lebih berbicara santai bersama pria lain!"Pangeran Agnreandel mengunci tub

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Fifteenth Story: Makan Siang Bersama

    Keesokan harinya, aku merasa tubuhku tidak kuat untuk bangkit.'Sepertinya, aku demam!'Seseorang mengetuk pintu kamarku. Lalu, aku segera beranjak dari tempat tidurku dengan lemas.Aku segera membuka pintu dan terlihat sosok Derald. "Maaf, Derald! Bisa kamu katakan pada guru yang mengajar bahwa aku sedang demam? Kamu tidak usah khawatir kepadaku karena aku hanya perlu istirahat." Aku menatap Derald dengan lesu. Lalu, aku segera menutup pintu itu dan menguncinya."Huh!!? Oi, lady Viyura! Bukankah seharusnya kamu segera dirawat?" ucap Derald sambil mengetuk-ngetuk pintu itu."Tidak usah! Lebih baik kamu tidak usah berisik! Aku mau tidur!!!" ucapku dari dalam dengan suara yang keras."Ya sudah!" Derald segera berbalik dan melangkah."Apa yang kamu lakukan disini, rumput!?" ucap pangeran Agnreandel yang tiba-tiba ada di belakangnya. "Maaf kelancangan saya, Yang Mulia! Saya hanya mencoba memanggil lady Roseary!""Seharusnya anda tidak mengunjungi kamar tunangan putra mahkota dan terlalu

Latest chapter

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    159th Story: Lebih Terbuka

    "Hei, Rean! Kencan kita batal!" "Hah!? Oi, kenapa, Yu!?" Pria berstatus Putra Mahkota kerajaan Diamondver tersebut spontan memucat hanya karena kalimat tersebut. "Malezz, mau tidur! Sampai jumpa nanti!" Aku segera melangkah maju sehingga para Lady yang berada di hadapanku dengan senang hati bergeser kesamping untuk menyediakan jalan untukku lewat. Mereka segera menutupi jalan tersebut dan bersemangat lebih mendekat ke sosok pria itu. "Kalau begitu, kenapa anda tidak kencan saja dengan kami, Yang Mulia!?" "Lupakan saja wanita kasar itu!" "Iya! Ia sangat kejam, tidak cocok untuk menjadi permaisuri anda!" Rean yang sebelumnya masih shock, spontan berubah menunjukkan ekspresi wajahnya yang penuh intimidasi. "Kalian sangat berisik! Aku tidak peduli dengan kalian, yang ku inginkan hanya Viyuranessa Roseary! Dan, menyingkirlah!" Para Lady bersikeras tidak memberikan jalan. Dengan sihirnya, Rean membuat jalannya sendiri. Ia melangkah di jalan sama yang telah ku lewati. Aku

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    158th Story: Menjadi Kejam

    Zennofer turun dari ketinggian dan mengejutkan Riliana dan Celzuru di depan gerbang. "Gwaakhh!!!" "Maaf mengagetkanmu." Zennofer meminta maaf dengan gerakan formal. Celzuru memperhatikan pria yang belum pernah ia lihat itu, namun ia merasa kalau ia mengenalnya. "Ooooh! Hoi! Kamu! Apa kamu itu Zennofer?" "Siapa?" Zennofer terheran. "Aku adik kak Yu!" "Yu? Siapa itu?" "Itu! Aku Celzurunessi Roseary! Kakakku sudah menceritakan tentang kamu!" "Ooh!" Zennofer menjadi lebih bersemangat. "Kamu tahu tentangku!?" Zennofer di kejauhan melihat Ella sedang menghampiri Celzuru. Zennofer segera melarikan diri dengan kecepatan tinggi. "Kita bicara saja nanti, sampai jumpa adiknya Viyuranessa!" "Woi! Malah pergi.""Siapa yang kamu maksud, Zu?" Ella sudah tepat berada di belakang Celzuru."Kenalan kak Yu dari Lezarion." Saat itu Celzuru berpikir, 'Sepertinya kak Yu tidak ingin keluarga Kerajaan tahu tentangnya. Apalagi dia pembunuh salah satu keluarga mereka.'"Dia tiba-tiba m

