Merlliana Husodo sudah ditangani orang yang tepat– Suaminya, tentu saja. Hanya Daddy Vero itu yang bisa meredakan ledakan di dalam hati Mellia. Setelah sempat menyeret dan memukuli Vallery, Mellia diungsikan untuk sementara waktu ke rumah orang tuanya.Ramai sekali tadi, Vero saja ingin menyewa tukang topeng monyet untuk memeriahkan pertunjukan yang sedang berlangsung. Selain itu Vero juga ingin memanggil beberapa penjaja makanan pinggir jalan agar tontonannya lebih seru. Ya mau bagaimana lagi, habisnya Vero kira ada pasar malam makanya ramai sekali keadaan di rumah. "Mama nggak apa kita tetep disini?!" tanya Mischa. Pasalnya ibu mertuanya mengamuk seperti kesurupan reog, dan mereka justru bersantai menikmati indahnya langit sore."Tetap tenang. Jaga kewarasan." seru Vero sembari mengibaskan sebatang rokok– kesenangan para pria ketika kepala serasa dihajar ribuan janda.“Udud dulu Pak. Biar enteng otaknya.” Vero telah mendapatkan izin dari Nyonya Besar untuk mengkonsumsi lintingan n
“Lari buruan!” Vero melambai-lambaikan tangannya, meminta agar Justine segera memposisikan diri sedekat mungkin dengannya. Pria muda beranak kembar itu lalu terkikik, kembali mengingat akan betapa bersihnya otak Mischa dari debu-debu kejahilan manusia. “Tin!” panggil Vero lagi.“Ya ampun! Bentar kenapa sih, Ibab!” Sahut Justine yang kini sedang membuka pintu tengah BMW miliknya, “gue ngambil harta berharga kita dulu. Traktiran dari bini gue ini!”Justine mengeluarkan dua botol whisky dengan brand berbeda. Menentangnya di kedua tangannya, lalu berbalik dan menutup pintu mobil menggunakan sneakersnya. “Klinting-klinting!” ucap Justine menirukan suara pertemuan dua benda pecah belah yang saling dipertemukan.“Pesta sore ini!” girangnya tak kalah meriah dari Vero setelah mandat menghibur Mischa turun dari bibir Stefany.“Bini lo tadi calling Cla, terus katanya gue suruh bawa ini ke sini buat kita happy-happy.” Justine memberitahukan alasannya menghubungi Vero tadi. “Lo nggak ada keliat
“Ver, gue balik deh. Takut makin nggak bisa nyetir!”Justine bangkit, berdiri. Ia berpegangan pada pinggiran meja sembari mengerjapkan matanya berulang kali. Mencoba mencuri kesadaran yang lamat-lamat semakin menipis, sebenarnya. “Cupu!” ejek Vero sembari berpegangan pada botol ke enam yang ingin ia buka malam ini. Setelah botol ke dua dari Clara tandas, Vero yang merasa mereka masih kuat minum kecuali Mischa masuk ke dalam rumah. Mengambil empat tambahan lagi.‘Sekalian nge-chill kita! Udah lama banget after Axe minggat ngobatin patah hatinya,’ begitu buaian iblis bernama lengkap Alvero Husodo itu. Alhasil, Justine dan Axel tetap singgah. Membiarkan Mischa yang kepanasan untuk berendam di kamar mandi, 'katanya.' “Gue nggak bawa supir, Hina Dina! Berani lo ngadepin bini gue kalau ada apa-apa?!” tanya Justine, menanyakan kesiapan Vero ketika harus menghadapi istrinya. Ini saja sudah lewat dari jam yang diberikan Clara. Justine tak mau ambil resiko dengan bobok bersama nyamuk-nyamuk d
