Beranda / Pernikahan / Ketika Melahirkan di Tempat Mertua / BAB 79. Talakmu Merubah Statusku.

Share

BAB 79. Talakmu Merubah Statusku.

Penulis: Enik Wahyuni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab : 79

Terima kasih, Mas Rangga! Ucapanmu kini merubah statusku.

***

"Bagus, Rangga! Andira, mulai sekarang kamu bukanlah siapa-siapa kami. Kamu mau menonton atau mau pergi dari ruangan ini, terserah. Ayo Rangga, lanjutkan ijabmu hari ini!" Ibu mertua yang kini sudah menjadi mantan pun beranjak meninggalkanku. Dan mereka semua menuntun Mas Rangga yang sepertinya lemas tak berdaya kembali di depan penghulu. Nampak sekali wajah menyesal di wajahnya, dan aku menikmatinya. Terima kasih, Mas Rangga, berkat talakmu, kita bisa menyelesaikan urusan perceraian lebih cepat.

"Mereka mau ijab, An, jangan lupa di rekam!" Mbak Winda berbisik ke arahku.

"Tentu saja, Mbak. Aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini" ucapku menyiapkan ponsel yang kini berada ditangan.

"Maaf, Pak, karena ada kegaduhan sedikit. Silahkan dilanjutkan ijabnya sekarang!" ujar mantan Ibu mertua pada penghulu.

"Baiklah, apa pernikahan ini bisa dilanjutkan, Pak Rangga?" tanya penghulu. Namun justru Mas Rangga menatap ke ara
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 80. Drama Sebelum Akad

    Bab : 80Drama sebelum dan sesudah akad nikah***POV RANGGA"Saya terima nikah dan kawinnya Lisa Dilbara binti Hasyim dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai." ucapku lantang di depan penghulu."Bagaimana saksi?" tanya penghulu."Ulangi, Pak, calonnya Pak Rangga bernama Lisa Anggraini, bukan Lisa Dilbara!" ucap saksi tersebut.Sial! Kenapa pikiranku tak lepas dari Andira sih! Setelah akad yang pertama menyebutkan nama Andira, kini justru nama belakangnya yang kubawa dalam menikahi Lisa kali ini. "Mas Rangga gimana sih? Masa salah sampai dua kali. Kalau salah sekali lagi kita gak jadi nikah hari ini!" Sewot Lisa pelan. Aku menghembuskan nafas berkali-kali untuk menetralisir perasaan yang tak karuan. Nama Andira memenuhi otakku hari ini, sehingga akad nikah pun tak konsen sama sekali."Mas Rangga ini grogi apa gimana? Tolong dikasih minum dulu, Bu, biar Mas Rangga tenang!" ujar Pak penghulu di depanku.Tak lama, Ibu pun memberikan segelas air minum untukku, dan seketik

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 81. Bayangan Andira

    BAB : 81Bayangan Andira dan uang 200 juta.***POV RANGGAMalam ini rasanya sangat lelah. Setelah seharian mengadakan acara resepsi, ingin sekali memejamkan mata yang sudah sangatlah pedas. "Mas Rangga, kok mau tidur sih?" Lisa tiba-tiba berbaring disebelahku dengan baju tidur yang sangat seksi. Namun, rasanya tak tergerak sama sekali untuk menyentuhnya. Karena hati rasanya, kosong."Ini malam pertama kita lo!" Lisa semakin merapatkan tubuhnya padaku.Malam pertama katanya? Lalu kemarin-kemarin malam apa jika ini malam pertama? Dan kandungannya pun sudah sekitar tiga bulanan. Mengingat saat terakhir kali berhubungan, Lisa mengeluh sakit perut hingga keluar flek, membuatku enggan untuk menyentuhnya lagi. Seperti saat ini, Lisa terlihat mepet-mepet, namun karena hatiku pun kalut rasanya enggan sekali menyentuhnya. Bayanganku masih tertuju pada Andira yang terlihat sangat cantik seperti tadi. Rasanya menyesal kenapa aku tadi mengucapkan talak. Talak tiga lagi."Mas, kok aku dikacangin

