Vero melambai-lambaikan tangannya. Ia meneriakan nama Mischa berulang kali, “Mis! Ini gue bilang cut-nya berapa menit lagi?!” Serunya bertanya mengira jika apa yang Mischa lakukan kali ini akting belaka.Vero kira Mischa tak mungkin seserius itu menceraikan wanita yang baru beberapa hari ia nikahi. Terlebih mengingat perjuangan sang sahabat dalam menyakinkan dirinya jika ia bisa mempercayai Mischa— memberikan adiknya kepada laki-laki yang tepat.“Mis.. Mischaaa!”“Ver! Mischa serius.. Dia udah nyerah sama Valley. Aku kenal banget Mischa.” Ujar Stefany menyadarkan Vero dari keadaan yang dirinya pikir sedang di setting layaknya variety show.“What Mami?! Bilang ke Papi kalau ini nggak mungkin. Dia barusan tadi,” tangan Vero menunjuk pada posisi Mischa tadi, lalu pada dirinya sendiri seperti orang linglung, “bercandaan dia aja kan?! Ayolah Mi! Dia cinta banget sama Valley. Papi tau sendiri gimana senengnya Mischa abis ijab qobul kemaren!”Tak ada lagi yang bisa Stefany jelaskan. Mischa t
Vero mengintip manusia-manusia di dalam kamar yang pintunya tidak di kunci. Saking asiknya berperang mulut– berteriak satu sama lain maksudnya, bukan aksi cium-mencium sampai ludah mereka bertemu lalu membentuk suara bergeluguk akibat pertukaran air liur.. Sekali lagi bukan! Ini perang sungguhan. Bersama Sitai, Vero berlagak layaknya maling yang terlatih. Stefany tidak mau diajak sebagai mata-mata. ‘Kadung malas,’ katanya. Apalah arti kata kadung itu, Vero juga tak mengerti. Jiwa keponya sedang meraung-raung ingin segera dituntaskan. Alhasil ia menggandeng asisten rumah tangga andalan sebagai partner in crime-nya. “Mas Ver.. Mas Valery tadi kayak nggak cinta sama Mas Mischa!” bisik Siti. “Sitai.. Vallery cewek. Kenapa lo panggil Mas adek gue?” Diakhiri dengan ber-hah-nya, Vero melayangkan protesan. Setahunya adiknya setiap pergi ke Thailand tidak untuk pernak jenis kelaminnya. Wanita itu pergi menghamburkan uang orang tuanya. Berbelanja sesuka hati namun tetap saja melupakan oleh-o
Merlliana Husodo sudah ditangani orang yang tepat– Suaminya, tentu saja. Hanya Daddy Vero itu yang bisa meredakan ledakan di dalam hati Mellia. Setelah sempat menyeret dan memukuli Vallery, Mellia diungsikan untuk sementara waktu ke rumah orang tuanya.Ramai sekali tadi, Vero saja ingin menyewa tukang topeng monyet untuk memeriahkan pertunjukan yang sedang berlangsung. Selain itu Vero juga ingin memanggil beberapa penjaja makanan pinggir jalan agar tontonannya lebih seru. Ya mau bagaimana lagi, habisnya Vero kira ada pasar malam makanya ramai sekali keadaan di rumah. "Mama nggak apa kita tetep disini?!" tanya Mischa. Pasalnya ibu mertuanya mengamuk seperti kesurupan reog, dan mereka justru bersantai menikmati indahnya langit sore."Tetap tenang. Jaga kewarasan." seru Vero sembari mengibaskan sebatang rokok– kesenangan para pria ketika kepala serasa dihajar ribuan janda.“Udud dulu Pak. Biar enteng otaknya.” Vero telah mendapatkan izin dari Nyonya Besar untuk mengkonsumsi lintingan n
“Lari buruan!” Vero melambai-lambaikan tangannya, meminta agar Justine segera memposisikan diri sedekat mungkin dengannya. Pria muda beranak kembar itu lalu terkikik, kembali mengingat akan betapa bersihnya otak Mischa dari debu-debu kejahilan manusia. “Tin!” panggil Vero lagi.“Ya ampun! Bentar kenapa sih, Ibab!” Sahut Justine yang kini sedang membuka pintu tengah BMW miliknya, “gue ngambil harta berharga kita dulu. Traktiran dari bini gue ini!”Justine mengeluarkan dua botol whisky dengan brand berbeda. Menentangnya di kedua tangannya, lalu berbalik dan menutup pintu mobil menggunakan sneakersnya. “Klinting-klinting!” ucap Justine menirukan suara pertemuan dua benda pecah belah yang saling dipertemukan.“Pesta sore ini!” girangnya tak kalah meriah dari Vero setelah mandat menghibur Mischa turun dari bibir Stefany.“Bini lo tadi calling Cla, terus katanya gue suruh bawa ini ke sini buat kita happy-happy.” Justine memberitahukan alasannya menghubungi Vero tadi. “Lo nggak ada keliat
