Share

Second Story: Aku dan Adikku

Author: _yukimA15
last update Last Updated: 2022-11-19 09:28:07

"Apa Lady Viyura bersikap aneh hari ini karena putra mahkota akan datang ke mansion ini untuk-?" ucap Klea.

"Apaan itu?!" tatapanku masih datar, padahal aku sedikit bingung.

"Pa-nge-ran??"

"Iya! Yang Mulia Pangeran Agnreandel Leansane Diamondver datang akan datang ke mansion ini untuk mengumumkan pertunangan dengan anda, Lady! Anda sangat menantikan ini dari kemarin-kemarin. Apa karena senangnya hingga lupa?"

Aku mencerna ucapan Klea. Lalu, aku terpikirkan tentang peristiwa saat Viyuranessa berumur duabelas tahun.

'Ternyata sudah kejadian yang ini, berarti aku saat ini sudah berumur dua belas tahun.'

Aku menekan bibir bawahku dengan jari telunjuk. Lalu, mataku yang datar, tiba-tiba terbuka lebar.

'Kesampingkan itu dulu, lebih baik aku menemukan keberadaan Azu. Semoga saja... dia merasuki orang itu!'

Sebelum aku pergi ke kamar saudari Viyuranessa, Celzurunessi Roseary, aku harus merapikan diriku, mengingat diriku adalah bangsawan. Padahal sebelumnya aku tidak peduli dengan penampilanku.

'Wanita ini sangat cantik,' pikirku yang memandangi diriku sendiri di cermin. 'Kalau dilihat-lihat, wajahnya mirip denganku. Mungkin karena ekspresi yang mirip. Hanya saja, iris mata dan mahkota wajah ini yang lebih memperindahnya.'

'Mungkin, aku akan menolak pertunangan itu untuk menghindari kehancuranku. Sayang sekali kan kalau wanita secantik ini hidup sia-sia hanya demi pangeran yang hanya memanfaatkannya? Haha...'

'Pangeran Agnreandel Leansane sengaja menggoda Viyuranessa untuk memanfaatnya hingga wanita bangsawan lain tidak mendekatinya. Hingga saat ia bertemu Si Protagonis, ia segera membuang Viyuranessa hingga Viyuranessa berakhir hancur.'

'Jika pertunangan itu bisa dibatalkan, mungkin aku tidak akan berhubungan dengan pangeran yang merupakan putra mahkota itu dan yang sering dikatakan pangeran kejam oleh orang-orang. Jadi... aku bisa menyelamatkan diriku dari akhir buruk dan mungkin...'

Tatapanku turun hingga akan terlihat jelas aku sedang sedih apabila dilihat orang lain.

'...untuk dirinya juga.'

Aku segera menghela nafas dan duduk di tepi kasur. 'Seorang pangeran yang dendam terhadap tunangannya. Wanita itu tulus mencintainya namun pangeran tidak pernah menghargai tunangannya dan ia terus bersikap kasar terhadapnya. Padahal kalau dilihat dari cerita itu, pangeran bisa saja mencintai Viyuranessa. Tetapi, cerita itu tidak pernah menceritakan secara detail mengenai perasaan pangeran. Keseluruhan cerita dari sudut pandang protagonis wanita.'

'My Story with Sadistic Prince, begitulah judul novel tersebut.'

'Bad ending. Diakhiri eksekusi Sang Pangeran dikarenakan banyak kudeta yang terjadi setelah Viyuranessa dieksekusi.'

'Duke Roseary memiliki banyak dukungan penduduk. Ia tidak akan terima dengan putrinya yang diperlakukan tidak adil seperti itu.'

***

"Apa anda gugup, nona?" ucap Klea.

"Sepertinya iya," ucapku, Viyuranessa yang segera berdiri.

'Aku gugup karena tidak tahu apa yang harus aku bicarakan untuk menolak pertunangan itu. Aku tidak seperti adikku yang pintar bicara karena kebiasaanku yang mengabaikan orang-orang dan terlalu terobsesi mempelajari semua ilmu pengetahuan.'

Aku segera keluar kamar, "Aku mau bertemu adikku! Dimana ia sekarang?"