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 82. Setelah Mengadakan Pesta

    Bab : 82Drama lain setelah mengadakan pestaPOV RANGGAGrumpyang… grumpyang….Mataku mengerjap mendengar suara gaduh yang berasal dari luar. Apa yang terjadi di luar? Sepertinya dari arah dapur. Ku lirik jam dinding, dan menunjukkan angka 09,00 di jam tersebut. Nampak disampingku Lisa masih tidur begitu nyenyaknya. Astaga … jam segini Lisa masih tidur?"Punya mantu, bisanya cuma bohong doang. Selebihnya, nol, gak bisa apa-apa. Udah siang kok masih tidur, dasar mantu gak tau malu!" Ibu mulai merepet dengan suaranya yang menggelegar. Aku sendiri heran, kenapa Ibu bisa se-bar-bar ini sekarang. Padahal dulu jika teriak sedikit aja malu didengar sama tetangga. Tapi sekarang? Ah sudahlah, pusing jika memikirkan Ibu dan masalah di dalamnya."Pengen nikah, tapi hasil menipu, mana berkah. Dah gitu sekarang nyusahin lagi. Mana ada mantu jam segini belum bangun! Dasar menantu durhaka gak tau diri!" Sumpah serapah yang Ibu ucapkan semakin terdengar menggelegar. Aku yang risih mendengarnya mau

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 83. Menyelesaikan Masalah

    Bab : 83Menyelesaikan masalahPOV AUTHOR"Bawalah sertifikat rumah ini sekarang, Rangga. Ini bisa digunakan jaminan untuk meminjam uang di Bank. Cepatlah, kita tak punya banyak waktu. Ini surat kuasa Ibu jika dibutuhkan!" Ranti memberikan berkas berlembar itu pada Rangga setelah mengambil dari kamarnya."Ibu yakin mau menggunakan sertifikat rumah ini sebagai jaminan?" tanya Rangga dengan membolak-balikkan kertas yang berada di tangannya."Bagaimana cara membayarnya nanti, Bu. Sedangkan Ibu sendiri tahu posisi pekerjaanku sekarang seperti apa!" Keluh Rangga dengan mata menerawang. Pikiran Rangga pun tak kalah kalut dengan Ranti. Ia tak bisa membayangkan jika suatu saat keluarganya terusir dari rumah sendiri, lantaran tak bisa membayar pinjaman yang menggunakan sertifikat rumah sebagai jaminan tersebut."Lalu, bagaimana dengan Bude Gina jika bertanya nanti, Bu. Masih ingatkah dulu saat Bude Gina mempertahankan rumah ini agar tak terjual!" ujar Rangga lagi."Lalu, kamu akan membiarkan I

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 84. Hasil dari Pilihan Ranti.

    Bab : 84Hasil dari pilihan RantiPOV AUTHORLangkah Ranti terhenti ketika mendengar suara pintu, dan diketuk berkali-kali. "Siapa yang ingin bertamu sepagi ini?" gumam Ranti bertanya-tanya. Hatinya sedikit was-was ketika mendapati seseorang yang ingin bertamu sepagi ini. "Ada masalah apalagi ini?" gumamnya lirih, lalu melangkah ke arah pintu yang diketuk sejak tadi.Ranti memutar handle pintu dan menariknya sehingga pintu pun terbuka separuhnya. Namun matanya membulat setelah tahu siapa yang mendatangi rumahnya sepagi ini."Mau ngapain kamu kesini, penipu ulung?" Seru Ranti saat mengetahui siapa yang datang kali ini. Darahnya langsung mendidih tatkala melihat orang yang menipunya kini berdiri di depannya. "Hmm… anu, Lisa ada, Bu, saya ingin berbicara dengannya!" ucap seseorang itu dengan terbata. "Lihatlah! Anakmu jam segini masih tidur. Apa kamu dulu tidak mengajarkan bagaimana caranya menjadi perempuan. Dasar penipu!" Ranti berkacak pinggang menghadapi sang besan yang masih berdi

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 85.

