Home / Pernikahan / Ketika Melahirkan di Tempat Mertua / BAB 84. Hasil dari Pilihan Ranti.

Share

BAB 84. Hasil dari Pilihan Ranti.

Author: Enik Wahyuni
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bab : 84

Hasil dari pilihan Ranti

POV AUTHOR

Langkah Ranti terhenti ketika mendengar suara pintu, dan diketuk berkali-kali. "Siapa yang ingin bertamu sepagi ini?" gumam Ranti bertanya-tanya. Hatinya sedikit was-was ketika mendapati seseorang yang ingin bertamu sepagi ini. "Ada masalah apalagi ini?" gumamnya lirih, lalu melangkah ke arah pintu yang diketuk sejak tadi.

Ranti memutar handle pintu dan menariknya sehingga pintu pun terbuka separuhnya. Namun matanya membulat setelah tahu siapa yang mendatangi rumahnya sepagi ini.

"Mau ngapain kamu kesini, penipu ulung?" Seru Ranti saat mengetahui siapa yang datang kali ini. Darahnya langsung mendidih tatkala melihat orang yang menipunya kini berdiri di depannya.

"Hmm… anu, Lisa ada, Bu, saya ingin berbicara dengannya!" ucap seseorang itu dengan terbata.

"Lihatlah! Anakmu jam segini masih tidur. Apa kamu dulu tidak mengajarkan bagaimana caranya menjadi perempuan. Dasar penipu!" Ranti berkacak pinggang menghadapi sang besan yang masih berdi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 85.

    BAB : 85.Keseharian Ranti bersama Lisa.Hari terus berganti, waktu terus bergulir, detak jam pun terus memutar tanpa henti. Namun semua penghuni rumah dalam keluarga Rangga semakin terlihat berantakan dan sering beradu mulut. Sikap saling serang dan ingin menang sendiri ditujukan tanpa rasa sungkan sama sekali. Seperti siang ini, Ranti yang baru pulang dari warung mendapati Lisa yang sedang makan dengan santainya. Tentu saja Ranti mulai murka, karena nyatanya hanya Ranti seorang diri yang memasaknya. Sedangkan sang menantu terlihat sekali baru bangun tidur."Dasar menantu pemalas! Kerjanya cuma makan dan tidur! Sudah putuskah urat malumu?" Ranti murka melihat Lisa yang hanya bisa makan dan tidur tersebut. "Dimarahin bukannya mikir malah cuek. Apa otakmu sudah kau titipkan bersama ternak-ternak Ayahmu dikampung?" Ranti semakin murka melihat Lisa yang terlihat sangat santai."Bu, Lisa ini laper, lagi makan kok dimarahin terus. Lisa kan lagi hamil, jadi harus makan banyak dan bernutri

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 86. Menghadiri Sidang Perceraian.

    Bab : 86Siap menghadiri sidang perceraian.POV AUTHORMendengar ucapan Rosa, mata Ranti membulat. "Pengadilan?" tanya Ranti. Dan tangannya pun bergetar ketika Rosa mengangguk yakin di depannya."Itu surat panggilan sidang buat Rangga, Bu. Aku tak menyangka ternyata Andira diam-diam mengajukan sidang perceraian ke pengadilan agama!" Rosa duduk di tepi ranjang sebelah Ibunya.Sedangkan Ranti sendiri terlihat sangat syok mendengar penuturan Rosa. Dengan tangan bergetar, ia membuka amplop coklat tersebut, lalu membacanya dengan seksama. Kini, yakinlah Ranti bahwa benar, Andira telah menyiapkan putusan perceraian mereka ke pengadilan agama. Dan disitu tertera bahwa Rangga harus menghadiri sidang perceraian mereka yang akan digelar besok."Andira Dilbara!" lirih Ranti."Darimana dia mempunyai uang buat menggugat cerai di persidangan?" tanya Ranti resah. Hatinya sungguh resah mendapati Andira yang hidupnya lebih baik darinya."Nah itu dia yang buat Rosa juga bingung, Bu. Keluar dari sini se