“Seger banget perasaan muka, Bos?!” Tubuh Mischa meloncat– saking kagetnya dengan suara yang menghadang di anak tangga paling bawah rumah mertuanya. Ia sedang mengatur jadwal meeting Vero. Akibat kelalaiannya, Vero sampai ikut tak bangun menghadiri pertemuan lumayan penting tersebut. “Abis ena-ena ya semalem?” “Nggak usah ceng-cengin Mischa! Semalem kamu juga dapet!” dari arah belakang, Stefany yang mendorong kereta bayi menyela, membuat Vero mencebikkan bibirnya. Tidak ada Mommy-nya, tetap saja ada manusia yang mengganggu kesenangannya.“Jangan gantiin posisi Mommy ya, Mami!” kesal Vero. Ia mengekor dibelakang Stefany sebelum kembali membalikkan tubuh untuk menghadap Mischa.“Gue potong gaji lo!” ujar Vero. “Daddy telepon tadi.. Dia ngamuk-ngamuk karena kita nggak ngabarin dia tentang pertemuan pagi ini!”Vero lantas melangkah riang. Ia akan mengalihkan gaji Mischa ke rekening pribadinya. Tinggal bilang saja ke bagian akunting jika Mischa harus membayar hutang kepadanya. Semua ber
Vero mengheboh. Hari dimana ia harus menghadiri hari bahagia Mischa dan Vallery membuatnya menjadi orang yang paling rempong dari semua keluarga yang ada. Tugasnya untuk menjemput orang tua Mischa di bandara saja ia alihkan kepada papa mertuanya. Benar-benar menantu kurang ajar.Orang tua Mischa juga cukup rusuh. Mereka tidak mau tinggal di Jakarta– takut merepotkan katanya. Padahal untuk acara resepsi anak dan menantunya mereka harus berdandan beberapa jam. Sebelumnya Vero juga meminta bantuan kepada Justine, tapi laki-laki itu berkata istrinya tak kalah heboh dalam urusan berdandan.Alhasil, Papa Stefany saja yang melesat. Meski terkesan ogah-ogahan, pria itu sudah berdiam di hotel yang mereka jadikan tempat perhelatan akbar. Membawa serta orang tua dan saudara-saudara Mischa dari kampung halaman. Prosesi resepsi sengaja Mellia ajukan akibat tragedi selingkuhnya sang putri. Dari sekian banyak gen Haryo dan Husodo, mengapa sifat setia tak menurun pada diri putrinya. Mellia juga sem
Vero the Khacung— begitulah sebutan Vero pada mala mini. Lebih tepatnya semua laki-laki Husodo Family milik Ray. Saturday Night merupakan hari paling sial bagi para pria di keluarga itu, khususnya Vero. Semua makhluk berbatang kecuali Jessen dan Mian tersebut diminta untuk menuruti semua permintaan wanita-wanita mereka. Seluruhnya tanpa terkecuali meski harga yang ditaksir bisa membeli satu unit apartemen di bilangan Sudirman.Naasnya— seluruh tagihan itu harus ditanggung Vero. Dua pria dewasa lain hanya bertugas membawakan barang belanjaan, sedangkan Vero mendorong kereta bayi anak-anaknya dan mengeluarkan banyak uang untuk hal tersebut.Bukan tanpa alasan Vero mendadak menjadi sugar daddy paksaan istri, mommy dan adiknya. Mereka bertiga sedang menghukum Vero. Pasalnya akibat kerabat dan mertua Vero, resepsi Vallery berubah menjadi acara super alay menurut mereka berdua— Vallery dan Mellia. Kalau Stefany jelas tengah melancarkan dendam kesumatnya karena dua hari lalu mendapatkan temp
“Berkas sama yang kemarin diajuin ke saya mana Mis?” Vero membenarkan kacamata minus yang bertengger di hidungnya. Sebulan penuh ia telah bergelut dengan pekerjaan. Vero benar-benar menyibukan dirinya mengurusi seluruh proyek agar cepat terselesaikan. Dari sana nanti, ia akan mendapatkan pundi-pundi tambahan untuk membayar hutangnya pada Clara. Ray Husodo pembohong!Daddynya bahkan sampai saat ini belum membantunya satu rupiah pun. Pria itu mendustai perkataannya. Jadilah ia berambisi sendiri. Menghajar tenaga Mischa untuk ikut serta hidup memprihatinkan seperti dirinya. “Ini Pak..” Mischa menyerahkan berkas yang Vero minta. Meletakkannya di atas tumpukan map lainnya. Ia meringis. Sebelum bertanya, “kita lembur lagi, Pak?” “Kalau kamu mau pulang, ya silahkan! Tapi gaji kamu saya potong!” Mischa mendesah. Bahu-bahunya melorot. “Ver.. Lo nggak capek?!” jam kerja sudah usai dua jam yang lalu, Mischa tak perlu lagi bersikap profesional dengan memanggil kakak iparnya, ‘Pak,’ seperti p