    BAB : 85.Keseharian Ranti bersama Lisa.Hari terus berganti, waktu terus bergulir, detak jam pun terus memutar tanpa henti. Namun semua penghuni rumah dalam keluarga Rangga semakin terlihat berantakan dan sering beradu mulut. Sikap saling serang dan ingin menang sendiri ditujukan tanpa rasa sungkan sama sekali. Seperti siang ini, Ranti yang baru pulang dari warung mendapati Lisa yang sedang makan dengan santainya. Tentu saja Ranti mulai murka, karena nyatanya hanya Ranti seorang diri yang memasaknya. Sedangkan sang menantu terlihat sekali baru bangun tidur."Dasar menantu pemalas! Kerjanya cuma makan dan tidur! Sudah putuskah urat malumu?" Ranti murka melihat Lisa yang hanya bisa makan dan tidur tersebut. "Dimarahin bukannya mikir malah cuek. Apa otakmu sudah kau titipkan bersama ternak-ternak Ayahmu dikampung?" Ranti semakin murka melihat Lisa yang terlihat sangat santai."Bu, Lisa ini laper, lagi makan kok dimarahin terus. Lisa kan lagi hamil, jadi harus makan banyak dan bernutri

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 86. Menghadiri Sidang Perceraian.

    Bab : 86Siap menghadiri sidang perceraian.POV AUTHORMendengar ucapan Rosa, mata Ranti membulat. "Pengadilan?" tanya Ranti. Dan tangannya pun bergetar ketika Rosa mengangguk yakin di depannya."Itu surat panggilan sidang buat Rangga, Bu. Aku tak menyangka ternyata Andira diam-diam mengajukan sidang perceraian ke pengadilan agama!" Rosa duduk di tepi ranjang sebelah Ibunya.Sedangkan Ranti sendiri terlihat sangat syok mendengar penuturan Rosa. Dengan tangan bergetar, ia membuka amplop coklat tersebut, lalu membacanya dengan seksama. Kini, yakinlah Ranti bahwa benar, Andira telah menyiapkan putusan perceraian mereka ke pengadilan agama. Dan disitu tertera bahwa Rangga harus menghadiri sidang perceraian mereka yang akan digelar besok."Andira Dilbara!" lirih Ranti."Darimana dia mempunyai uang buat menggugat cerai di persidangan?" tanya Ranti resah. Hatinya sungguh resah mendapati Andira yang hidupnya lebih baik darinya."Nah itu dia yang buat Rosa juga bingung, Bu. Keluar dari sini se

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 87. Drama Sebelum Sidang

    Bab : 87Drama sebelum sidang dimulaiPOV ANDIRADilan yang berada di depan seorang diri nampak tenang mengemudikan mobilnya. Begitupun Mbak Winda yang mendampingiku, terlihat anggun dan tenang dengan menatap jalan di sekelilingnya. Namun tidak denganku, rasa gugup ini tengah menguasaiku sejak tadi. Entahlah, sebelumnya aku tak pernah membayangkan bahwa akan berurusan dengan sidang seperti ini. Bersyukur masih ada yang menyayangiku disini, hingga aku tak sendirian menghadapi masalah yang lumayan rumit ini."Kamu kenapa, An?" Pertanyaan Mbak Winda mengagetkan lamunanku. Sehingga aku pun sedikit tersentak."Hah? Emang aku kenapa, Mbak?" tanyaku heran. Memang ada apa denganku?Mbak Winda terkekeh pelan. "Kamu ditanya malah bales nanya. Mukamu lo, tegang, emang ada yang mengganggu pikiranmu? Atau justru keberatan bercerai resmi dengan Rangga?" Mendengar pertanyaan Mbak Winda mukaku mengerucut. "Aku hanya gerogi saja, Mbak. Sebelumnya tak pernah masuk persidangan, bahkan mimpi saja belum

