Share

Fifth Story: Nama Panggilan

Author: _yukimA15
last update Last Updated: 2022-11-19 09:33:08

"Yu!?" gumamku. Aku baru sadar bahwa Pangeran Agnreandel menyebut nama singkatku yang hanya dipanggil saudariku. "Bukankah anda dari tadi memanggil saya dengan nama yang disebutkan adikku tadi? Anda tidak perlu memanggil nama terlalu singkat itu, Yang Mulia! Nama panggilanku itu Viyura."

"Apa saya tidak boleh memanggil anda dengan nama itu? Kalau begitu, panggil saja aku dengan nama yang kamu inginkan!" ucap pangeran Agnreandel.

"Saya tidak keberatan karena itu hanyalah nama. Terserah anda!" ucapku.

"Baiklah, My Lady!" Pangeran Agnreandel segera berdiri. "Saatnya saya kembali."

Aku ikut berdiri, "Terima kasih atas waktu berharga anda, Yang Mulia!"

Bukannya segera keluar, Pangeran Agnreandel malah menghampiri ku yang merupakan tunangannya. Tatapannya tajam dan senyuman kejam khasnya, terukir di wajahnya tampannya. Aku hanya merundukkan kepalaku untuk menghindari tatapan Pangeran Agnreandel.

Aku terkejut saat pangeran menarik tanganku hingga tubuhku tertarik mendekat kepadanya.

"Yang Mulia!!!??" Lalu, aku merasakan sentuhan yang mendorong pinggangku untuk membuat tubuhku tertarik.

"Ekh?!" Aku terkejut dan tubuhku menjadi kaku.

"Panggil aku dengan nama yang singkat yang langsung ada di pikiranmu, Yu! Pikirkan sekarang!" Pangeran Agnreandel memegang daguku dan memaksakan ku menaikkan wajahku hingga aku tidak ada pilihan lain untuk memandangi hal lain kecuali wajah tampan pangeran itu.

'Terlalu dekat!' batinku berteriak. Dan tentu saja posisinya saat ini sangat membuat wajahku merona dengan jantung yang berdebar-debar. "Ba-baiklah, em.. Apa, ya?!"

"Sampai hitungan ketiga. Kalau tidak kamu bisa pikirkan aku akan melakukan apa, satu..." Pangeran Agnreandel semakin mendekatkan wajahnya.

"Huh?! Se se setidaknya beri aku waktu!" Aku mulai panik.

"Dua..."

"Huh?! Aku tidak bisa berpikir secepat itu, bodoh!"

Aku pun semakin berdebar saat ia mendekatkan bibirnya. Sudut bibir pangeran Agnreandel semakin tajam dan jaraknya sekitar lima centimeter dari bibirku.

"Ti..."

"Rean," gumamku dengan suara yang kecil. Aku pun tercengang disaat sadar dengan nama yang barusan ku sebut.

"Bagus," ucap Pangeran Agnreandel dengan wajah kejamnya. Ia segera melepaskan pegangannya hingga aku bisa bernafas lega.

"..."

Lalu, aku terdiam dan terbenam dalam pikiranku. Pangeran Agnreandel pun bertanya-tanya kenapa aku tiba-tiba tidak bergerak setelah itu dan jelas kalau aku terlihat sedang memikirkan hal lain.

Pangeran Agnreandel menyentuh beberapa helai rambutku, lalu ia segera berdiri sehingga telapak tangannya bergesek lembut dengan rambutku. Aku pun kembali tersadar dari lamunan.

"Saya akan menemuimu nanti, Yu!" Sang Pangeran segera berbalik dan melangkah.

'Tidak perlu!' batinku berbicara. 'Padahal, ia baru berumur empatbelas tahun. Tapi, ia dengan mudahnya menggodaku. Pantesan saja kalau Viyuranessa yang sebelumnya rela mati demi pangeran ini. Aku harus lebih berhati-hati dengan perasaan ini!'

***

Langit biru sangat silau terlihat dengan matahari bersinar terang. Saat ini, aku dan adikku sedang berlatih menggunakan pedang di taman. Kami dilatih oleh seorang mantan kesatria yang di sewa oleh orang tua. Rambut kesatria itu sudah beruban dan wajahnya sudah berkerut. Sudah satu Minggu pria paruh baya itu mengajari kami. Saat ini, ia mengajak kami latihan sambil piknik di padang rumput luas yang ada beberapa pohon.