“Mi.. Mami! Si Jessen ilang!” Vero heboh di pagi hari. Pria yang tenggelam dalam pekerjaan itu memang pantas disebut sebagai ayah yang tidak bertanggung jawab. Bisa-bisa pria itu kehilangan anak mereka, padahal baru saja bermain bersama di ruang keluarga. “Kok bisa sih, Papi?!” heran Stefany. Mata Stefany mengerjap berulang kali. Jangan-jangan, efek bekerja terlalu menggebu membuat daya ingat Vero melemah.“Papi lupa naroh Jessen kali! Coba diinget-inget anaknya ditaroh mana sama Papi!” Vero terbelalak, ia menyentak Stefany.“Mami kira Jessen barang apa! yang bener dong bahasanya kalau sama anak!” amuk Vero. Menurut Vero, bahasa yang Stefany gunakan salah atau mungkin memang moodnya saja yang sedang tak biasa pagi ini sehingga meributkan hal kecil. Di dalam gendongan Stefany, Mian menatap sang papi dengan sorot tajam. Mata kecilnya membola seolah memarahi laki-laki itu. ‘Ya Tuhan, baru sebulan aja anak gue udah nunjukin keberpihakannya. Gimana kalau udah gede, baru ngajuin protes
Blitz kamera para wartawan langsung bermunculan menyambut kedatangan tiga keluarga besar yang memasuki ballroom hotel milik salah satunya. Para wartawan seakan berlomba untuk mengambil gambar dari tempat mereka. Mengabadikan sebanyak-banyaknya momen langka yang baru saja tercipta.Husodo, Darmawan dan Dirgantara– Ketiga nama itu terlalu besar untuk dilewatkan. Kapan lagi mereka bisa menangkap dalam satu acara yang memang ditujukan untuk ketiganya.Malam ini, pesta akbar digelar untuk memperkenalkan pasangan muda yang resmi bergabung pada ketiganya. Memamerkan ikatan erat yang terjalin tidak hanya sebagai rekanan semata, melainkan sebagai keluarga besar utuh yang kelak tak dapat dipisahkan oleh apapun– termasuk itu maut. Katakanlah, Husodo pemenang dari segalanya. Keluarga bertamengkan baja berlapiskan emas tersebut mendapatkan menantu spektakuler– berasalkan putri-putri yang kekayaannya bahkan sebanding dengan milik mereka. Ini merupakan durian runtuh yang nilainya tidak terkira mesk
“Anak kesayangan Papa, mentang-mentang udah jadi bagian Husodo nggak pernah sekali-kalinya nengokin!” Melihat Princess berada di ruang keluarga rumahnya– Justine yang baru saja pulang dari kantor langsung melancarkan sindiran keras. Sebagai ayah, hatinya terluka. Putrinya seakan lupa jika dia memiliki orang tua setelah menikah. Jujur Justin kecewa, tapi dirinya juga tak dapat melakukan apa-apa. Jika saja bisa– Justine ingin protes. Menggerakkan massa untuk demo besar-besaran di depan rumah Vero. Berorasi agar Keluarga Husodo mau mengembalikan putri kesayangannya. Terdengar gila memang– Namun begitulah adanya. Justine ingin membuat keributan supaya putrinya di depak dan kembali padanya. Ia belum siap kehilangan Princess. Rasanya baru kemarin putrinya terlahir ke dunia.Seharusnya Justine telah terbiasa dengan alpanya Princess dari kehidupannya. Hampir empat tahun lamanya Princess tinggal memisahkan diri, memilih apartemen sebagai tempat bernaung. Namun kini kasusnya berbeda. Raga dan