"Mungkin ia berada di kamarnya," ucap Klea.

'Aku tidak tahu dimana, bodoh! Bukankah mansion ini banyak sekali ruangannya!' batinku dengan memaksakan senyumanku.

"Bisa kamu menuntun jalan? Kepalaku agak pusing karena malam tadi aku telat tidur."

"Baik, nona Viyura! Tapi, bukankah anda seharusnya istirahat saja! Dan anda harus menemui putra mahkota hari ini?!" Klea menunjukkan wajahnya yang khawatir kepadaku.

"Tak apa," aku menunjukkan ekspresi pemalu yang sengaja ku tunjukkan kepada Klea. "Se-sebenarnya, aku tidak bisa tidur... Hmm... Ka-karena... ... Aaa... I-ini terlalu memalukan untuk dikatakan!"

Klea hanya tersenyum jahil melihat reaksi yang sengaja ku tunjukkan. "Oh... Saya mengerti nona!"

Aku kembali memasang raut wajahnya seperti biasa. Seringai tipis terbentuk dari bibir merahku.

'Maaf Klea! Aku hanya berakting.'

***

Aku tiba di depan pintu kamar Celzurunessi. Lalu, ku ketuk pintu itu.

"Permisi!" ucapku. 'Pakaian ini berat juga!'

Pintu terbuka dan seorang yang berambut soft pink yang panjangnya sepinggang, terlihat olehku.

"Gaun ini cantik sekali! Ummm!!! Rambutnya juga!!" ucap wanita itu.

Tatapan ku datar tanpa ekspresi seperti biasa dan sudah bisa menebak sosok orang itu adalah adikku sendiri.

"Permisi!" ucapku tersenyum.

"Ya, apa?" ucap wanita itu.

"Bisa tidak kita bicara sebentar! Empat mata!" ucapku yang masih dengan tatapan datar.

"Kak Yu-!"

"Empat mata!" Aku membungkam mulut adikku dengan tanganku lalu melepaskannya.

"Hemp hemh!" Ia mengangguk.

"Maaf Klea! Bisa kamu siapkan ruangan untuk kami bicara," perintahku.

"Baik, Lady!"

***

Kedua kakak adik berada di sebuah ruangan yang memiliki jendela besar. Kami bisa menikmati pemandangan kebun mawar yang berwarna-warni yang berada di luar.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan?" ucapku. "Bagaimana kalau kamu saja yang bertunangan dengan pangeran? Mungkin tidak masalah karena kamu juga anak Duke."

"Tidak! Pokoknya tidak! Dia bukan tipeku," ucap Azu. "Aku mau cowok cool keren dan tampan. Bukannya cowok sombong, kejam dan labil seperti pangeran itu. Padahal, ia cerdas namun otaknya kurang waras. Aku tidak mau pokoknya!" Azu menepuk-nepuk meja seperti hakim yang sangat tidak ingin merubah keputusan.

Aku berpikir kembali. Jari telunjukku sibuk memukul pelan bibir lembutku, hal yang biasa ku lakukan saat berpikir.

"Bagaimana kalau kita hanya perlu menghindari kontak dengan tokoh protagonis. Jadi, lamaran itu tidak masalah."

"Tapi, kak Yui tahu juga kan kalau pangeran itu akan melakukan segala cara untuk membatalkan pertunangan itu. Dan membatalkan pertunangan juga pasti tidak semudah itu."

"Ia punya dendam pula kepada Viyuranessa. Seharusnya, aku mencari tahu tentang dendamnya. Tapi, sepertinya akan sulit," ucapku. "Kenapa novel itu tidak menceritakan dendamnya itu!? Ini menyulitkan saja! Kurang informasi!"

Sudut bibirku terangkat. Aku menyipitkan matanya dan menatap Azu untuk memberi kode bahwa aku sudah menemukan cara.

"Ya... kalau begitu. Kita lawan saja dia saat ia dengan beraninya mencoba menjatuhkan kita!" ucapku dengan tersenyum lebar yang hanya ku bisa tunjukkan kepada saudariku.