"Kalian berdua sangat hebat karena langsung menyerap semua teknik yang sudah kakek ajari!"

"Kakek Holbet juga sangat hebat dalam mengayunkan pedang! Whus, whus!" ucap adikku.

"Kamu juga Lady Viyuranessa! Kamu sudah bekerja keras!" Kakek itu seperti biasanya, ia sering menatap diriku dengan tatapan yang iba. Lalu, ia tersenyum lebar sambil mengusap ubun-ubunku. "Kamu bahkan bisa mengalahkan kakek dengan taktik cerdasmu!"

"Um! Terima kasih atas pujiannya, kakek Holbet!" Aku sedikit tersenyum. Namun, saat ku lihat tatapan kakek dan merasakan telapak tangannya yang menyentuh ubun-ubunku, aku tahu ia seperti berhati-hati terhadap memperlakukan ku seolah-olah tidak ingin menghancurkan gelas yang rapuh.

"Tetapi, lady Celzurunessi sangat terampil bahkan bisa terbang dengan menggunakan sihir apinya," ucap kakek Holbet.

"Ya, pastinya aku sangat terampil! Tapi, kak Yu yang mengatakan cara melakukannya!"

Adikku mengangkat tangan kanannya lurus ke depan tubuhnya. Ia membentuk jarinya seperti senapan hingga seperti ia ingin menembak.

"Aku bahkan bisa melakukan ini!" Zu mengaktifkan sihirnya dan ia mengumpulkan gumpalan api yang kecil di ujung jari telunjuknya. Lalu, tekanan di bola api kecil itu semakin besar sehingga bentuknya semakin kecil hingga dapat menyerap udara di sekitarnya karena tekanannya. Lalu, ia mengarahkannya ke sebuah pohon besar di samping kakek Holbet.

"Dor!" Celzuru melepaskan bola api itu ke tengah pohon itu. Bola itu bergerak sangat cepat sehingga kakek Holbet tidak dapat melihat lintasannya.

Duar!

Kakek itu tercengang melihat lubang besar di tengah pohon itu. Pohon tersebut mulai tumbang. Kakek Holbet mengucek matanya hingga menampar pipinya sendiri untuk berharap kembali sadar ke kenyataan.

"Itu bukan mimpi, kakek Holbet!" Ucapku dengan ekspresi datar. "Zu! Kamu tidak usah membuat kakek Holbet jantungan! Teknik itu pasti akan mengejutkan orang-orang! Kalau ada yang ada masalah dengan jantungnya itu bahaya, bodoh!"

"Te he'!" Celzuru malah terkekeh.

'Komandan! Apa kamu bisa lihat ini?!' batin kakek Holbet berbicara. Lalu ia memperhatikan sosokku yang sedang menghampiri adikku. 'Anak ini lebih diluar dugaan. Ia memang dibilang jenius. Tapi, ia sangat menakutkan!'

"Jangan khawatir, kakek Holbet! Nanti aku bisa ajari kakek!" ucap Zu sambil tersenyum lebar. "Dan tenang saja, kek! Kekuatan ini tidak akan kami salah gunakan! Ini untuk perlindungan! Dan..."

Celzurunessi Roseary menunjukkan wajahnya yang serius. Ia menancapkan pedang yang ia pegang ke tanah lalu ia menyentuh kedua pinggangnya sendiri dengan menegakkan tubuhnya.

"Apabila ada yang berani melawan keluarga kami bahkan kerajaan ini sendiri, aku tidak akan tinggal diam!" Adikku tersenyum dengan iris pink diamond yang tertampak sempurna.

Kakek Holbet pun tersenyum, "Ya kakek juga harap kerajaan tidak akan menggangu kalian! Dan kalian tahu juga tentang rumor putra mahkota yang sikapnya bisa dikatakan sangat kejam itu. Walaupun kalian mampu melawannya, jangan sampai mengorbankan orang lain!"

"Kakek Holbet memberi nasihat, wah!" Adikku malah memuji nasihat kakek Holbet. "Tapi tenang, kek! Hati Zu ini sangat rapuh hingga tidak akan mampu membunuh orang yang tidak bersalah!"