“Jesseeeen!! Musuh bebuyutan gue!!” Mian berjalan cepat, ia menangkap pergelangan tangan Princess. “You are a pregnant woman! Nggak usah lari-lari. Jessen nggak akan kemana-mana!” Peringat Mian dengan wajahnya yang memerah.“Sorry..” Lirih Princess– menyesal karena tak mengingat keadaannya. “Thank you for reminding me, Buy.”“It’s okay. Jangan diulangi. Sini gandengan aja turunnya.” Mian menyatukan tangan mereka dalam genggaman. Ia tidak bisa memarahi Princess karena istrinya terlalu excited setelah bangun tidur. Ketika pertama kali membuka mata– Princess mencari-cari adiknya. Mungkin efek pemberitaan yang Oma Buyutnya sampaikan. Semalam Princess dan Marchellia diantarkan langsung oleh Marchellino. Keduanya terlelap begitu damai, sampai-sampai tak terusik pada pergerakannya dengan Jessen yang memindahkan tubuh mereka.“Sarapan Ces.. Papi denger kamu hari ini ada jadwal bimbingan? Isi tenaga dulu.” Ucap Vero sembari memindahkan sayuran ke piring Marchellia, “harus dimakan. Untuk keseh
Sudah diputuskan, lima persen saham Darmawan diakuisisi oleh Husodo. Saham itu diberikan secara khusus beratasnamakan Jessen Husodo sebagai pemilik saham yang sah. Saham tersebut didapatkan dari milik Ardira Darmawan yang mempunyai lebih dari dua puluh persen saham di perusahaan suaminya. Meski berita resmi dan berkas perpindahan belum diselesaikan secara legal– keluarga besar Darmawan telah mengetahui bergulirnya saham tersebut ke tangan Jessen. “Pilihan yang sangat baik Bu Dira.. Saya mengapresiasi pengorbanan Ibu untuk cucu-cucu kita.” Ucap Mellia. Michell yang mengantarkan Mamanya, memainkan kaki. Mamanya sedang diberikan lawan yang tangguh dalam bermain peran kehidupan. Baru kali ini Michell melihat Mamanya kalah selain dari Mami istri kakaknya.“Di keluarga Darmawan pantang hukumnya menceraikan atau diceraikan oleh pasangan, Merlliana Haryo. Sesuatu yang dipersatukan Tuhan, tidak sepantasnya dipisahkan manusia. Terlebih dalam kasus ini, anak dan cucu saya memang keterlaluan. M
Jessen terengah. Dadanya naik turun karena napas yang tak berjalan mulus keluar dari paru-parunya. Pria muda yang melarikan diri dari jerat saudara, papi dan sahabatnya tersebut mendudukan diri pada sebuah pohon besar dipinggir lapangan bola. Jessen merasa telah berlari sangat jauh, jadi kemungkinan untuk ditangkap sangatlah tipis.“Tega bener mereka,” hela Jessen sembari meluruskan kaki-kakinya. Kepalanya mengadah, bersandar pada batang pohon dengan mata terpejam.Tidak.. Jessen tak mau pernikahannya hancur. Sekuat hati ia memaklumi tingkah Papi dan Abang Marchellia. Menahan letupan amarah yang kadang singgah karena perkataan menjatuhkan mereka. Ia tidak ingin usahanya sia-sia.Jessen sendiri bukannya tidak mengetahui jika kata-kata sinis yang kerap kali ditujukan padanya merupakan bentuk ketidaksukaan mereka. Jessen mengetahuinya. Ia juga memiliki perasaan sama seperti kebanyakan orang. Terlebih mereka menunjukkannya tanpa aling-aling— tidak ditutup-tutupi atau diperhalus. Mereka m
“Kedainya masih lurus lagi Pi. Belokan pertama ke kanan,” Mian memberikan arahan kepada Vero. Mereka berniat untuk menjemput Jessen setelah mengetahui keberadaan anak itu dari balasan pesan Dodit.“Ini kalian seriusan kenapa kalau cari basecamp ngumpul! Nggak habis thinking Papi.” Omel Vero. Ia mengenal baik lingkungan yang sedang mereka lalui. Vero sendiri tidak akan pernah melupakan jalanan menuju indekos yang sempat ia tinggali. “Ini area kos-kosan, Yan! Papi belum pernah liat kedai bintang lima juga di area ini.”“Nggak ada yang namanya kedai berbintang, Papi. Ini warung yang sempet Papi liat pas VCall-an sama Jess.” Terang Mian agar Vero tidak salah paham kemana tujuan mereka yang sebenarnya. Papinya yang kasta bangsawan tidak boleh terkejut karena itu akan menggagalkan misi mereka untuk ke rumah Opa Ray.“Kalian kebanyakan ngumpul sama di Dodit, Dodit itu! Begini jadinya.” Vero melirik gerbang rumah berlantai dua di sisi kanan yang baru saja ia lewati. Pria itu tersenyum, ‘kosan
