Share

Bab 84

Penulis: Silla Defaline
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bu Lasmi lagi-lagi terdiam. Memang benar apa yang Bu Aleena katakan, memang Bu Lasmi sendiri yang telah mengirimkan undangan kepada dua orang tersebut. Bahkan bukan cuma via undangan, tapi lewat via telepon pun Bu Lasmi telah terlanjur berkata-kata buruk dalam mengundang mereka.

Sementara itu, Yoga kembali menatap Lia tak berkedip. Kontan saja tingkah Yoga membuat Riana semakin dongkol melihatnya.

Dengan tidak mempedulikan Yoga yang sedari tadi memperhatikannya, Lia melangkah mendekati Riana yang justru terlihat gugup kali ini.

"Selamat atas pernikahan kalian Riana! Aku turut bersukacita karena pernikahan kalian. Semoga bahagia dan awet hubungan kalian!"

Lia mengulurkan tangannya sambil Mengucap selamat untuk Riana.

Dengan perasaan canggung Riana menyambut uluran tangan dari istri pertama suaminya tersebut. Orang yang dulu ia remehkan ternyata sekarang mampu membuatnya merasa cemburu.

"Lia, maaf jika selama ini aku nggak sempat menjenguk kalian ke Jakarta. Sebenarnya aku mau sih me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Marianah
perasaan tiap nulis sll bnyk typo nya..
goodnovel comment avatar
Teti Quraisyini
kok bersambung sih....kata2 nya banyak salah dalam penulisan....harus lebih memperhatikan lagi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 85

    "Bisa-bisanya kamu memuji Lia di hadapanku? Kamu kira aku senang mendengarnya, Yoga? Baru ngeliat penampilan Lia segitu aja kamu udah kelihatan kembali tertarik sama dia." Riana mengomel tidak keluar membuat beberapa tamu undangan semakin ilfil melihat mereka."Maaf, maaf, aku bukannya tertarik sama dia, Sayang. Tadi aku... aku cuma keceplosan." jawab Yoga dengan terburu-buru."Nggak usah bohong kamu! Aku udah bisa lihat kok dari cara kamu sejak Lia datang sampe dia pulang." Riana menggerutu kesal.Sedangkan Yoga terlihat meraba pipinya yang memerah sebab tamparan Riana barusan cukup keras dan menyakitkan.Jadilah pada hari itu acara resepsi pernikahan mewah tersebut berubah menjadi sebuah drama yang memalukan bagi Yoga dan keluarganya. Terlebih-lebih lagi Bu Lasmi dan Melisa. Terasa mereka berdua ditampar oleh kedatangan Lia dan Bu Aleena.***"Aku gak nyangka akan bakalan jadi kayak gini, Bu. Acara pernikahan Kak Yoga kerasa jadi amat berantakan. Asli deh aku kesel banget sama keda

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 86

    "Mau tanya apa kamu?" Ah sebenarnya Yoga takut untuk meneruskan, tapi pada saat yang bersamaan rasa penasarannya semakin membuatnya tak bisa mengurungkan niat."Sayang, di mana kamu simpan kado yang dikasih sama Lia ke kita?" kali ini pertanyaan itu terlontar dengan lebih pelan lagi.Riana mendadak berdiri dari duduknya."Oh, jadi sekarang kamu penasaran sama kado yang dikasih sama si mantan istri sialanmu itu, ya? "Riana membulatkan mata.Yoga jadi khawatir, pertanyaannya ternyata memang benar semakin membuat Riana marah besar. Terlihat dari muka Riana yang menatapnya begitu sangar."Maaf, maaf, Sayang! Bukan begitu maksudku, Riana." Yoga berusaha membela diri."Lalu apa maksudmu? Apa? Kamu penasaran sama isi yang ada di dalem kado itu Begitu kan? Kamu penasaran sama apa yang dikasih Lia sama kamu? Haa? Kalo kamu masih aja ngarep-ngarepin si Lia, sana kamu pulang aja sama dia! Terus kita cerai!" Riana marah besar."Tolong jangan marah-marah gini dulu dong, Sayang. Aku bisa jelaskan