"He.. masa sih?" ucapku dengan ekspresi datar.

"Iya dong!" Ucap Zu dengan percaya diri. Aku dan kakek Holbet tersenyum.

Setelah itu, kami melakukan aktivitas lain seperti berlatih menari, berkuda dan kemudian berlatih piano hingga bernyanyi. Setelahnya, aku dan adikku menuju ruang pertemuan yang mana tamu akan menunggu kami disana.

Pangeran Agnreandel sering mengunjungi mansion ini hingga melakukan aktivitas bersama kami seperti berkuda, berpiknik hingga pergi mengunjungi suatu tempat. Saat aku bersamanya, selalu saja hormon adrenalinku tiba-tiba meningkat apalagi ia sering sengaja menggodaku. Tetapi, ia juga sering menjaga jarak dan hubungan kami hingga saat aku tersandung dan hampir terjatuh, ia tidak bertindak apapun dan hanya melihat dengan ekspresi yang dingin.

'Aku tidak mengerti jalan pikirannya?!' batinku saat kereta kuda kerajaan meninggalkan mansion ini.

"Sikapnya menggelikan, kapan ia berhenti datang kesini?!" ucap Celzuru dengan raut wajah yang kesal.

"Mungkin beberapa Minggu kedepan," ucapku dengan raut wajah yang murung.

***

Suatu malam hari, aku diam-diam ke luar mansion dengan sebuah jubah yang menutupi rambut dan tubuhku. Saat sudah berhasil mencapai gerbang, aku bergerak secepat kilat.

Saat Klea mengetuk pintu kamarku, ia tidak mendengar ada respon dari dalam.

"Permisi nona!" Klea pun memutuskan memasuki kamarku dengan membuka pintu secara perlahan. Saat tidak ada terlihat sosok ku di dalam kamar, ia pun menepuk jidatnya sendiri. Ia tersenyum kaku dan bergumam, "Nona Viyura pergi diam-diam, lagi!"

Celzuru yang ada di dekat Klea mengatakan, "Lagi?"

"Lady Viyura suka sekali pergi keluar diam-diam! Dan Lady sendiri yang menyuruhku untuk tidak melaporkan kepada Duke tentangnya pergi diam-diam."

"Oh gitu."

"Lady Celzuru sendiri kenapa ingin memanggil Lady Viyura?"

"Mau ngajak ke pesta ulang tahun temanku."

"Nanti saya saja menyampaikannya, Lady Celzuru! Jarang-jarang Lady Viyura pergi ke pesta undangan!"

'Itu karena Celzurunessi yang dulu selalu takut dengan kakaknya sendiri hingga tidak pernah mengajaknya ke pesta undangan. Dan karena itu Viyuranessa tidak pernah datang ke pesta apapun itu dikarenakan ia tidak memiliki teman sebayanya. Viyuranessa selalu diam dan sendiri, bahkan tidak ada yang mendukung dirinya saat terpuruk yang terutama sebagai teman bicara,' batin Celzuru.

_____

See U...

- This is My Story -

by: yukimA15

Related chapters

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Sixth Story: Di Ibukota

    Aku pergi ke ibu kota untuk pergi menjelajahi ibu kota. Di perjalan melintasi tengah kota yang tentunya banyak yang berlalu lalang di sekitarku. Semua hal menarik di sini aku hiraukan karena aku terus terbenam di pikiranku.'Kenapa di ingatan Viyuranessa hanya ada sosok pangeran itu, sih? Dan juga, ia hanya melihatnya dari jauh. Tidak ada percakapan dengannya, kecuali pertemuan mereka pertama kali. Tetapi, aku tidak tahu apa yang kami bicarakan.''Lalu... bukankah yang dilakukan Viyuranessa ini dinamakan stalker!''Mataku terbuka lebar disaat menyadari sesuatu, 'Apa jangan-jangan pangeran itu merasa terganggu karena sering diikuti, sehingga ia membencinya?!'Aku bergeleng, 'Tidak, ya enggak mungkinlah karena hal sepele itu! Ia juga tidak selalu menguntitnya, hanya saat ia pergi ke istana ataupun saat ia tidak sengaja melihatnya, pandangannya selalu memperhatikan Sang Pangeran.''Biasanya benci karena iri. Tapi di cerita itu, Viyuranessa tidak sangat berbakat dalam menggunakan sihir da