"Bukankah tidak ada yang berani melawan kita sebelumnya. Dan, karena karakterku memiliki sihir listrik dan kamu juga memiliki sihir api. Itu semakin memudahkan kita untuk melawan. Viyuranessa yang dulu tidak bisa melawannya karena ia terlalu mencintai pangeran itu. Ya aku sih tidak, mungkin...?"

"Benar juga itu, kak! Tapi, kok pake koma tidaknya?"

"Ya, aku tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi nanti," ucapku. "Lalu, aku akan mencari cara menggunakan sihir ini!"

Aku menyilangkan tanganku ke depan dada. "Dan, aku akan mempelajari semua tentang dunia ini. Pengetahuan tentang sains, aku sudah mempelajari semuanya. Jadi, aku hanya perlu mempelajari sihir dan pengetahuan sosial."

"Aku akan mencoba berlatih pedang dan beladiri dengan beberapa guru," ucap Azu. "Lalu, kita bisa mempelajarinya bersama."

"Jadi, mulai sekarang. Aku adalah Viyuranessa Roseary, seorang putri pertama duke Roseary. Kamu bisa memanggilku, kak Yu!"

"Aku adalah Celzurunessi Roseary! Kak Yu bisa memanggilku, Zu!"

'Dan begitulah cerita kami dimulai!' batinku alias Viyuranessa. 'Tapi, aku penasaran dengan suara yang meminta pertolongan kami. Siapa yang harus kami tolong?'

Tiba-tiba, aku merasakan denyutan pada dadaku. Karena tidak kuat menahan rasa sakit, aku pun terduduk di lantai dengan tangan kiri yang menompang beban tubuhku.

"Aaaakkkh!" Aku merasa sesak yang disertai sakit kepala.

"Ada apa, kak Yu!?"

Adikku, Celzurunessi segera mendekati kakaknya yang terlihat menderita. Namun, saat Celzurunessi akan menyentuh tubuhku, aku tidak merasakan denyutan itu lagi. Aku segera menghembus nafas panjang. Lalu, aku duduk di kursi.

"Apa yang terjadi, kak? Kenapa kakak tiba-tiba-"

"Entahlah, dadaku terasa berdenyut dan sakit kepala," aku terus menahan dadaku meskipun denyutan tersebut hilang, rasa berdebar masih tertinggal. "Kenapa jantungku tiba-tiba berdebar seperti ini?"

Aku tidak menyadari bahwa pipiku sedang merona merah. Aku juga tidak menyadari kalau aku sedang menyeringai. Tiba-tiba, aku melihat sebuah memori lama yang memperlihatkan seorang anak lelaki bersurai hitam yang sedang tersenyum tulus kepadaku.

'Kepalaku kembali terasa sakit!'

_____

See U...

- This is My Story -

by: yukimA15

Related chapters

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Third Story: Pertemuan

    "Apa kak Yu sudah baik-baik saja?""Ya. Tadi itu mungkin karena ingatan Viyuranessa yang tiba-tiba muncul di kepalaku.""Ingatan?"Aku mengangguk dan mengatakan, "Kemungkinan, kita akan mengingat semua kenangan mereka sebelumnya, Zu!""Oh."Aku dan adikku sedang berjalan melintasi mansion. Kami perlu menjelajahi kawasan ini tentunya untuk mengingat tata letak kediaman yang baru bagi kami. Meskipun, suasana kediaman baru kami ini terasa tidak asing bagi kami."Zu! Hal pertama yang harus kita siapkan itu... Sepertinya, kita memerlukan susu, Zu!" ucapku."Huh!? Untuk apa?" ucap Celzuru yang tentunya terheran. "Kalau untuk membuat susu stroberi, baru aku mau. Tapi, disini tidak ada blender. Kenapa jadi itu hal pertama yang harus disiapkan!?""Susu stroberi, tinggal dikocok manual juga bisa," ucapku. "Dengan susu, kita bisa membuat mentega, krim, keju, dan juga... mozarella. Jadi, kita bisa membuat pizza, spageti, dan... Ya, mengingat dimana kita sekarang, tidak mungkin aku harus memakan s

    Last Updated : 2022-11-19
  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Forth Story: Penolakan