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 87. Drama Sebelum Sidang

    Bab : 87Drama sebelum sidang dimulaiPOV ANDIRADilan yang berada di depan seorang diri nampak tenang mengemudikan mobilnya. Begitupun Mbak Winda yang mendampingiku, terlihat anggun dan tenang dengan menatap jalan di sekelilingnya. Namun tidak denganku, rasa gugup ini tengah menguasaiku sejak tadi. Entahlah, sebelumnya aku tak pernah membayangkan bahwa akan berurusan dengan sidang seperti ini. Bersyukur masih ada yang menyayangiku disini, hingga aku tak sendirian menghadapi masalah yang lumayan rumit ini."Kamu kenapa, An?" Pertanyaan Mbak Winda mengagetkan lamunanku. Sehingga aku pun sedikit tersentak."Hah? Emang aku kenapa, Mbak?" tanyaku heran. Memang ada apa denganku?Mbak Winda terkekeh pelan. "Kamu ditanya malah bales nanya. Mukamu lo, tegang, emang ada yang mengganggu pikiranmu? Atau justru keberatan bercerai resmi dengan Rangga?" Mendengar pertanyaan Mbak Winda mukaku mengerucut. "Aku hanya gerogi saja, Mbak. Sebelumnya tak pernah masuk persidangan, bahkan mimpi saja belum

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 88. Drama Sebelum Sidang 2

    BAB 88.Drama Sebelum Sidang Dimulai part 2.Mataku membelalak mendengar ucapan Mas Rangga. Mulutku seakan terkunci karena terkejut. Apa apaan ini? Tak sadarkah dia, apa yang baru saja terucap dari mulutnya?"Mas Rangga, kamu apa-apaan sih!" Sang istri mulai tak terima."Aku masih sangat mencintaimu, Andira. Tolong lah, pikirkan sekali lagi. Aku sadar, pernah mencampakkanmu. Dan kamu tahu, aku sangat menyesal. Kembali lah padaku, aku akan berusaha berbuat adil dengan kalian!" "Mas! Aku gak mau cintaku dibagi!" Istri Rangga yang berada di sebelahnya teriak.Ku teguk ludah ini dalam-dalam, untuk menetralkan rasa yang mulai tak berimbang. Sungguh, luar biasa sekali Mas Rangga. Dengan tanpa rasa malu berucap seperti itu di depan banyak orang. Bukankah dulu dia sangat menjunjung tinggi harkat dan martabatnya? Tapi kenapa sekarang menjadi berubah seperti ini?Mantan Ibu mertua pun mendekati sang anak yang sedang mengemis cinta di depanku, lalu melirik tajam ke arahku. Menyadari itu, Mbak W

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 89. Drama Setelah Sidang

    Bab : 89Drama Setelah Sidang Perceraian.POV ANDIRAAlhamdulillah … alhamdulillah, berkali-kali aku mengucap syukur ketika Pak Hakim Ketua mengetuk palu, dan mengatakan bahwa kami resmi bercerai. Aku berjalan keluar dari ruang sidang ini dengan dituntun oleh Mbak Winda. Walaupun tak kupungkiri, ada rasa sesak ketika mengingat statusku yang kini sah menyandang status janda. Namun satu sisi sungguh lega luar biasa karena aku sudah lepas dari Mas Rangga seutuhnya. Dan akta cerai kami akan menyusul setelah beberapa minggu kemudian. Itu tak masalah bagiku."Saya permisi dulu, Bu Andira, mari Pak Dilan." Pamit Pak Desta pada kami setelah keluar dari gedung."Terima kasih bantuannya, Pak Desta." Pak Desta tersenyum. "Sama-sama, Bu Andira. Terima kasih lah pada Pak Alan, karena beliau yang mengusahakan semua ini!" Setelah berucap, Pak Desta pun meninggalkan kami. Sedangkan aku, dadaku kembali sesak mengingat nama orang yang selama ini membantuku, Mas Alan."An, kamu nggak papa?" tanya Mbak

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 90. Aku Harus Segera Pergi!

