“Papi mencari pinjaman sampai ke Italia namun semua itu hanya bisa bertahan selama beberapa bulan … dengan terpaksa aku phk banyak karyawan dan menjadikan yang tersisa melakukan double job desk.” Isvara menatap penuh iba mantan kekasihnya yang ternyata semenjak mereka berpisah kehidupannya sungguh
Pagutan itu begitu dalam, lama dan menyenangkan dengan kedua tangan Gaska menyelusup masuk ke dalam kaos Isvara memberikan banyak sentuhan. Isvara merasakan miliknya menekan sesuatu yang keras dan memabukan membuat bokongnya ingin terus bergerak menekan. Isvara tahu bagaimana saat benda keras itu
“Sekarang ceritakan kenapa kamu resign dari perusahaan tempat Papi dulu bekerja!” Papi sudah tidak sabar ingin mendengar alasan Isvara mengambil keputusan tersebut. Beliau terinfo dari Dewa kalau Isvara mengundurkan diri dan cukup terkejut, begitu dikonfirmasi kepada Isvara— sang putri malah mengat
Mendengar penjelasan Isvara tentang Meysha membuat kedua orang tua beserta adik-adiknya terdiam merasa iba dengan nasib Meysha. Papi Adrian jadi ingat Isvara yang selalu murung karena merindukan sosok ibu sebelum mereka bertemu mami Aruna. “Gaska enggak pernah minta Ara untuk membantunya mengembal
Banyak yang berubah setelah lima tahun Isvara tidak menginjakan kaki di JP Corp. Gedung yang sepi karena banyak karyawan di PHK dan dinding kaca di bagian depan tampak kusam tidak terawat. Sekuriti di lobby depan sepertinya pegawai baru karena Isvara tidak mengenal mereka tapi mereka mengangguk ho
“Oke, baik Pak ….” Masih banyak informasi yang Yudha sampaikan kepada Isvara, pria itu berharap banyak kembalinya Isvara bisa mengembalikan kejayaan JP Corp seperti dulu. Dari ruangan Yudha, Isvara pergi ke ruangan Gaska. Gilang-sekertaris Gaska menyambutnya penuh suka cita seperti karyawan lain
Hanya sehari saja Isvara sendirian di area sayap kanan salah satu lantai gedung JP Corp karena hari berikutnya tim Isvara telah berkumpul meski belum semua karena ada beberapa yang membutuhkan waktu untuk resign dari kantor sekarang mereka bekerja. Isvara menatap wajah timnya satu-persatu dengan pe
Isvara kemudian menoleh ke belakang menggerakan tangannya meminta Nanny mendekat Seakan terhipnotis, sang Nanny mendekati Isvara seperti Isvara adalah majikannya. “Duduk di meja itu terus pesen makan siang yang kamu mau.” Isvara memberi instruksi dengan ekspresi dan nada datar lalu bodohnya Nanny