    Last Updated : 2022-11-19
  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Seventh Story: Nyawa yang Berharga

    "Bagaimana kalau bibi bekerja denganku saja?!"Mendengar penawaran ku, ia menyilang kan tangannya di depan dadanya. "Bekerja dengan mu?! Dunia orang dewasa bukan taman bermain, anak kecil!"Aku segera membuka tudung jubah yang ku kenakan sehingga ia bisa melihat warna dan iris mataku. Ia tersentak, kemudian tersenyum jahat. Bibi gemuk itu mengaktifkan sihirnya hingga tanah dibawahku naik dan menyelimuti tubuhku. Aku terperangkap oleh gundukan tanah padat tersebut.'Bodohkah dia!?' Rean tersenyum kaku. Ia berniat melangkah maju namun ia terhenti disaat melihat ekspresiku yang masih tenang."Menjadikan dirimu sandera, tentunya aku bisa dapat uang yang sangat banyak. Bukankah begitu, putri Duke Roseary!?" Ucap bibi itu."Yang aku tawarkan ratusan kali lipat dari harga yang anda pikirkan untuk menyandera ku! Dan aku akan membiayai perobatan suami anda dan jikalau suami anda sulit disembuhkan oleh dokter aku akan mencari cara untuk menyelamatkan suami anda, bibi!""Apa yang bisa dilakukan

    Last Updated : 2022-11-19
  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Eighth Story: Di Perkebunan Stroberi

    Saat kami akan pulang, Countess Vivicy Lobart mengatakan kepadaku,"Terima kasih banyak, Lady Viyuranessa! Saya sangat berterima kasih atas bantuannya! Padahal saya sangat hina di waktu itu dan pastinya saya akan dilihat sangat menjijikan! Tetapi hanya anda yang berbeda! Saya sungguh berterima kasih!"Aku menggelengkan kepala lalu mengatakan, "Saya yang harus berterima kasih, bibi Vivi! Anda mempercayai saya dan juga bersedia bekerja bersama saya!"Disaat aku dan bibi Vivi sedang berbincang, adikku menghampiri Rean dan mengatakan,"Sebenarnya, apa yang kamu inginkan dari kakakku?!"Rean mendengar pertanyaan Celzuru dan mencernanya. Ia sempat berpikir lalu ia tersenyum, "Aku ingin semua darinya, keberatan?!""Huh... kamu gila?" Rean segera berbalik menuju kereta kuda dan diikuti Rennel.***Beberapa minggu kemudian, aku sedang mengunjungi perkebunan Stroberi bersama dengan adikku dan juga tunanganku. Aku menahan topi besar yang menutupi kepalaku dengan tangan saat angin mencoba menerb

    Last Updated : 2022-11-19
  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Ninth Story: Penyelamat

    Rean masih memeluk pinggangku. Aku pun gugup dengan wajahku yang merona merah. Karena malu, aku segera mencoba menyingkirkan tangan Rean, tetapi ia terlalu kuat."Rean!" Aku memasang wajah kesal. "Lepaskan! Atau ku setrum?!!""Oh... Kamu berani mengancam pangeran kejam yang sering dibicarakan orang-orang."Mendengar kata kejam, aku segera menatap Rean dengan sedih, "Kamu bangga akan itu... Kamu tahu, Rean! Kekejaman hanya akan menjatuhkanmu!"Merasakan pegangan Rean yang melemah karena memikirkan balas dendamnya, aku segera melangkah ke samping. 'Seperti dirimu di dalam novel itu... Meskipun kamu berhasil melakukan balas dendammu kepadaku, Viyuranessa memiliki dukungan karena kebaikan hatinya bahkan keluarganya yang diakui banyak orang. Orang-orang itu pun membangkang dan melakukan kudeta untuk menjatuhkannya.'Aku segera melangkah kembali dan berhenti. Aku segera berbalik dan menghampiri Rean. Aku meraih tangan Rean dan menariknya untuk mengikuti langkahku. "Apa kamu lupa, Rean? Bu

    Last Updated : 2022-11-19
  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Tenth Story: Permulaan