    "Benar rumor katakan, anda sangat cantik. Dan ternyata anda lebih cantik jika terlihat dari dekat!" Pangeran itu melangkah mendekat untuk melihat wajah calon tunangannya lebih dekat. Aku masih merundukkan kepalaku dan berharap hari ini cepat berakhir. Merasa terhiraukan, dengan suara bisikan kecil, Putra Mahkota itu mengatakan kepadaku, "Apakah anda adalah bangsawan? Anda sungguh tidak sopan. Saya tidak pernah melihat bangsawan yang kurang ajar seperti anda. Seorang bangsawan itu selalu diajarkan untuk menegakkan kepalanya dan tersenyum. Apalagi, di hadapannya adalah seorang Putra Mahkota."Setelah mendengar ucapan Pangeran Agnreandel, mataku terbuka lebar karena terkejut. Dahiku mulai mengkerut hingga alisku tertarik mendekati celah kedua mata. Hinaan seperti itu, tidak masalah bagiku.Aku segera memejamkan mataku sebentar untuk mencerna ucapannya. Setelah menerima ucapan hina itu, aku segera mengembalikan wajah santaiku.'Aku harus melawannya! Itu yang kami rencanakan. Jangan menu

    Last Updated : 2022-11-19
  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Fifth Story: Nama Panggilan

    "Yu!?" gumamku. Aku baru sadar bahwa Pangeran Agnreandel menyebut nama singkatku yang hanya dipanggil saudariku. "Bukankah anda dari tadi memanggil saya dengan nama yang disebutkan adikku tadi? Anda tidak perlu memanggil nama terlalu singkat itu, Yang Mulia! Nama panggilanku itu Viyura.""Apa saya tidak boleh memanggil anda dengan nama itu? Kalau begitu, panggil saja aku dengan nama yang kamu inginkan!" ucap pangeran Agnreandel."Saya tidak keberatan karena itu hanyalah nama. Terserah anda!" ucapku."Baiklah, My Lady!" Pangeran Agnreandel segera berdiri. "Saatnya saya kembali."Aku ikut berdiri, "Terima kasih atas waktu berharga anda, Yang Mulia!"Bukannya segera keluar, Pangeran Agnreandel malah menghampiri ku yang merupakan tunangannya. Tatapannya tajam dan senyuman kejam khasnya, terukir di wajahnya tampannya. Aku hanya merundukkan kepalaku untuk menghindari tatapan Pangeran Agnreandel.Aku terkejut saat pangeran menarik tanganku hingga tubuhku tertarik mendekat kepadanya. "Yang M

    Last Updated : 2022-11-19
  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Sixth Story: Di Ibukota

    Aku pergi ke ibu kota untuk pergi menjelajahi ibu kota. Di perjalan melintasi tengah kota yang tentunya banyak yang berlalu lalang di sekitarku. Semua hal menarik di sini aku hiraukan karena aku terus terbenam di pikiranku.'Kenapa di ingatan Viyuranessa hanya ada sosok pangeran itu, sih? Dan juga, ia hanya melihatnya dari jauh. Tidak ada percakapan dengannya, kecuali pertemuan mereka pertama kali. Tetapi, aku tidak tahu apa yang kami bicarakan.''Lalu... bukankah yang dilakukan Viyuranessa ini dinamakan stalker!''Mataku terbuka lebar disaat menyadari sesuatu, 'Apa jangan-jangan pangeran itu merasa terganggu karena sering diikuti, sehingga ia membencinya?!'Aku bergeleng, 'Tidak, ya enggak mungkinlah karena hal sepele itu! Ia juga tidak selalu menguntitnya, hanya saat ia pergi ke istana ataupun saat ia tidak sengaja melihatnya, pandangannya selalu memperhatikan Sang Pangeran.''Biasanya benci karena iri. Tapi di cerita itu, Viyuranessa tidak sangat berbakat dalam menggunakan sihir da

    Last Updated : 2022-11-19
  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Seventh Story: Nyawa yang Berharga