    BAB : 90. Aku Harus Segera Pergi!***"Mbak Winda nggak papa, aku masuk ke rumah dulu? Nggak pengen masuk dulu gitu?" tanyaku ketika kami sudah sampai di depan rumah, tepatnya di depan rumah Mas Alan."Gak usah Andira, nanti Gilang nyariin Mbak deh jika kelamaan pergi. Udah sana masuk, takut Kania rewel!" titah Mbak Winda hingga mau tak mau aku mengangguk menyetujuinya."Dilan, tolong antarkan kakakku sampai tujuan ya! Hati-hati di jalan!" titahku pada Dilan yang berada di depan."Baik, Bu," ucapnya, lalu membelokkan mobilnya dan kembali melanjutkan perjalanan untuk mengantarkan Mbak Winda.Dengan pelan, aku melangkah untuk masuk ke dalam rumah. Namun aku dikagetkan oleh kedatangan seorang wanita paruh baya, berpakaian modis. Gurat keibuannya terpancar jelas, namun penampilannya yang terawat membuat wanita yang berumur sepertinya tak jauh dari Bu Lestari ini masih terlihat cantik. Ia sedang duduk di teras dengan memainkan ponselnya, seperti tengah menunggu seseorang."Assalamualaikum

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 91. Aku Terpaksa Meninggalkannya.

    Bab : 91Aku terpaksa meninggalkannya.POV ANDIRADrreett … dreeett ….Aku pun menghentikan aktivitasku sejenak ketika mendengar ponselku berbunyi. Namun mata ini membulat setelah tahu siapa yang memanggil kali ini."Angkat gak ya?" gumamku ragu.Namun melihat benda pipih ini selalu berdering membuat mau tak mau aku mengangkatnya. "Assalamualaikum, Mbak Win," ucapku setelah telpon ini tersambung."Waalaikumsalam, kamu lagi ngapain, An? Ini Mbak baru nyampe rumah." Mbak Winda sepertinya sudah mempunyai firasat akan kepergianku."Mbak," Aku memanggilnya lirih. Ada getar dalam suaraku, semoga Mbak Winda tidak menyadarinya."Hm, gimana?" "Aku … aku mau pergi, sekarang." Sejenak, tak ada suara apapun. Terdengar hembusan nafas dari arah sana, menandakan bahwa Mbak Winda pun tengah merasakan bingung mendengar ucapanku."Kamu mau pergi kemana, An?" tanya Mbak Winda akhirnya."Entahlah, Mbak. Mungkin akan kembali ke rumah Bapak. Karena beliau masih sakit." "Apa tak sebaiknya kamu menunggu

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 92. POV AUTHOR

    Bab : 92Setelah kepergian AndiraPOV AUTHOR"Andira, kamu kenapa?" Alan yang sedari tadi mencoba kembali menghubungi Andira pun gelisah. Berkali-kali ia menelpon Andira, tapi ponselnya tak bisa dihubungi. Alan mulai kalut, saat hari beranjak semakin sore. Sejenak, Alan merenung, lalu tak lama, bibir manisnya melengkung. 'Pertama kalinya Andira menghubungiku. Apa itu artinya ia mulai terbiasa membutuhkanku?" Batin Alan bertanya. Tak dipungkiri ada rasa senang dihatinya. Namun rasa penasaran pun tak bisa dihindari ketika menyadari ada yang janggal."Apa ada yang penting akan disampaikan oleh Andira? Kenapa ponselnya tidak bisa dihubungi jika berada di dalam rumah?" gumam Alan lirih.Berbagai pertanyaan muncul di benak Alan. Ia bersiap untuk mematikan laptopnya dan ingin segera pulang. Beruntung, hari ini tak ada meeting, jadi Alan tak terlalu sibuk dan bisa bergegas untuk segera pulang. Banyak karyawan yang juga tengah beberes untuk mengakhiri kerjanya, karena memang ini sudah jam ka