Usai memberikan bagiannya dalam melampiaskan emosi pada dosennya, Jessen keluar dari ruang kerja Chello. Ia sudah cukup puas menginjak-injak dua telur sang dosen menggunakan sol sepatunya. Setelahnya Jessen menyerahkan semua kepada mertua dan kakak iparnya. Terserah mereka ingin melakukan apa, setidaknya Jessen telah berusaha melindungi Marchellia semampu yang ia bisa.“Balik?”“Princess?” Jessen menjawab Mian dengan pertanyaan lain. Jika mereka pulang sebelum para wanita sampai di rumah, saudara kembarnya bisa mendapat masalah. Jessen tidak ingin hal tersebut terjadi. Mian hari ini banyak menunjukan sisi terhebatnya sebagai seorang kakak— dan Jessen berharap tidak menyulitkan posisi Mian walau hanya sesaat.“Bisa gue chat biar langsung pulang naik Taksi. Gue yakin dia nggak bakalan marah.” Ucap Mian seperti tahu apa yang memberatkan diri Jessen. “Cepetan! Gue males liat komuk mertua sama abang ipar lo, Jes!! Mumpung mereka masih sibuk sama Pak Wisnu.” Seloroh Mian mengajak agar Jesse
Menuruti permintaan Audi Mahendra untuk menyantap makanan yang wanita itu sajikan, telah Jessen lakukan bersama dua pengikut sekte aliran gelapnya. Siapa sangka Mian dan Princess mau diajak ikut serta menyatroni meja makan rumah orang lain. Ya, walau tidak sepenuhnya orang lain karena rumah Marchello Darmawan merupakan salah satu Opa Princess, tapi hebatnya wanita galak Mian rela dibangunkan secara paksa dengan iming-iming traktiran mie instan di Kedai Pelangi. Murahan memang istrinya Mian– Jessen saja dibuat tidak percaya pada awalnya jika makanan seharga sembilan ribuan lengkap dengan telur bisa membuat wanita itu luluh.Lupakan perihal Princess dan mie instan idamannya, kini saatnya Jessen berbicara serius dengan para lelaki di keluarga Darmawan. Ia ingin masalahnya cepat selesai dan manusia lancang yang menjadikan istrinya fantasi liar segera diangkut dan mendapatkan karma atas perbuatan beraninya.“Pi,” Jessen menyambangi Chello di ruang keluarga. Ia menghabiskan makanan lebih d
Jantung Vero berdetak sangat cepat ketika melihat menantu keduanya berlarian menuruni tangga rumah. Demi Tuhan! Jika terjadi sesuatu pada Princess sesungguhnya keluarga Darmawan itu– seluruh manusia bernama belakang Husodo mungkin akan di-bumi hanguskan untuk selama-lamanya. Trah keluarga mereka dipastikan mengalami kepunahan total. Kejadian buruk harus segera Vero cegah.. Sesegera mungkin! “Acheeellll!!! Jangan lari-larian! Jalan aja, Chell!” Teriak Vero dengan tetap menjaga pita suaranya agar tak terdengar membentak. Runyam dunia persilatan kalau si Tuan Putri tersinggung. Jet lee bisa berubah jadi personel boyband nanti.“Papi, Ecen mana?! Ini.. Papi Achell telepon. Dia mau ngomong sama Ecen.” Sulit juga jika memiliki nama panggilan yang sama. Bagaimana nanti jika mereka tengah berada di acara kumpul keluarga besar dan Marchellia hanya memanggil dengan sebutan Papi. Besok-besok, untuk menantu selanjutnya Vero akan meminta Jemima mencarikan besan yang julukannya Bapak, Daddy atau