    "Bagaimana kalau bibi bekerja denganku saja?!"Mendengar penawaran ku, ia menyilang kan tangannya di depan dadanya. "Bekerja dengan mu?! Dunia orang dewasa bukan taman bermain, anak kecil!"Aku segera membuka tudung jubah yang ku kenakan sehingga ia bisa melihat warna dan iris mataku. Ia tersentak, kemudian tersenyum jahat. Bibi gemuk itu mengaktifkan sihirnya hingga tanah dibawahku naik dan menyelimuti tubuhku. Aku terperangkap oleh gundukan tanah padat tersebut.'Bodohkah dia!?' Rean tersenyum kaku. Ia berniat melangkah maju namun ia terhenti disaat melihat ekspresiku yang masih tenang."Menjadikan dirimu sandera, tentunya aku bisa dapat uang yang sangat banyak. Bukankah begitu, putri Duke Roseary!?" Ucap bibi itu."Yang aku tawarkan ratusan kali lipat dari harga yang anda pikirkan untuk menyandera ku! Dan aku akan membiayai perobatan suami anda dan jikalau suami anda sulit disembuhkan oleh dokter aku akan mencari cara untuk menyelamatkan suami anda, bibi!""Apa yang bisa dilakukan

    Last Updated : 2022-11-19
  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Eighth Story: Di Perkebunan Stroberi

    Saat kami akan pulang, Countess Vivicy Lobart mengatakan kepadaku,"Terima kasih banyak, Lady Viyuranessa! Saya sangat berterima kasih atas bantuannya! Padahal saya sangat hina di waktu itu dan pastinya saya akan dilihat sangat menjijikan! Tetapi hanya anda yang berbeda! Saya sungguh berterima kasih!"Aku menggelengkan kepala lalu mengatakan, "Saya yang harus berterima kasih, bibi Vivi! Anda mempercayai saya dan juga bersedia bekerja bersama saya!"Disaat aku dan bibi Vivi sedang berbincang, adikku menghampiri Rean dan mengatakan,"Sebenarnya, apa yang kamu inginkan dari kakakku?!"Rean mendengar pertanyaan Celzuru dan mencernanya. Ia sempat berpikir lalu ia tersenyum, "Aku ingin semua darinya, keberatan?!""Huh... kamu gila?" Rean segera berbalik menuju kereta kuda dan diikuti Rennel.***Beberapa minggu kemudian, aku sedang mengunjungi perkebunan Stroberi bersama dengan adikku dan juga tunanganku. Aku menahan topi besar yang menutupi kepalaku dengan tangan saat angin mencoba menerb

    Last Updated : 2022-11-19
  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Ninth Story: Penyelamat

    Rean masih memeluk pinggangku. Aku pun gugup dengan wajahku yang merona merah. Karena malu, aku segera mencoba menyingkirkan tangan Rean, tetapi ia terlalu kuat."Rean!" Aku memasang wajah kesal. "Lepaskan! Atau ku setrum?!!""Oh... Kamu berani mengancam pangeran kejam yang sering dibicarakan orang-orang."Mendengar kata kejam, aku segera menatap Rean dengan sedih, "Kamu bangga akan itu... Kamu tahu, Rean! Kekejaman hanya akan menjatuhkanmu!"Merasakan pegangan Rean yang melemah karena memikirkan balas dendamnya, aku segera melangkah ke samping. 'Seperti dirimu di dalam novel itu... Meskipun kamu berhasil melakukan balas dendammu kepadaku, Viyuranessa memiliki dukungan karena kebaikan hatinya bahkan keluarganya yang diakui banyak orang. Orang-orang itu pun membangkang dan melakukan kudeta untuk menjatuhkannya.'Aku segera melangkah kembali dan berhenti. Aku segera berbalik dan menghampiri Rean. Aku meraih tangan Rean dan menariknya untuk mengikuti langkahku. "Apa kamu lupa, Rean? Bu

    Last Updated : 2022-11-19
  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Tenth Story: Permulaan