Latest chapter

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB : 108 Aku Bahagia

    Bab : 108Bersamamu, aku bahagia, Mas,"Biar saja, Pak, saya bisa mengatasinya." titahku, lantas penjaga itu membungkuk permisi.Hatiku perih melihat penampilan mantan Ibu mertua yang sekarang terlihat lebih kurus. Istri Mas Rangga yang sedang menggendong anaknya pun tak kalah kusut. Namun kemana Mas Rangga? Kenapa meninggalkan Ibu dan istrinya? Aku hampir lupa kalau Mas Rangga adalah karyawan Mas Alan. Tentu saja dia beserta keluarganya pun menghadiri acara ini."Andira, maaf jika dulu Ibu pernah jahat sama kamu. Ibu sangat menyesal. Coba dulu Ibu tak menyia-nyiakan kamu, mungkin sampai sekarang kamu masih menjadi istri Rangga.""Maksud Ibu apa?" Istri Mas Rangga seakan tak terima mendengar ucapan sang mertua."Diam kamu! Menikahi kamu adalah kesalahan terbesar Rangga!" sungut Ibu melotot tajam. Sepertinya perangai Ibu masih seperti dulu. Inikah yang katanya menyesal? Bahkan sama menantunya pun masih seperti itu. "Bu, Mbak, sudah, tak usah ribut, ini tempat umum. Ibu tenang saja, s

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB : 107 Kejutan

    Bab : 107Kejutan yang membuatku terharuMas Alan menghela nafas, lalu menghembuskannya pelan. "Kita akan pergi ke pesta, sayang.""Pesta?""Iya, pesta. Pesta pernikahan kita." Entah kejutan apa lagi yang akan diberikan untukku kali ini. Rasanya sudah tak bisa berkata-kata lagi dihadapannya. Bagaimana dia menyiapkan semua ini, tanpa meminta persetujuanku?"Aku sengaja memberikan kejutan untukmu, sayang. Mas yakin, pasti kamu akan senang." Mas Alan menggenggam tanganku."Tapi, kenapa harus mengadakan pesta, Mas?" tanyaku lirih. "Sayang, dengar, Mas hanya ingin menunjukkan ke semua orang bahwa Mas sudah menikah dan mempunyai istri secantik kamu. Memangnya kamu mau, karyawan Mas di kantor menganggap Mas masih single?" ucapnya dengan menggenggam jari ini.Senyumku mengembang mendengar penuturannya. Tak ada alasan untuk tidak jatuh cinta padamu, Mas. Sungguh, hati ini selalu sejuk dengan segala tingkah manismu. Bahkan berkali-kali kamu selalu membuatku jatuh cinta."Makasih banyak, Mas.

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB : 106. Malam Pertama

    Bab : 106Malam pertama yang indah."Terus gimana, Bunda? Apakah setelah itu sang pengembaranya ketakutan?" tanya Riana yang sudah menguap beberapa kali."Awalnya memang ketakutan, Sayang. Lalu tak lama ada seseorang yang datang menyelamatkannya. Tentu sang pengembara itu sangat senang mendapat bantuan. Hingga akhirnya sang pengembara menemukan temannya yang tengah tersesat. Pastilah teman sang pengembara senang, karena telah bertemu dengan teman seperjuangan." Aku menutup buku setelah membacakan dongeng pada anak gadisku. Dan ternyata Riana sudah pulas dengan memeluk guling kesayangannya.Setelah menaruh buku di meja, kukecup sejenak kening Riana yang baru saja memejamkan mata. 'Sungguh, Bunda menyayangimu, Sayang, walaupun kamu bukan terlahir dari rahim Bunda. Tapi Bunda akan berusaha menjadi Bunda yang baik untukmu." Batinku, sembari menata selimut agar nyaman dengan tidurnya.Aku mulai beranjak dari kamar Riana setelah memastikan ia tertidur dengan nyaman. Waktupun sudah menunjukk