Bab terbaru

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB : 108 Aku Bahagia

    Bab : 108Bersamamu, aku bahagia, Mas,"Biar saja, Pak, saya bisa mengatasinya." titahku, lantas penjaga itu membungkuk permisi.Hatiku perih melihat penampilan mantan Ibu mertua yang sekarang terlihat lebih kurus. Istri Mas Rangga yang sedang menggendong anaknya pun tak kalah kusut. Namun kemana Mas Rangga? Kenapa meninggalkan Ibu dan istrinya? Aku hampir lupa kalau Mas Rangga adalah karyawan Mas Alan. Tentu saja dia beserta keluarganya pun menghadiri acara ini."Andira, maaf jika dulu Ibu pernah jahat sama kamu. Ibu sangat menyesal. Coba dulu Ibu tak menyia-nyiakan kamu, mungkin sampai sekarang kamu masih menjadi istri Rangga.""Maksud Ibu apa?" Istri Mas Rangga seakan tak terima mendengar ucapan sang mertua."Diam kamu! Menikahi kamu adalah kesalahan terbesar Rangga!" sungut Ibu melotot tajam. Sepertinya perangai Ibu masih seperti dulu. Inikah yang katanya menyesal? Bahkan sama menantunya pun masih seperti itu. "Bu, Mbak, sudah, tak usah ribut, ini tempat umum. Ibu tenang saja, s

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB : 107 Kejutan

    Bab : 107Kejutan yang membuatku terharuMas Alan menghela nafas, lalu menghembuskannya pelan. "Kita akan pergi ke pesta, sayang.""Pesta?""Iya, pesta. Pesta pernikahan kita." Entah kejutan apa lagi yang akan diberikan untukku kali ini. Rasanya sudah tak bisa berkata-kata lagi dihadapannya. Bagaimana dia menyiapkan semua ini, tanpa meminta persetujuanku?"Aku sengaja memberikan kejutan untukmu, sayang. Mas yakin, pasti kamu akan senang." Mas Alan menggenggam tanganku."Tapi, kenapa harus mengadakan pesta, Mas?" tanyaku lirih. "Sayang, dengar, Mas hanya ingin menunjukkan ke semua orang bahwa Mas sudah menikah dan mempunyai istri secantik kamu. Memangnya kamu mau, karyawan Mas di kantor menganggap Mas masih single?" ucapnya dengan menggenggam jari ini.Senyumku mengembang mendengar penuturannya. Tak ada alasan untuk tidak jatuh cinta padamu, Mas. Sungguh, hati ini selalu sejuk dengan segala tingkah manismu. Bahkan berkali-kali kamu selalu membuatku jatuh cinta."Makasih banyak, Mas.

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB : 106. Malam Pertama

    Bab : 106Malam pertama yang indah."Terus gimana, Bunda? Apakah setelah itu sang pengembaranya ketakutan?" tanya Riana yang sudah menguap beberapa kali."Awalnya memang ketakutan, Sayang. Lalu tak lama ada seseorang yang datang menyelamatkannya. Tentu sang pengembara itu sangat senang mendapat bantuan. Hingga akhirnya sang pengembara menemukan temannya yang tengah tersesat. Pastilah teman sang pengembara senang, karena telah bertemu dengan teman seperjuangan." Aku menutup buku setelah membacakan dongeng pada anak gadisku. Dan ternyata Riana sudah pulas dengan memeluk guling kesayangannya.Setelah menaruh buku di meja, kukecup sejenak kening Riana yang baru saja memejamkan mata. 'Sungguh, Bunda menyayangimu, Sayang, walaupun kamu bukan terlahir dari rahim Bunda. Tapi Bunda akan berusaha menjadi Bunda yang baik untukmu." Batinku, sembari menata selimut agar nyaman dengan tidurnya.Aku mulai beranjak dari kamar Riana setelah memastikan ia tertidur dengan nyaman. Waktupun sudah menunjukk