    Aku meletakkan tiga buku tebal di atas meja dan menunjukkannya kepada Rean. "Ini beberapa buku yang sudah ku baca dan sudah disalin oleh sekretaris ayahku. Jadi, kamu dapat menyimpannya untukmu sendiri.""Baiklah, terima kasih!"Aku dapat melihat iris merah Rean yang penuh ambisi saat melihat-lihat isi buku tersebut."Sebenarnya masih banyak. Kalau sudah disalin, aku akan memberikannya padamu.""Baiklah! Akan ku tunggu!"Rean meletakkan buku yang ia pegang ke atas meja, lalu tatapannya menjadi serius menatapku."Sebelum itu, harus ku katakan. Sepertinya, aku tidak bisa sering berkunjung ke kediaman mu. Kamu tahu sebagai putra mahkota, ada banyak hal yang harus ku lakukan.""Ya aku tahu, aku tidak masalah untuk itu," ucapku dengan tersenyum, namun dibalik itu aku merasa sedih."Kamu bisa berkunjung ke istana, Yu!"Aku hanya mengangguk dengan sedih dan berpikir, 'Aku tidak ingin lebih dekat denganmu. Jadi, aku urungkan niat bertemu dengan mu di istana. Aku tidak ingin terjebak dengan ur

    Last Updated : 2022-11-19
  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Eleventh Story: Dunia Lain?

    "Permisi!" ucap orang yang memegang kotak musik itu."Maaf karena telah mengganggu jalan anda! Apa suara itu berasal dari kotak itu? Suaranya sangat indah!" ucap Celzuru."Iya," ucap orang itu. "Aku yang membuatnya." Dengan wajah tersipu, ia mengatakannya.Celzuru memegang kedua bahu orang itu, "Luar biasa! Bagaimana caramu bisa membuatnya?! Oh, namaku Celzuru! Namamu?""Croinel!" ucapnya."Croinel! Kakakku mencari orang berbakat sepertimu! Bagaimana kalau kamu menemuinya!?""Dengan senang hati! Tapi, orang-orang mengatakan kalau alat yang ku buat sangat meresahkan. Apa itu tidak apa-apa?""Tentu saja!" ucap Celzuru sambil tersenyum."Oi!" Pangeran Agnreandel menatap tajam Celzuru."Apa!?" ucap Celzuru."Apa yang akan dilakukan Yu kepada anak ini?""Bukan urusanmu!" ucap Celzuru.Pangeran Agnreandel menatap tajam Celzuru, "Tentu saja itu urusanku karena ia adalah tunanganku!""Kakakku tidak sebodoh yang kamu pikirkan!" ucap Celzuru yang segera menarik tangan Croinel untuk segera mengik

    Last Updated : 2022-11-19
  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Twelfth Story: Pelajaran

    Senrio dengan pakaian lengkap seorang kesatria sedang berpamitan dengan kedua saudarinya."Kak Sen pamit dulu, ya! Yu! Zu!" ucap Senrio sambil memeluk kedua adiknya."Iya, kak Sen! Hati-hati di jalan!" ucap Celzuru."Ini untuk kakak," ucapku sambil memberikan keranjang cantik yang berisi kue buatanku. "Dan.. Titip ini untuk pangeran Agnreandel!" Aku memberikan keranjang yang kedua."Untuk apa kak Yu membuatkan kue untuknya juga!? Lebih baik untukku saja!" ucap Celzuru."Tentu saja karena aku tunangannya! ... Aku hanya memberikan penghargaan karena ia telah berhasil mengatasi kasus penyakit itu."'Aku sangat senang hasil pemikiranku ini direalisasikan olehnya,' pikirku."Padahal, sebulan terakhir ini ia tidak menemui kakak," ucap Celzuru."Apa salahnya juga berbuat baik?" Aku tersenyum. "Dan anggap saja ucapan terima kasih karena sudah bersedia mengajak kita ke perkebunan kerajaan."Senrio hanya memandangi wajahku yang terlihat tulus. "Sepertinya, kamu sangat menyukainya, Yu!""Tentu

    Last Updated : 2022-12-19
  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Thirteenth Story: Hari Pertama