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 87

    "Abram? Abram kakaknya Lia? beneran?" Bu Lasmi melongo todak percaya.Yoga diam mematung, matanya melotot tajam menatap lembaran kertas di hadapannya."Iya, Bu.""Kenapa kamu baru tahu" hal ini? Bagaimana mungkin Kakak dari seorang Lia bisa menduduki jabatan sepenting itu?""Kemarin kan aku nggak sempet hadir pas pengangkatan atasan baru! Karena hari itu aku sedang berlibur sama Riana. Jadi aku gak tahu hal ini sama sekali." jawab Yoga.Bu Lasmi terpaku berdiri di tempat."Aku nggak tahu kalo Abram yang sekarang menjabat sebagai atasanku ternyata merupakan Abram kakaknya Lia. Tidak salah lagi, Bu. Abram Hernando ini adalah kakaknya Lia" Yoga berkata lemas.Bu Lasmi terdiam tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh anak laki-lakinya."Sekali lagi Ibu tanya sama kamu, Yoga! Bagaimana bisa kakak seorang Lia duduk di di atas jabatanmu?" Bu Lasmi bertanya.Bagaimanapun hati Bu Lasmi sulit untuk percaya."Mana aku tahu, Bu! Yang pasti, Abram ini sudah jelas adalah kakaknya Lia. Dari Nama

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 88

    Bagaimanapun ia merasa sulit untuk percaya jikalau Abram menduduki jabatan setinggi itu."Jangan-jangan kamu di sini hanya bertindak sebagai asisten bos saya, Abram. Namun kamu dengan lancangnya mengirimkan aku surat pemecatan? Kamu jangan main-main, Abram! Aku bisa saja menuntutmu karena sudah mencemari nama baik atasan saya dengan berpura-pura menjadi atasan saya sendiri!" Yoga berkata membabi buta.Setidaknya itu lah pikiran yang terselip di hatinya saat ini. Ia tidak terima dan tidak percaya Abram yang tiba-tiba ia ketahui menduduki jabatan itu."Menurutmu siapa yang lebih pantas untuk membawa masalah ini ke pengadilan? Kau tahu, tingkah kamu ini yang jauh berpotensi untuk membuatmu berada dalam jeruji besi! Kamu mengatakan aku berpura-pura menduduki jabatan ini? Haa ..? Tidakkah kamu berpikir, jika aku tidak menduduki jabatan ini, maka aku tidak akan pernah bisa berada di kursi ini, Yoga!" Gebrakk! Abram menepuk meja di hadapannya.Yoga gemetaran."Sebenarnya mau apa ka.u kemar

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 89

    "Yoga!" Yoga terkejut. Lamunannya buyar."Ehhmmm... I iya.." tanggap Yoga bergetar."Pulanglah! Tidak ada gunanya lagi kamu masih berdiri di sana?" ucap Abram.Sebentar kemudian, terlihat Abram membuka laci.Laki-laki itu mengeluarkan sebuah amplop. Tidak lama kemudian, Abram meletakkan amplop itu di hadapan Yoga."Ini tunjangan buat kamu!"Dugh!Yoga mengelus dada. Ia sadar, kali ini ia memang benar-benar dipecat dari pekerjaan yang amat dibangga-banggakan olehnya dan juga oleh keluarganya selamanya ini.Terasa semua bagaikan mimpi, tapi sayangnya semua ini benar-benar terjadi di alam nyata.Sebenarnya masih banyak pertanyaan yang ingin diutarakan oleh Yoga pada Abram, tapi sepertinya Abram tidak menyukai keberadaan yoga di sana. Sikap Abram membuat Yoga gentar."Kak, sebelum aku pergi, bolehkah aku bertanya sedikit saja?" Yoga masih memberanikan diri untuk mengutarakan sebuah pertanyaan."Silakan taanyakan sekarang!""Kak, di mana Lia sekarang? Aku ingin meminta maaf padanya. Aku m