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB : 105 Badai Orang Ketiga

    Bab : 105Badai orang ketigaDreett … dreett ….Kami yang tengah bercengkrama berdua, terkejut mendengar ponsel Mas Alan berdering. Siapa yang menelpon? Bukannya Mas Alan sedang mengambil cuti? Penasaran, aku pun ingin beranjak mengambil ponsel yang masih tergeletak tersebut, namun Mas Alan menghalangiku."Biar Mas yang ngambil, Sayang. Ganggu aja, siapa sih yang nelpon?" gerutunya, sembari melangkah mengambil ponsel."Bu Puspita, Sayang," ucapnya ragu.Dahiku mengernyit, untuk apa Bu Puspita menelpon? "Angkat aja, Mas!" ujarku. Karena aku sendiri penasaran dengan maunya Bu Puspita kali ini. "Assalamualaikum, Bu," jawab Mas Alan setelah mengangkat telepon. Sejenak, Mas Alan terdiam dengan masih menggenggam ponselnya. Entah apa yang dibicarakan oleh Bu Puspita, aku tak mendengarnya. Lebih baik aku menunggu disini saja."Maaf, Bu, saya tidak bisa. Saya sedang bersama istri saya!" Suara Mas Alan terdengar pelan, namun tegas.Aku meneguk ludah kuat. Kenapa Bu Puspita masih saja menggang

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   SEASON 2 BAB 104

    Bab : 104Kamu sempurna di mataku, Mas,Duh, Mas, meleleh hatiku melihat sikapmu seperti ini. Biarlah dikata seperti anak abege yang baru mengenal cinta. Nyatanya hatiku sedang berbunga-bunga melihat sikap manisnya. Sedangkan Yulia terlihat sangat kesal, tatapan matanya tajam ke arahku seakan mau menerkam."Hari ini adalah hari bahagia mereka, Bu, tolong jangan rusak momen indah mereka. Andira sekarang sudah menjadi menantu saya, tanpa mengurangi rasa sayang kami terhadap Renata yang sudah bahagia di alam sana. Jika Ibu ingin dihargai, tolong hargai kami disini!" Suara Mama pelan, namun menusuk. Menusuk bagi yang berpikir, tapi entah jika bagi Bu Puspita. Namun melihat raut wajah Bu Puspita, sepertinya mati kutu. Nyatanya tak mengeluarkan sepatah kata pun. Mulutnya seperti terkunci."Bukan begitu, Bu, saya hanya ingin memberitahu pada Andira, itu saja!" Kilah Bu Puspita pelan."Andira pasti paham, Bu. Iya kan, Sayang?" Mas Alan mengedipkan mata ke arah ku."Tentu saja, Sayang. Sebaga

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 103. Menyejukkan Hati

    Bab : 103.Dia yang selalu menyejukkan hati.Aku bernafas lega setelah mobil sudah terparkir manis di depan rumah. Perjalanan panjang ini terasa lebih menyenangkan karena seseorang yang berada disampingku."Sudah sampai rumah, Sayang." Mas Alan melepas seatbelt yang masih menempel di tubuhnya."Iya, Mas. Udah malam ternyata." ucapku sambil melirik jam di pergelangan tangan. Sudah menunjukkan angka 20,00. Aku keluar dengan Mbak Tuti yang menggendong Kania. Dan ternyata Kania pun sudah tertidur pulas. Sedangkan Mas Alan berjalan beriringan denganku sampai kami masuk ke dalam rumah."Duh, menantu Mama baru nyampe rumah." ujar Mama menyambutku."Assalamualaikum, Ma," ucapku dengan mencium takzim tangannya."Waalaikumsalam, Sayang. Pasti capek baru pulang. Istirahat dulu, nanti kita makan malam bareng!" ujar Mama."Ayo sayang!" Mas Alan mengajakku beristirahat sejenak. Aku pun mengikuti langkahnya dengan tangan ini tak lepas dari genggamannya.Mas Alan melepas sweaternya setelah kami masu