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    157th Story: Turnamen

    "Lihatlah Lady Jenius itu, adiknya lebih berkarisma." "Lihatlah Lady Jenius itu hanya diam saja, apakah ia tidak bisa menari? Hem, bukankah tentunya pria mana yang ingin mengajaknya menari?" "Lihatlah Lady Jenius itu, gaun yang ia gunakan sama seperti yang ia gunakan pesta dansa kemarin. Apakah ia tidak memiliki banyak gaun sehingga menggunakan gaun usang itu lagi?" *** Saat aku masih kecil, aku pernah di kerumun oleh banyak lady seumuran denganku, mereka tidak henti mengatakan banyak kata hina yang membuatku kesal. "Lady Jenius! Kamu itu tidak berguna sebagai wanita bangsawan! Apa itu dengan gaunmu itu!? Usang!" "Betul itu! Contohkan saja adikmu itu! Lihatlah mana yang lebih baik! Bukankah lebih baik kamu menjadi rakyat jelata saja? Hahahaha!" "Setiap pesta menggunakan pakaian ini terus. Bukankah keluargamu kaya? Adikmu bahkan selalu memakai pakaian model bagus dan terbaru." "Bukankah Lady Jenius sama sekali tidak dicintai keluarganya?" "Hahahaha!" Mereka tertawa. Melihat me

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    156th Story: Kelemahan

    "Oh, itu benda yang kamu maksud. Aku juga baru kali ini melihatnya secara langsung.""Aku sudah meminta Derald melakukan penelitian yang berhubungan dengan hal ini.""Kamu sudah memikirkan hal itu? Aku pernah memberi saran tentang hal ini kepada Raja. Sepertinya, mereka sulit memahaminya.""Aku sudah membaca semua saran yang kamu tuliskan kepada ayahku sebelumnya. Aku akan merealisasikan semuanya. Karena itu... Bukankah kamu seharusnya lebih mengandalkan diriku daripada mereka?" Rean menunjukkan seringai yang seolah-olah mengejek keputusanku yang sering mengandalkan orang lain dibandingkan dirinya. Aku segera mengalihkan arah pandangan."Ya, bagaimana lagi? Kamu itu terlalu sulit didekati! Jalan pikiranmu itu sulit diprediksi," ucapku sambil membuang muka.Wajahku kembali datar. Aku terdiam dan berpikir, 'Ia akan merealisasikan semua yang ku pikirkan... Aku merasa senang.'Ia tercengang melihat raut wajahku yang berubah. Dari tanpa ekspresi menjadi bersemangat bahkan dihiasi dengan s

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    155th Story: Mata-mata

    Aku segera berbalik dan melangkah pelan menuju ranjang. Suasana sunyi ini hanya terdengar langkah pelan kakiku.'Aku tidak seharusnya mengganggunya. Tapi setidaknya, aku berharap bisa meringankan bebannya.''Aku juga tidak bisa memintanya ikut serta dalam hal ini... Dan masalah yang belum usai ini, aku akan mengandalkan diriku sendiri dan ada beberapa orang yang ku percayai. Aku tidak sendirian di kesempatan yang ia berikan ini!''Ia cukup melangkah di jalannya tanpa memperhatikan diriku.'Saat Rean melihatku, ia tersentak saat melihatku terdiam, sedikit murung dan hanya tenggelam di pikiranku.Ia berpikir, 'Heh!? Apa yang membuatnya murung? Apakah ada kesalahan kata yang ku ucapkan? ...' Rean tersenyum kaku saat menyadari suatu hal.'Oh! Bukankah barusan aku menolak permintaannya?'Aku terheran saat aliran angin mulai mengelilingi tubuhku. Aku terangkat ke udara dan melayang hingga aku terduduk di sofa. "Kamu di sini saja, Yu!"Aku mengerutkan dahiku. 'Apa sih yang ia mau!?'Menghel

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    154th Story: Perdebatan

    "Aku masih belum kalah, Rean!"Dengan kekuatan sihir listrikku, aku menyambung serpihan pedang yang hancur hingga pedang tersambung kembali dan utuh. Semua orang tercengang dengan hal tersebut termasuk dirinya. Aku berhasil menahan serangannya.Rean menyeringai. "Hee..."Aku memperketat ikatan molekul pedangku, ujung pedangnya yang memberikan tekanan yang kuat tidak mampu membuat pedangku hancur kembali. Ia semakin memberikan tekanan yang kuat hingga pedangnya yang hancur."...!?" Mata merahnya sedikit lebih terbuka."Rean bodoh!"Rean pastinya kalah saat ujung pedang yang ku pegang ini hampir mengenai lehernya. Ia mengangkat kedua tangannya sebagai tanda kekalahannya "Haha! A, aku menang!" Aku tersenyum lebar dengan nafas yang masih ngos-ngosan."Ya, aku kalah... Selanjutnya, aku tidak akan kalah.""Lagipula ini hanya pertandingan bersyarat.""Tapi, tetap saja aku kalah.""Padahal kamu bisa menghancurkan pedangku jika pedangmu itu dialiri bor angin misalnya. Kamu saja yang lambat men