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB : 105 Badai Orang Ketiga

    Bab : 105Badai orang ketigaDreett … dreett ….Kami yang tengah bercengkrama berdua, terkejut mendengar ponsel Mas Alan berdering. Siapa yang menelpon? Bukannya Mas Alan sedang mengambil cuti? Penasaran, aku pun ingin beranjak mengambil ponsel yang masih tergeletak tersebut, namun Mas Alan menghalangiku."Biar Mas yang ngambil, Sayang. Ganggu aja, siapa sih yang nelpon?" gerutunya, sembari melangkah mengambil ponsel."Bu Puspita, Sayang," ucapnya ragu.Dahiku mengernyit, untuk apa Bu Puspita menelpon? "Angkat aja, Mas!" ujarku. Karena aku sendiri penasaran dengan maunya Bu Puspita kali ini. "Assalamualaikum, Bu," jawab Mas Alan setelah mengangkat telepon. Sejenak, Mas Alan terdiam dengan masih menggenggam ponselnya. Entah apa yang dibicarakan oleh Bu Puspita, aku tak mendengarnya. Lebih baik aku menunggu disini saja."Maaf, Bu, saya tidak bisa. Saya sedang bersama istri saya!" Suara Mas Alan terdengar pelan, namun tegas.Aku meneguk ludah kuat. Kenapa Bu Puspita masih saja menggang

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   SEASON 2 BAB 104

    Bab : 104Kamu sempurna di mataku, Mas,Duh, Mas, meleleh hatiku melihat sikapmu seperti ini. Biarlah dikata seperti anak abege yang baru mengenal cinta. Nyatanya hatiku sedang berbunga-bunga melihat sikap manisnya. Sedangkan Yulia terlihat sangat kesal, tatapan matanya tajam ke arahku seakan mau menerkam."Hari ini adalah hari bahagia mereka, Bu, tolong jangan rusak momen indah mereka. Andira sekarang sudah menjadi menantu saya, tanpa mengurangi rasa sayang kami terhadap Renata yang sudah bahagia di alam sana. Jika Ibu ingin dihargai, tolong hargai kami disini!" Suara Mama pelan, namun menusuk. Menusuk bagi yang berpikir, tapi entah jika bagi Bu Puspita. Namun melihat raut wajah Bu Puspita, sepertinya mati kutu. Nyatanya tak mengeluarkan sepatah kata pun. Mulutnya seperti terkunci."Bukan begitu, Bu, saya hanya ingin memberitahu pada Andira, itu saja!" Kilah Bu Puspita pelan."Andira pasti paham, Bu. Iya kan, Sayang?" Mas Alan mengedipkan mata ke arah ku."Tentu saja, Sayang. Sebaga

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 103. Menyejukkan Hati

    Bab : 103.Dia yang selalu menyejukkan hati.Aku bernafas lega setelah mobil sudah terparkir manis di depan rumah. Perjalanan panjang ini terasa lebih menyenangkan karena seseorang yang berada disampingku."Sudah sampai rumah, Sayang." Mas Alan melepas seatbelt yang masih menempel di tubuhnya."Iya, Mas. Udah malam ternyata." ucapku sambil melirik jam di pergelangan tangan. Sudah menunjukkan angka 20,00. Aku keluar dengan Mbak Tuti yang menggendong Kania. Dan ternyata Kania pun sudah tertidur pulas. Sedangkan Mas Alan berjalan beriringan denganku sampai kami masuk ke dalam rumah."Duh, menantu Mama baru nyampe rumah." ujar Mama menyambutku."Assalamualaikum, Ma," ucapku dengan mencium takzim tangannya."Waalaikumsalam, Sayang. Pasti capek baru pulang. Istirahat dulu, nanti kita makan malam bareng!" ujar Mama."Ayo sayang!" Mas Alan mengajakku beristirahat sejenak. Aku pun mengikuti langkahnya dengan tangan ini tak lepas dari genggamannya.Mas Alan melepas sweaternya setelah kami masu