    Aku meletakkan tiga buku tebal di atas meja dan menunjukkannya kepada Rean. "Ini beberapa buku yang sudah ku baca dan sudah disalin oleh sekretaris ayahku. Jadi, kamu dapat menyimpannya untukmu sendiri.""Baiklah, terima kasih!"Aku dapat melihat iris merah Rean yang penuh ambisi saat melihat-lihat isi buku tersebut."Sebenarnya masih banyak. Kalau sudah disalin, aku akan memberikannya padamu.""Baiklah! Akan ku tunggu!"Rean meletakkan buku yang ia pegang ke atas meja, lalu tatapannya menjadi serius menatapku."Sebelum itu, harus ku katakan. Sepertinya, aku tidak bisa sering berkunjung ke kediaman mu. Kamu tahu sebagai putra mahkota, ada banyak hal yang harus ku lakukan.""Ya aku tahu, aku tidak masalah untuk itu," ucapku dengan tersenyum, namun dibalik itu aku merasa sedih."Kamu bisa berkunjung ke istana, Yu!"Aku hanya mengangguk dengan sedih dan berpikir, 'Aku tidak ingin lebih dekat denganmu. Jadi, aku urungkan niat bertemu dengan mu di istana. Aku tidak ingin terjebak dengan ur

    Last Updated : 2022-11-19

Latest chapter

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    159th Story: Lebih Terbuka

    "Hei, Rean! Kencan kita batal!" "Hah!? Oi, kenapa, Yu!?" Pria berstatus Putra Mahkota kerajaan Diamondver tersebut spontan memucat hanya karena kalimat tersebut. "Malezz, mau tidur! Sampai jumpa nanti!" Aku segera melangkah maju sehingga para Lady yang berada di hadapanku dengan senang hati bergeser kesamping untuk menyediakan jalan untukku lewat. Mereka segera menutupi jalan tersebut dan bersemangat lebih mendekat ke sosok pria itu. "Kalau begitu, kenapa anda tidak kencan saja dengan kami, Yang Mulia!?" "Lupakan saja wanita kasar itu!" "Iya! Ia sangat kejam, tidak cocok untuk menjadi permaisuri anda!" Rean yang sebelumnya masih shock, spontan berubah menunjukkan ekspresi wajahnya yang penuh intimidasi. "Kalian sangat berisik! Aku tidak peduli dengan kalian, yang ku inginkan hanya Viyuranessa Roseary! Dan, menyingkirlah!" Para Lady bersikeras tidak memberikan jalan. Dengan sihirnya, Rean membuat jalannya sendiri. Ia melangkah di jalan sama yang telah ku lewati. Aku

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    158th Story: Menjadi Kejam

    Zennofer turun dari ketinggian dan mengejutkan Riliana dan Celzuru di depan gerbang. "Gwaakhh!!!" "Maaf mengagetkanmu." Zennofer meminta maaf dengan gerakan formal. Celzuru memperhatikan pria yang belum pernah ia lihat itu, namun ia merasa kalau ia mengenalnya. "Ooooh! Hoi! Kamu! Apa kamu itu Zennofer?" "Siapa?" Zennofer terheran. "Aku adik kak Yu!" "Yu? Siapa itu?" "Itu! Aku Celzurunessi Roseary! Kakakku sudah menceritakan tentang kamu!" "Ooh!" Zennofer menjadi lebih bersemangat. "Kamu tahu tentangku!?" Zennofer di kejauhan melihat Ella sedang menghampiri Celzuru. Zennofer segera melarikan diri dengan kecepatan tinggi. "Kita bicara saja nanti, sampai jumpa adiknya Viyuranessa!" "Woi! Malah pergi.""Siapa yang kamu maksud, Zu?" Ella sudah tepat berada di belakang Celzuru."Kenalan kak Yu dari Lezarion." Saat itu Celzuru berpikir, 'Sepertinya kak Yu tidak ingin keluarga Kerajaan tahu tentangnya. Apalagi dia pembunuh salah satu keluarga mereka.'"Dia tiba-tiba m