    "Heldrik Verk! Aku tidak segan keliling restoran ini untuk mencarimu, kamu malah bicara dengan seorang rakyat jelata!""Kak Genisya... Itu maaf, aku tadi tersesat!""Kenapa sih restoran yang baru mendapatkan bintang lima, malah ada rakyat jelata. Mengotori pemandangan saja! Nafsu makan ku bisa saja berkurang."Aku berpikir, 'Genisya Verk... Warna rambut yang sama dengan Heldrik dan mata Jingga Berliannya, itu pastinya dia. ia adalah putri Duke Verk. Ia pastinya tidak menyukai Viyuranessa karena ia merasa kalah saing mengenai status tunangan putra mahkota.'"Siapa anda?!" Ia melirik ku dengan tatapan sinis. Ia memperhatikan wajahku dan ia sadar akan identitasku. "Owh, owh, owh! Apakah anda Viyuranessa Roseary?"Aku menurunkan kain jubah di atas kepalaku hingga menutup poniku."Apa-apaan pakaian itu? Anda seperti rakyat jelata! Apakah anda tidak malu meyandang status tunangan putra mahkota?!""Maaf anda salah orang!" Aku segera menghilang dari hadapannya dengan sihir listrik ku. Karena

    Last Updated : 2022-12-19

Latest chapter

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    159th Story: Lebih Terbuka

    "Hei, Rean! Kencan kita batal!" "Hah!? Oi, kenapa, Yu!?" Pria berstatus Putra Mahkota kerajaan Diamondver tersebut spontan memucat hanya karena kalimat tersebut. "Malezz, mau tidur! Sampai jumpa nanti!" Aku segera melangkah maju sehingga para Lady yang berada di hadapanku dengan senang hati bergeser kesamping untuk menyediakan jalan untukku lewat. Mereka segera menutupi jalan tersebut dan bersemangat lebih mendekat ke sosok pria itu. "Kalau begitu, kenapa anda tidak kencan saja dengan kami, Yang Mulia!?" "Lupakan saja wanita kasar itu!" "Iya! Ia sangat kejam, tidak cocok untuk menjadi permaisuri anda!" Rean yang sebelumnya masih shock, spontan berubah menunjukkan ekspresi wajahnya yang penuh intimidasi. "Kalian sangat berisik! Aku tidak peduli dengan kalian, yang ku inginkan hanya Viyuranessa Roseary! Dan, menyingkirlah!" Para Lady bersikeras tidak memberikan jalan. Dengan sihirnya, Rean membuat jalannya sendiri. Ia melangkah di jalan sama yang telah ku lewati. Aku

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    158th Story: Menjadi Kejam

    Zennofer turun dari ketinggian dan mengejutkan Riliana dan Celzuru di depan gerbang. "Gwaakhh!!!" "Maaf mengagetkanmu." Zennofer meminta maaf dengan gerakan formal. Celzuru memperhatikan pria yang belum pernah ia lihat itu, namun ia merasa kalau ia mengenalnya. "Ooooh! Hoi! Kamu! Apa kamu itu Zennofer?" "Siapa?" Zennofer terheran. "Aku adik kak Yu!" "Yu? Siapa itu?" "Itu! Aku Celzurunessi Roseary! Kakakku sudah menceritakan tentang kamu!" "Ooh!" Zennofer menjadi lebih bersemangat. "Kamu tahu tentangku!?" Zennofer di kejauhan melihat Ella sedang menghampiri Celzuru. Zennofer segera melarikan diri dengan kecepatan tinggi. "Kita bicara saja nanti, sampai jumpa adiknya Viyuranessa!" "Woi! Malah pergi.""Siapa yang kamu maksud, Zu?" Ella sudah tepat berada di belakang Celzuru."Kenalan kak Yu dari Lezarion." Saat itu Celzuru berpikir, 'Sepertinya kak Yu tidak ingin keluarga Kerajaan tahu tentangnya. Apalagi dia pembunuh salah satu keluarga mereka.'"Dia tiba-tiba m