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 102. Yang Dinanti pun Tiba

    Bab : 102Hari yang dinanti pun tiba.Satu tahun kemudian.Hidup memang penuh dengan cobaan dan ujian. Begitu pun hidupku yang pernah mengalami keterpurukan hingga berada di titik terendah. Namun aku percaya bahwa Allah tidak akan menguji seorang hamba diluar batas kemampuannya. Dan bersamaan dengan itu Allah hadirkan Mas Alan sebagai penyembuh lukaku, pelengkap hidupku, dan sebentar lagi akan menjadi pendamping hidupku.Saat ini aku sedang mematut diri di depan cermin. Sedang menunggu detik-detik dimana sebentar lagi statusku akan berubah menjadi seorang istri. Gamis mewah berwarna putih serta hijab yang berwarna senada pula, kubiarkan menjuntai lebar menutupi dada yang kukenakan saat ini. "Masya Allah … adik Mbak cantik banget!" ujar Mbak Winda yang menghampiriku di kamar.Mbak Winda rela datang kesini hanya untuk menyaksikan pernikahanku. Padahal jarak dari rumahnya ke kampungku tidaklah dekat. Terharu, itulah yang kurasa saat melihat Mbak Winda kesini."Iya, Mbak Andira aslinya u

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 101. Penyesalan Datang Belakangan.

    BAB 101. Penyesalan Selalu Datang Belakangan.POV RANGGA"Mas, minta uang dong buat beli skin care! Tuh lipstik aku sudah habis!" Lisa datang menyodorkan lipstiknya yang sudah ia korek dengan jarinya. Apakah Lisa tak melihat aku yang baru saja pulang kerja? Belum apa-apa sudah disuguhi dengan permintaan yang menyebalkan."Sudahlah, Lis, tak usah beli lipstik segala. Kamu tahu buat makan aja sekarang kita susah!" Pekikku. Sungguh, pusing sekali rasanya memikirkan semua masalah yang terus menerpa. Setiap berada di rumah selalu berakhir dengan keributan. Tidak dengan Ibu, tidak dengan Lisa, dan kadang seringnya Ibu yang berdebat dengan Lisa. Membuat kepala ini semakin pusing."Ah, Mas jahat. Coba kalau Ibu yang minta, pasti dibeliin. Kenapa aku yang istrimu minta uang buat beli lipstik saja susah, Mas?"Selalu seperti ini. Mempermasalahkan uang yang tak sepatutnya di bahas. Lisa sibuk meminta uang buat lipstik, sedangkan baru kemarin Ibu mengeluhkan beras yang sudah mulai menipis."Aku

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 100. Menjaga Hati

    Bab : 100Menjaga Hati***Aku melotot di depannya dengan jarak yang dekat. Biar saja, biar Mas Alan tahu kalau aku juga bisa marah. Menjengkelkan sekali. Mentang-mentang sudah sampai sini malah seenaknya seperti itu. Namun pandangan ini dikacaukan oleh bulu-bulu halus yang berada di pipi, membuat orang yang berada di depanku ini terlihat, sempurna. Sejenak, aku mengagumi ciptaan Tuhan yang amat sempurna."Kamu cantik banget kalau sedang marah. Apalagi menatapku dengan penuh cinta seperti itu." Aku gelagapan dan segera membuang muka. "Siapa juga yang memperhatikan wajahmu. Nyebelin banget sih!" gerutuku. Padahal sebenarnya sedang menyembunyikan rasa malu yang luar biasa. Sedangkan Mas Alan hanya tersenyum menanggapi ucapanku. Baru bertemu sehari dengannya, kenapa jadi se-menyebalkan ini?"Sebentar, Andira. Saya punya sesuatu untukmu." Mas Alan mengambil plastik yang berada di meja depan, lantas kembali mendekat ke arahku."Pakailah ponsel ini, Andira! Sudah saya simpan semua nomor sa

DMCA.com Protection Status