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    157th Story: Turnamen

    "Lihatlah Lady Jenius itu, adiknya lebih berkarisma." "Lihatlah Lady Jenius itu hanya diam saja, apakah ia tidak bisa menari? Hem, bukankah tentunya pria mana yang ingin mengajaknya menari?" "Lihatlah Lady Jenius itu, gaun yang ia gunakan sama seperti yang ia gunakan pesta dansa kemarin. Apakah ia tidak memiliki banyak gaun sehingga menggunakan gaun usang itu lagi?" *** Saat aku masih kecil, aku pernah di kerumun oleh banyak lady seumuran denganku, mereka tidak henti mengatakan banyak kata hina yang membuatku kesal. "Lady Jenius! Kamu itu tidak berguna sebagai wanita bangsawan! Apa itu dengan gaunmu itu!? Usang!" "Betul itu! Contohkan saja adikmu itu! Lihatlah mana yang lebih baik! Bukankah lebih baik kamu menjadi rakyat jelata saja? Hahahaha!" "Setiap pesta menggunakan pakaian ini terus. Bukankah keluargamu kaya? Adikmu bahkan selalu memakai pakaian model bagus dan terbaru." "Bukankah Lady Jenius sama sekali tidak dicintai keluarganya?" "Hahahaha!" Mereka tertawa. Melihat me

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    156th Story: Kelemahan

    "Oh, itu benda yang kamu maksud. Aku juga baru kali ini melihatnya secara langsung.""Aku sudah meminta Derald melakukan penelitian yang berhubungan dengan hal ini.""Kamu sudah memikirkan hal itu? Aku pernah memberi saran tentang hal ini kepada Raja. Sepertinya, mereka sulit memahaminya.""Aku sudah membaca semua saran yang kamu tuliskan kepada ayahku sebelumnya. Aku akan merealisasikan semuanya. Karena itu... Bukankah kamu seharusnya lebih mengandalkan diriku daripada mereka?" Rean menunjukkan seringai yang seolah-olah mengejek keputusanku yang sering mengandalkan orang lain dibandingkan dirinya. Aku segera mengalihkan arah pandangan."Ya, bagaimana lagi? Kamu itu terlalu sulit didekati! Jalan pikiranmu itu sulit diprediksi," ucapku sambil membuang muka.Wajahku kembali datar. Aku terdiam dan berpikir, 'Ia akan merealisasikan semua yang ku pikirkan... Aku merasa senang.'Ia tercengang melihat raut wajahku yang berubah. Dari tanpa ekspresi menjadi bersemangat bahkan dihiasi dengan s

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    155th Story: Mata-mata

    Aku segera berbalik dan melangkah pelan menuju ranjang. Suasana sunyi ini hanya terdengar langkah pelan kakiku.'Aku tidak seharusnya mengganggunya. Tapi setidaknya, aku berharap bisa meringankan bebannya.''Aku juga tidak bisa memintanya ikut serta dalam hal ini... Dan masalah yang belum usai ini, aku akan mengandalkan diriku sendiri dan ada beberapa orang yang ku percayai. Aku tidak sendirian di kesempatan yang ia berikan ini!''Ia cukup melangkah di jalannya tanpa memperhatikan diriku.'Saat Rean melihatku, ia tersentak saat melihatku terdiam, sedikit murung dan hanya tenggelam di pikiranku.Ia berpikir, 'Heh!? Apa yang membuatnya murung? Apakah ada kesalahan kata yang ku ucapkan? ...' Rean tersenyum kaku saat menyadari suatu hal.'Oh! Bukankah barusan aku menolak permintaannya?'Aku terheran saat aliran angin mulai mengelilingi tubuhku. Aku terangkat ke udara dan melayang hingga aku terduduk di sofa. "Kamu di sini saja, Yu!"Aku mengerutkan dahiku. 'Apa sih yang ia mau!?'Menghel

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    154th Story: Perdebatan

    "Aku masih belum kalah, Rean!"Dengan kekuatan sihir listrikku, aku menyambung serpihan pedang yang hancur hingga pedang tersambung kembali dan utuh. Semua orang tercengang dengan hal tersebut termasuk dirinya. Aku berhasil menahan serangannya.Rean menyeringai. "Hee..."Aku memperketat ikatan molekul pedangku, ujung pedangnya yang memberikan tekanan yang kuat tidak mampu membuat pedangku hancur kembali. Ia semakin memberikan tekanan yang kuat hingga pedangnya yang hancur."...!?" Mata merahnya sedikit lebih terbuka."Rean bodoh!"Rean pastinya kalah saat ujung pedang yang ku pegang ini hampir mengenai lehernya. Ia mengangkat kedua tangannya sebagai tanda kekalahannya "Haha! A, aku menang!" Aku tersenyum lebar dengan nafas yang masih ngos-ngosan."Ya, aku kalah... Selanjutnya, aku tidak akan kalah.""Lagipula ini hanya pertandingan bersyarat.""Tapi, tetap saja aku kalah.""Padahal kamu bisa menghancurkan pedangku jika pedangmu itu dialiri bor angin misalnya. Kamu saja yang lambat men