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    157th Story: Turnamen

    "Lihatlah Lady Jenius itu, adiknya lebih berkarisma." "Lihatlah Lady Jenius itu hanya diam saja, apakah ia tidak bisa menari? Hem, bukankah tentunya pria mana yang ingin mengajaknya menari?" "Lihatlah Lady Jenius itu, gaun yang ia gunakan sama seperti yang ia gunakan pesta dansa kemarin. Apakah ia tidak memiliki banyak gaun sehingga menggunakan gaun usang itu lagi?" *** Saat aku masih kecil, aku pernah di kerumun oleh banyak lady seumuran denganku, mereka tidak henti mengatakan banyak kata hina yang membuatku kesal. "Lady Jenius! Kamu itu tidak berguna sebagai wanita bangsawan! Apa itu dengan gaunmu itu!? Usang!" "Betul itu! Contohkan saja adikmu itu! Lihatlah mana yang lebih baik! Bukankah lebih baik kamu menjadi rakyat jelata saja? Hahahaha!" "Setiap pesta menggunakan pakaian ini terus. Bukankah keluargamu kaya? Adikmu bahkan selalu memakai pakaian model bagus dan terbaru." "Bukankah Lady Jenius sama sekali tidak dicintai keluarganya?" "Hahahaha!" Mereka tertawa. Melihat me

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    156th Story: Kelemahan

    "Oh, itu benda yang kamu maksud. Aku juga baru kali ini melihatnya secara langsung.""Aku sudah meminta Derald melakukan penelitian yang berhubungan dengan hal ini.""Kamu sudah memikirkan hal itu? Aku pernah memberi saran tentang hal ini kepada Raja. Sepertinya, mereka sulit memahaminya.""Aku sudah membaca semua saran yang kamu tuliskan kepada ayahku sebelumnya. Aku akan merealisasikan semuanya. Karena itu... Bukankah kamu seharusnya lebih mengandalkan diriku daripada mereka?" Rean menunjukkan seringai yang seolah-olah mengejek keputusanku yang sering mengandalkan orang lain dibandingkan dirinya. Aku segera mengalihkan arah pandangan."Ya, bagaimana lagi? Kamu itu terlalu sulit didekati! Jalan pikiranmu itu sulit diprediksi," ucapku sambil membuang muka.Wajahku kembali datar. Aku terdiam dan berpikir, 'Ia akan merealisasikan semua yang ku pikirkan... Aku merasa senang.'Ia tercengang melihat raut wajahku yang berubah. Dari tanpa ekspresi menjadi bersemangat bahkan dihiasi dengan s

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    155th Story: Mata-mata

    Aku segera berbalik dan melangkah pelan menuju ranjang. Suasana sunyi ini hanya terdengar langkah pelan kakiku.'Aku tidak seharusnya mengganggunya. Tapi setidaknya, aku berharap bisa meringankan bebannya.''Aku juga tidak bisa memintanya ikut serta dalam hal ini... Dan masalah yang belum usai ini, aku akan mengandalkan diriku sendiri dan ada beberapa orang yang ku percayai. Aku tidak sendirian di kesempatan yang ia berikan ini!''Ia cukup melangkah di jalannya tanpa memperhatikan diriku.'Saat Rean melihatku, ia tersentak saat melihatku terdiam, sedikit murung dan hanya tenggelam di pikiranku.Ia berpikir, 'Heh!? Apa yang membuatnya murung? Apakah ada kesalahan kata yang ku ucapkan? ...' Rean tersenyum kaku saat menyadari suatu hal.'Oh! Bukankah barusan aku menolak permintaannya?'Aku terheran saat aliran angin mulai mengelilingi tubuhku. Aku terangkat ke udara dan melayang hingga aku terduduk di sofa. "Kamu di sini saja, Yu!"Aku mengerutkan dahiku. 'Apa sih yang ia mau!?'Menghel

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    154th Story: Perdebatan

    "Aku masih belum kalah, Rean!"Dengan kekuatan sihir listrikku, aku menyambung serpihan pedang yang hancur hingga pedang tersambung kembali dan utuh. Semua orang tercengang dengan hal tersebut termasuk dirinya. Aku berhasil menahan serangannya.Rean menyeringai. "Hee..."Aku memperketat ikatan molekul pedangku, ujung pedangnya yang memberikan tekanan yang kuat tidak mampu membuat pedangku hancur kembali. Ia semakin memberikan tekanan yang kuat hingga pedangnya yang hancur."...!?" Mata merahnya sedikit lebih terbuka."Rean bodoh!"Rean pastinya kalah saat ujung pedang yang ku pegang ini hampir mengenai lehernya. Ia mengangkat kedua tangannya sebagai tanda kekalahannya "Haha! A, aku menang!" Aku tersenyum lebar dengan nafas yang masih ngos-ngosan."Ya, aku kalah... Selanjutnya, aku tidak akan kalah.""Lagipula ini hanya pertandingan bersyarat.""Tapi, tetap saja aku kalah.""Padahal kamu bisa menghancurkan pedangku jika pedangmu itu dialiri bor angin misalnya. Kamu saja yang lambat men