“Ver, gue balik deh. Takut makin nggak bisa nyetir!”Justine bangkit, berdiri. Ia berpegangan pada pinggiran meja sembari mengerjapkan matanya berulang kali. Mencoba mencuri kesadaran yang lamat-lamat semakin menipis, sebenarnya. “Cupu!” ejek Vero sembari berpegangan pada botol ke enam yang ingin ia buka malam ini. Setelah botol ke dua dari Clara tandas, Vero yang merasa mereka masih kuat minum kecuali Mischa masuk ke dalam rumah. Mengambil empat tambahan lagi.‘Sekalian nge-chill kita! Udah lama banget after Axe minggat ngobatin patah hatinya,’ begitu buaian iblis bernama lengkap Alvero Husodo itu. Alhasil, Justine dan Axel tetap singgah. Membiarkan Mischa yang kepanasan untuk berendam di kamar mandi, 'katanya.' “Gue nggak bawa supir, Hina Dina! Berani lo ngadepin bini gue kalau ada apa-apa?!” tanya Justine, menanyakan kesiapan Vero ketika harus menghadapi istrinya. Ini saja sudah lewat dari jam yang diberikan Clara. Justine tak mau ambil resiko dengan bobok bersama nyamuk-nyamuk d
“Seger banget perasaan muka, Bos?!” Tubuh Mischa meloncat– saking kagetnya dengan suara yang menghadang di anak tangga paling bawah rumah mertuanya. Ia sedang mengatur jadwal meeting Vero. Akibat kelalaiannya, Vero sampai ikut tak bangun menghadiri pertemuan lumayan penting tersebut. “Abis ena-ena ya semalem?” “Nggak usah ceng-cengin Mischa! Semalem kamu juga dapet!” dari arah belakang, Stefany yang mendorong kereta bayi menyela, membuat Vero mencebikkan bibirnya. Tidak ada Mommy-nya, tetap saja ada manusia yang mengganggu kesenangannya.“Jangan gantiin posisi Mommy ya, Mami!” kesal Vero. Ia mengekor dibelakang Stefany sebelum kembali membalikkan tubuh untuk menghadap Mischa.“Gue potong gaji lo!” ujar Vero. “Daddy telepon tadi.. Dia ngamuk-ngamuk karena kita nggak ngabarin dia tentang pertemuan pagi ini!”Vero lantas melangkah riang. Ia akan mengalihkan gaji Mischa ke rekening pribadinya. Tinggal bilang saja ke bagian akunting jika Mischa harus membayar hutang kepadanya. Semua ber
Vero mengheboh. Hari dimana ia harus menghadiri hari bahagia Mischa dan Vallery membuatnya menjadi orang yang paling rempong dari semua keluarga yang ada. Tugasnya untuk menjemput orang tua Mischa di bandara saja ia alihkan kepada papa mertuanya. Benar-benar menantu kurang ajar.Orang tua Mischa juga cukup rusuh. Mereka tidak mau tinggal di Jakarta– takut merepotkan katanya. Padahal untuk acara resepsi anak dan menantunya mereka harus berdandan beberapa jam. Sebelumnya Vero juga meminta bantuan kepada Justine, tapi laki-laki itu berkata istrinya tak kalah heboh dalam urusan berdandan.Alhasil, Papa Stefany saja yang melesat. Meski terkesan ogah-ogahan, pria itu sudah berdiam di hotel yang mereka jadikan tempat perhelatan akbar. Membawa serta orang tua dan saudara-saudara Mischa dari kampung halaman. Prosesi resepsi sengaja Mellia ajukan akibat tragedi selingkuhnya sang putri. Dari sekian banyak gen Haryo dan Husodo, mengapa sifat setia tak menurun pada diri putrinya. Mellia juga sem
Vero the Khacung— begitulah sebutan Vero pada mala mini. Lebih tepatnya semua laki-laki Husodo Family milik Ray. Saturday Night merupakan hari paling sial bagi para pria di keluarga itu, khususnya Vero. Semua makhluk berbatang kecuali Jessen dan Mian tersebut diminta untuk menuruti semua permintaan wanita-wanita mereka. Seluruhnya tanpa terkecuali meski harga yang ditaksir bisa membeli satu unit apartemen di bilangan Sudirman.Naasnya— seluruh tagihan itu harus ditanggung Vero. Dua pria dewasa lain hanya bertugas membawakan barang belanjaan, sedangkan Vero mendorong kereta bayi anak-anaknya dan mengeluarkan banyak uang untuk hal tersebut.Bukan tanpa alasan Vero mendadak menjadi sugar daddy paksaan istri, mommy dan adiknya. Mereka bertiga sedang menghukum Vero. Pasalnya akibat kerabat dan mertua Vero, resepsi Vallery berubah menjadi acara super alay menurut mereka berdua— Vallery dan Mellia. Kalau Stefany jelas tengah melancarkan dendam kesumatnya karena dua hari lalu mendapatkan temp