“Ra, pulang ya … ayo pulang.” Kenzo merengkuh pinggang Isvara menuntunnya kembali ke meja. Isvara sudah sulit dikendalikan karena mabuk berat. Gerakannya serampangan sedangkan matanya setengah terbuka. Masa tadi dia mau naik ke atas meja DJ, yang benar saja! “Enggak mau pulang ….” Isvara meracau
“Ra ….” “Kenzo … ayo, kita ke Aussie … kita cari suami buat aku.” Isvara merengek. “Kalau aku bersedia menerima kamu apa adanya, apa kamu mau menikah sama aku?” Isvara terdiam menatap Kenzo lamat-lamat. “Enggak … aku kasian sama kamu kalau jadi suami aku, kamu dapetin barang bekas hiks … hiks …
“Ra.” Kenzo menahan tangan Isvara yang hendak menarik handle pintu. Mereka sudah sampai di depan gedung kantor JP Corp, sengaja Kenzo mengantar Isvara pagi ini karena mobil Isvara ditinggal di kantor kemarin. “Apa, Ken?” Isvara menatap Kenzo lekat. “Kamu beneran enggak inget?” tanyanya menatap na
“Kerjaan itu diselesaikan di kantor bukan di rumah!” Suara Cindya meninggi. “Nanti kalau aku pulang malem, kamu negatifthinking … mikir yang enggak-enggak, nuduh aku selingkuh sama Ara,” sindir Gaska yang sengaja menunjukkan kekesalannya. Cindya berdecak lidah juga kesal karena kehilangan kata-kat
Setelah Senin lalu presentasi di depan CEO dan CMO JP Corp. Hari ini para Project Manager melakukan presentasi langsung di depan klien dari Singapura. Sengaja urutan presentasinya dibuat tim C lebih dulu kemudian tim B dan terakhir tim A yaitu timnya Isvara. Tidak ada beban atau degup jantung men
Sepanjang jalan pulang, Kenzo terus berceloteh merencanakan pesta pernikahannya dengan Isvara sampai kepindahan Isvara setelah mereka menikah nanti ke Australia. Semua tersusun rapih, mungkin Kenzo telah merencanakannya dari jauh hari. Namun Isvara hanya diam sembari tersenyum tipis menatap teduh
“Kamu juga ya, Ken … jangan tiba-tiba menghilang.” “Enggak mungkin, Ra.” Kenzo mengecup kening Isvara tidak peduli dengan orang-orang yang sedang berlalu lalang di pintu keberangkatan Bandara Soekarno – Hatta. Kenzo mengurai pelukan, perlahan dia melangkah menjauh masuk melewati pintu keberangkata
“Aku ada perjalanan bisnis pergi besok, selama tiga hari ke Singapura.” Gaska memberitahu Cindya begitu dia sampai di rumah. Cindya yang sedang menonton televisi hanya mendelik dengan ekspresi kesal. Gaska masuk ke dalam kamar mandi berharap Cindya bersedia membantu memasukan pakaian dan barang ke
Meski sering mendapat sikap dingin dan sindiran, tapi Isvara tetap datang ke rumah mertuanya setiap weekend walau hanya sebentar. Dia berusaha ikhlas menerima kondisi tersebut karena tidak ada kebahagiaan yang sempurna. Yang penting masalah datang bukan dari orang ketiga seperti rumah tangganya
Isvara dan Cindya menjadi begitu dekat layaknya sahabat. Karena keadaannya seperti itu, Meysha juga jadi dekat dengan sang mami. Meysha mulai mengerti dan menerima sikap maminya yang manja dan om Ricky yang begitu memanjakan maminya. Gadis kecil itu juga menyayangi adiknya dari mami Cindya dan
Setelah Arshaq genap berusia dua bulan, Gaska dan Isvara memutuskan kalau sudah saatnya berkunjung ke rumah mami papinya Gaska. Isvara telah menyiapkan mental untuk segala kemungkinan terburuk dan dia akan menerima dengan sabar. Yang penting Gaska mencintainya, Meysha menyayanginya dan sekarang
Isvara menjenguk Cindya setelah membawa Arshaq imunisasi di poli anak. “Ara!” seru Cindya merasa bahagia melihat kehadiran Isvara di kamarnya. Beberapa sahabat Cindya yang juga datang menjenguk menatap aneh Isvara dan Cindya secara bergantian. Cindya memang tidak pernah bercerita kepada mereka
Dua minggu kemudian pesta syukuran kelahiran baby Arshaq diselenggarakan di kediaman Gaska dan Isvara. Seluruh keluarga Bandung datang lagi membuat ramai rumah itu. Beruntung Gaska membeli rumah besar dan luas, nyaris menghabiskan uang tabungannya saat itu padahal JP Corp terancam collaps. Tap
Sampai Isvara dan baby Arshaq sudah diperbolehkan pulang pun mami dan papinya Gaska belum juga datang berkunjung untuk bertemu dengan sang cucu. Isvara berpikir apa salahnya sampai mereka begitu membencinya? Karena sungguh alasan status saja tidak bisa Isvara terima pasalnya sampai detik ini jus
Di luar ruang rawat Isvara atau lebih tepatnya di sebuah ruangan untuk penunggu pasien, Gaska duduk sendirian dengan satu cup kopi di tangan. Dia menatap ke luar dinding kaca yang menampilkan pemandangan kota. Gaska tidak sadar kalu Ricky sudah berdiri di sampingnya dari beberapa menit yang lalu
Isvara dikerubungi oleh keempat orang tuanya, mereka semua bergantian memeluk Isvara ketika sudah dimasukan ke ruang rawat. “Selamat ya sayang ….” Keempat orang tuanya mengatakan hal yang sama. “Kamu hebat!” Papi Adrian menambah. “Makasih ya kalian sudah datang.” Isvara jadi terharu. “Mana D
Tidak ada yang lebih menegangkan selain menanti kelahiran sang putra ke dunia seperti yang sedang dialami Gaska saat ini. Dia terus saja bolak-balok di depan pintu ruang bersalin diliputi perasaan cemas. Isvara harus melakukan operasi caesar karena leher bayinya terlilit ari-ari padahal sebelumn