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    153rd Story: Pelatihan

    Di koridor istana yang tentunya sangat luas dan panjang, aku berjalan dengan langkah kaki yang cepat. Rean menyamankan langkah kakinya di belakangku."Menyebalkan! Bisakah kamu tidak mempermalukanku!?""Aku hanya mau melihat ekspresi wajahmu yang lucu itu seratus persen. Itu sangat manis, Yu!""Huh!!?" Aku merasa semakin malu hingga langkah kakiku jadi semakin cepat. Rean terkekeh dan kemudian tertawa. "Hahahaha...""Jangan menertawaiku! Menyebalkan! Sana kembali melakukan pekerjaanmu!""Tidak mau..."Saat akan berbelok, aku hampir tertabrak dengan seorang pria berambut pirang. Untungnya aku sudah berhenti melangkah."Nean?""Selamat siang, Putri Mahkota!""Bisakah kamu memanggilku seperti biasanya? Kita tidak dalam kegiatan formal sekarang."Aku melihat senyuman tipis dari Nean. Ia mengatakan, "Ya. Aku hanya ingin mencoba memanggilmu dengan gelar itu."Aku dengan bersemangat menepuk-nepuk bahu Nean. "Haha! Kamu nanti bahkan akan memanggilku kakak ipar! Aku jadi kakakmu, padahal umur

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    152nd Story: Buku Diary

    'Hentikan aku, Viyuranessa!'***Aku dan Rean telah tiba di istana. Rean meletakkan tubuhku ke ranjang dengan hati-hati. Ia duduk di sebelahku dan mengusap wajahku yang mana saat itu aku sedang tertidur pulas."Aku akan mengerahkan semua kemampuanku demi dirimu, Yu...""Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.""Aku akan menghancurkan belenggu-belenggu itu!"Ia mengambil beberapa helai rambut perak kebiruanku dan mengecupnya. Ia menyeringai yang menunjukkan raut wajahnya yang sangat bersemangat saat ia berpikir ia memenangkan dalam keberhasilannya memiliki diriku.Ia keluar dari kamarnya untuk menemui Rennel. Mereka membicarakan banyak hal hingga Rennel mengatakan informasi penting kepada Rean."Ada kabar penting dari Paduka Raja Leondeandel. Ia ingin segera mengatakan langsung kepada anda, Yang Mulia."Aku tidur semalaman. Aku terbangun saat fajar. Aku memperhatikan pakaianku sudah berganti menjadi pak

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    151st Story: Tidak Ingin Melepaskan Diriku

    Mendengar semua cerita yang diucapkan dari mulutnya, aku terdiam. Saat itu, aku menundukkan kepalaku sambil mengambil ikan yang telah matang dipanggang. Suasana canggung saat kami memakan ikan tersebut karena tentunya aku terdiam meskipun pandangannya tidak lepas dari diriku.Aku berpikir, 'Setelah tahu semuanya, aku jadi bingung harus melakukan apa...''Ia benar-benar mencintaiku...''Aku jadi merasa bersalah karena tidak menyadari perasaannya padaku. Aku malah selalu kabur, mau berapa kali pun ruang dan waktu berganti, aku masih tidak berubah!''Apakah aku harus tetap seperti ini!?''Kalau ia memang benar-benar menginginkan diriku. Bagaimana bisa aku menolak keinginannya yang bahkan merupakan harapanku selama ini?Setelah perutku merasa cukup, aku segera berdiri. Aku melangkah dan berdiri tegak di dekat sungai. Aku segera melepaskan gaunku dan menyisakan pakaian dalamku. Rean hanya terkejut kenapa aku tiba-tiba melepaskan pakaianku.Aku segera nyebur ke

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status