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    153rd Story: Pelatihan

    Di koridor istana yang tentunya sangat luas dan panjang, aku berjalan dengan langkah kaki yang cepat. Rean menyamankan langkah kakinya di belakangku."Menyebalkan! Bisakah kamu tidak mempermalukanku!?""Aku hanya mau melihat ekspresi wajahmu yang lucu itu seratus persen. Itu sangat manis, Yu!""Huh!!?" Aku merasa semakin malu hingga langkah kakiku jadi semakin cepat. Rean terkekeh dan kemudian tertawa. "Hahahaha...""Jangan menertawaiku! Menyebalkan! Sana kembali melakukan pekerjaanmu!""Tidak mau..."Saat akan berbelok, aku hampir tertabrak dengan seorang pria berambut pirang. Untungnya aku sudah berhenti melangkah."Nean?""Selamat siang, Putri Mahkota!""Bisakah kamu memanggilku seperti biasanya? Kita tidak dalam kegiatan formal sekarang."Aku melihat senyuman tipis dari Nean. Ia mengatakan, "Ya. Aku hanya ingin mencoba memanggilmu dengan gelar itu."Aku dengan bersemangat menepuk-nepuk bahu Nean. "Haha! Kamu nanti bahkan akan memanggilku kakak ipar! Aku jadi kakakmu, padahal umur

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    152nd Story: Buku Diary

    'Hentikan aku, Viyuranessa!'***Aku dan Rean telah tiba di istana. Rean meletakkan tubuhku ke ranjang dengan hati-hati. Ia duduk di sebelahku dan mengusap wajahku yang mana saat itu aku sedang tertidur pulas."Aku akan mengerahkan semua kemampuanku demi dirimu, Yu...""Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.""Aku akan menghancurkan belenggu-belenggu itu!"Ia mengambil beberapa helai rambut perak kebiruanku dan mengecupnya. Ia menyeringai yang menunjukkan raut wajahnya yang sangat bersemangat saat ia berpikir ia memenangkan dalam keberhasilannya memiliki diriku.Ia keluar dari kamarnya untuk menemui Rennel. Mereka membicarakan banyak hal hingga Rennel mengatakan informasi penting kepada Rean."Ada kabar penting dari Paduka Raja Leondeandel. Ia ingin segera mengatakan langsung kepada anda, Yang Mulia."Aku tidur semalaman. Aku terbangun saat fajar. Aku memperhatikan pakaianku sudah berganti menjadi pak

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    151st Story: Tidak Ingin Melepaskan Diriku

    Mendengar semua cerita yang diucapkan dari mulutnya, aku terdiam. Saat itu, aku menundukkan kepalaku sambil mengambil ikan yang telah matang dipanggang. Suasana canggung saat kami memakan ikan tersebut karena tentunya aku terdiam meskipun pandangannya tidak lepas dari diriku.Aku berpikir, 'Setelah tahu semuanya, aku jadi bingung harus melakukan apa...''Ia benar-benar mencintaiku...''Aku jadi merasa bersalah karena tidak menyadari perasaannya padaku. Aku malah selalu kabur, mau berapa kali pun ruang dan waktu berganti, aku masih tidak berubah!''Apakah aku harus tetap seperti ini!?''Kalau ia memang benar-benar menginginkan diriku. Bagaimana bisa aku menolak keinginannya yang bahkan merupakan harapanku selama ini?Setelah perutku merasa cukup, aku segera berdiri. Aku melangkah dan berdiri tegak di dekat sungai. Aku segera melepaskan gaunku dan menyisakan pakaian dalamku. Rean hanya terkejut kenapa aku tiba-tiba melepaskan pakaianku.Aku segera nyebur ke

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status