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    153rd Story: Pelatihan

    Di koridor istana yang tentunya sangat luas dan panjang, aku berjalan dengan langkah kaki yang cepat. Rean menyamankan langkah kakinya di belakangku."Menyebalkan! Bisakah kamu tidak mempermalukanku!?""Aku hanya mau melihat ekspresi wajahmu yang lucu itu seratus persen. Itu sangat manis, Yu!""Huh!!?" Aku merasa semakin malu hingga langkah kakiku jadi semakin cepat. Rean terkekeh dan kemudian tertawa. "Hahahaha...""Jangan menertawaiku! Menyebalkan! Sana kembali melakukan pekerjaanmu!""Tidak mau..."Saat akan berbelok, aku hampir tertabrak dengan seorang pria berambut pirang. Untungnya aku sudah berhenti melangkah."Nean?""Selamat siang, Putri Mahkota!""Bisakah kamu memanggilku seperti biasanya? Kita tidak dalam kegiatan formal sekarang."Aku melihat senyuman tipis dari Nean. Ia mengatakan, "Ya. Aku hanya ingin mencoba memanggilmu dengan gelar itu."Aku dengan bersemangat menepuk-nepuk bahu Nean. "Haha! Kamu nanti bahkan akan memanggilku kakak ipar! Aku jadi kakakmu, padahal umur

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    152nd Story: Buku Diary

    'Hentikan aku, Viyuranessa!'***Aku dan Rean telah tiba di istana. Rean meletakkan tubuhku ke ranjang dengan hati-hati. Ia duduk di sebelahku dan mengusap wajahku yang mana saat itu aku sedang tertidur pulas."Aku akan mengerahkan semua kemampuanku demi dirimu, Yu...""Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.""Aku akan menghancurkan belenggu-belenggu itu!"Ia mengambil beberapa helai rambut perak kebiruanku dan mengecupnya. Ia menyeringai yang menunjukkan raut wajahnya yang sangat bersemangat saat ia berpikir ia memenangkan dalam keberhasilannya memiliki diriku.Ia keluar dari kamarnya untuk menemui Rennel. Mereka membicarakan banyak hal hingga Rennel mengatakan informasi penting kepada Rean."Ada kabar penting dari Paduka Raja Leondeandel. Ia ingin segera mengatakan langsung kepada anda, Yang Mulia."Aku tidur semalaman. Aku terbangun saat fajar. Aku memperhatikan pakaianku sudah berganti menjadi pak

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    151st Story: Tidak Ingin Melepaskan Diriku

    Mendengar semua cerita yang diucapkan dari mulutnya, aku terdiam. Saat itu, aku menundukkan kepalaku sambil mengambil ikan yang telah matang dipanggang. Suasana canggung saat kami memakan ikan tersebut karena tentunya aku terdiam meskipun pandangannya tidak lepas dari diriku.Aku berpikir, 'Setelah tahu semuanya, aku jadi bingung harus melakukan apa...''Ia benar-benar mencintaiku...''Aku jadi merasa bersalah karena tidak menyadari perasaannya padaku. Aku malah selalu kabur, mau berapa kali pun ruang dan waktu berganti, aku masih tidak berubah!''Apakah aku harus tetap seperti ini!?''Kalau ia memang benar-benar menginginkan diriku. Bagaimana bisa aku menolak keinginannya yang bahkan merupakan harapanku selama ini?Setelah perutku merasa cukup, aku segera berdiri. Aku melangkah dan berdiri tegak di dekat sungai. Aku segera melepaskan gaunku dan menyisakan pakaian dalamku. Rean hanya terkejut kenapa aku tiba-tiba melepaskan pakaianku.Aku segera nyebur ke

DMCA.com Protection Status