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 102. Yang Dinanti pun Tiba

    Bab : 102Hari yang dinanti pun tiba.Satu tahun kemudian.Hidup memang penuh dengan cobaan dan ujian. Begitu pun hidupku yang pernah mengalami keterpurukan hingga berada di titik terendah. Namun aku percaya bahwa Allah tidak akan menguji seorang hamba diluar batas kemampuannya. Dan bersamaan dengan itu Allah hadirkan Mas Alan sebagai penyembuh lukaku, pelengkap hidupku, dan sebentar lagi akan menjadi pendamping hidupku.Saat ini aku sedang mematut diri di depan cermin. Sedang menunggu detik-detik dimana sebentar lagi statusku akan berubah menjadi seorang istri. Gamis mewah berwarna putih serta hijab yang berwarna senada pula, kubiarkan menjuntai lebar menutupi dada yang kukenakan saat ini. "Masya Allah … adik Mbak cantik banget!" ujar Mbak Winda yang menghampiriku di kamar.Mbak Winda rela datang kesini hanya untuk menyaksikan pernikahanku. Padahal jarak dari rumahnya ke kampungku tidaklah dekat. Terharu, itulah yang kurasa saat melihat Mbak Winda kesini."Iya, Mbak Andira aslinya u

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 101. Penyesalan Datang Belakangan.

    BAB 101. Penyesalan Selalu Datang Belakangan.POV RANGGA"Mas, minta uang dong buat beli skin care! Tuh lipstik aku sudah habis!" Lisa datang menyodorkan lipstiknya yang sudah ia korek dengan jarinya. Apakah Lisa tak melihat aku yang baru saja pulang kerja? Belum apa-apa sudah disuguhi dengan permintaan yang menyebalkan."Sudahlah, Lis, tak usah beli lipstik segala. Kamu tahu buat makan aja sekarang kita susah!" Pekikku. Sungguh, pusing sekali rasanya memikirkan semua masalah yang terus menerpa. Setiap berada di rumah selalu berakhir dengan keributan. Tidak dengan Ibu, tidak dengan Lisa, dan kadang seringnya Ibu yang berdebat dengan Lisa. Membuat kepala ini semakin pusing."Ah, Mas jahat. Coba kalau Ibu yang minta, pasti dibeliin. Kenapa aku yang istrimu minta uang buat beli lipstik saja susah, Mas?"Selalu seperti ini. Mempermasalahkan uang yang tak sepatutnya di bahas. Lisa sibuk meminta uang buat lipstik, sedangkan baru kemarin Ibu mengeluhkan beras yang sudah mulai menipis."Aku

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 100. Menjaga Hati

    Bab : 100Menjaga Hati***Aku melotot di depannya dengan jarak yang dekat. Biar saja, biar Mas Alan tahu kalau aku juga bisa marah. Menjengkelkan sekali. Mentang-mentang sudah sampai sini malah seenaknya seperti itu. Namun pandangan ini dikacaukan oleh bulu-bulu halus yang berada di pipi, membuat orang yang berada di depanku ini terlihat, sempurna. Sejenak, aku mengagumi ciptaan Tuhan yang amat sempurna."Kamu cantik banget kalau sedang marah. Apalagi menatapku dengan penuh cinta seperti itu." Aku gelagapan dan segera membuang muka. "Siapa juga yang memperhatikan wajahmu. Nyebelin banget sih!" gerutuku. Padahal sebenarnya sedang menyembunyikan rasa malu yang luar biasa. Sedangkan Mas Alan hanya tersenyum menanggapi ucapanku. Baru bertemu sehari dengannya, kenapa jadi se-menyebalkan ini?"Sebentar, Andira. Saya punya sesuatu untukmu." Mas Alan mengambil plastik yang berada di meja depan, lantas kembali mendekat ke arahku."Pakailah ponsel ini, Andira! Sudah saya simpan semua nomor sa

DMCA.com Protection Status