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 90

    "Bu, gimana uang lima juta kemarin? Udah disiapin belum?" pagi-pagi Melisa sudah menghampiri ibunya yang tengah belepotan di dapur."Mel, ibu dari kemarin sampe malem ke sana kemari cari pinjaman, tapi nggak ada yang mau ngutangin kita." Bu Lasmi menjawab."Yah....! Payah kalo gini! Terus gimana dong sama acara yang ingin diadakan di kampus kami hari ini, Bu? Kan aku yang harus nanggung biayanya. Aduh." Melisa benar-benar pusing dibuatnya."Maafkan Ibu, Melisa! Ibu udah nggak tahu harus gimana lagi. Yang pastinya Ibu udah berusaha dari kemarin. Tapi sayangnya ibu masih kagak dapat tuh duit, Nak." Bu Lasmi berkata dengan mimik wajah pilu."Kan aku udah bilang dari siang kemarin Bu, masa pagi ini uangnya belum juga siap? Ibu sama kak Yoga gimana sih? Kalian niat nggak mau nguliahin aku? Masa segitu ajah Kak Yoga nggak punya simpanan?" Melisa berkata kesal."Kakakmu benar-benar kagak punya simpanan lagi, Melisa! Dia aja bingung buat bayar cicilan mobil bulan ini. Mana udah mepet lagi wa

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 91

    Astaga! Melisa mengusap muka.Apa yang di ia takutkan sekarang jadi kenyataan, ini saja baru bibir Dean yang bicara. Belum lagi mulut-mulut teman-temannya yang lain. Melisa sungguh tidak bisa membayangkan ketika nanti ia bertemu dengan teman-teman kampusnya.Ada sedikit rasa penyesalan dalam benak Melisa mengapa kemarin ia harus koar-koar dihadapan teman-temannya bahwa ia pasti akan membawa uang sejumlah lima juta itu untuk biaya acara mereka. Dan itu benar-benar ia pastikan. Dan bahkan di hadapan teman-temannya Melisa sendiri masih ingat jika dia dengan begitu percaya dirinya menganggap uang lima juta itu hanyalah jumlah yang kecil bagi keluarganya. "Kalian tenang ajah, semua biaya acara biar aku yang keluarin. Kalian tahu sendiri kan kalo kakak aku itu seorang pejabat gede. Kalo cuma uang segitu mah kecil bagi dia. Belum seperempat dari gajinya selama sebulan. Mobil ajah kami kebeli, apalagi cuma uang seuprit gitu!" Melisa masih ingat betul bagaimana ia berbicara seperti itu di had

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 92

    Dengan cukup terpaksa, Yoga dan ibunya harus menggunakan uang tunjangan yang diberikan Abram kemarin untuk melunasi angsuran mobil.Meskipun Yoga sadar, dengan habisnya uang itu, artinya dia harus benar-benar ekstra berusaha untuk mencari uang dengan cara lain untuk menutupi kebutuhan sehari-hari mereka setelah ini."Semua ini gara-gara kakaknya Lia! Seandainya saja Abram tidak macam-macam sama kita, kita tidak akan menghadapi hidup sial kayak gini." Bu Lasmi mengepalkan tangannya. Kekesalan pada diri Ibu Lasmi tengah menggebu-gebu. "Benar, Bu.""Awas saja mereka! Kalo aku bisa ketemu sama Lia kembali, akan kuremas-remas tuh mulutnya! Keterlaluan mereka." dendam Bu Lasmi."Menurut perkiraan Ibu, Emang mereka pasti sengajain buat ngelakuin semua ini sama kita! Mereka kan nggak suka kalo ngelihat kita hidup tenang dan nyaman. Mungkin mereka tuh iri sama kita yang bisa beli mobil, bisa beli pengganti semua barang-barang yang udah Lia bawa dari rumah ini, terus mereka juga kayaknya iri sa

Bab terbaru

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 153 Akhir

    Beberapa tahun kemudian, setelah sekian lama hidup dalam jeruji besi, Bu Lasmi dan Yoga keluar dalam keadaan menanggung kemiskinan.keadaan jauh lebih sulit. Tak ada rumah untuk Bernaung dan tak ada tempat untuk pekerjaan.Sedangkan Melissa, sekarang anak itu harus meringkuk di sudut ruangan sempit di pojok ruang kontrakan. Tak ada lagi yang bisa di harapkan dari gadis itu. Penyakit HIV yang menyerangnya membuatnya tak bisa melakukan apa-apa. Penyakit yang menggerogoti Melissa juga membuat orang-orang menjauh dari mereka. Mereka di kucilkan.Sementara Bu Lasmi yang juga sudah menua dan tulang punggung yang membungkuk juga tak bisa melakukan apa-apa. Keadaan yang benar-benar menyedihkan. Seiring usia tua yang menyongsong hidupnya, telinga Bu Lasmi tak bisa lagi berfungsi dengan baik, begitupun dengan indera penglihatan yang ia miliki. Wanita yang dulu selalu mau menang sendiri tersebut harus menerima takdirnya sebagai wanita tua yang tuli dan hampir buta.Akhirnya dengan segala perti

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 152

    Sementara itu, di sebuah gedung yang cukup mewah, sebuah pesta pernikahan di adakan. Dengan dekorasi yang menawan dan elegan, pesta perayaan itu terlihat begitu megah.Di deretan parkir, deretan mobil mewah berjejer, menunjukkan bahwa sebagian besar tamu yang hadir di sana bukanlah orang biasa.Benar-benar luar biasa.Yoga yang kebetulan baru saja datang ke kota Jakarta dengan harapan akan mendapatkan pekerjaan lebih baik, untuk pertama kalinya harus puas dengan menyandang tugas sebagai satpam di acara pernikahan tersebut."Mewah banget acara pernikahannya ya." celetuk teman Yoga."Iya bener, baru sekali ini sih aku melihat pesta pernikahan semewah ini. Wajar kalau bayaran kita gede. Ternyata sesuai sih sama kemewahan pestanya." Yoga menimpali."Ya iyalah, mereka bayarin kita gede. Toh kedua mempelainya memang berasal dari keluarga kaya semua, kok. Masa keluarga konglomerat bayarin kita kecil. Tuh liat tamu-tamu mereka! Rata-rata pakai mobil bagus kan. Tamu-tamu Mereka emang orang pen

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 151

    Lia memegang kepalanya. Lia merasakan kepalanya sedikit pusing. Terasa kurang nyaman. Akhirnya, dengan menggunakan sepeda motornya, Lia memutuskan untuk pulang. Di tengah perjalanan, Lia merasakan pusing di kepalanya semakin menjadi-jadi. “Aduuh! sepertinya aku harus berhenti dulu.” Lia meminggirkan sepeda motornya.Lia memegang kepalanya. Lia bisa merasakan keningnya panas.“Ada apa denganku? Mengapa tubuhku seperti ini?”“Seharusnya aku harus sampai di rumah lebih cepat.” batin Lia.Lia mencoba menstarter kembali sepeda motornya. Namun kepalanya terasa tak bisa diajakdi ajak bekerja sama. Pusingnya malah bertambah-tambah.Dengan kepala yang terasa berputar-putar, Lia meraih ponsel, dan mencoba menghubungi seseorang yang bisa ia hubungi.Dengan pemandangan kabur, Lia menghubungi seseorang di ponselnya.“Halo, Ma. Tolong jemput aku sekarang didepan Keiza Butik, Ma. kepalaku pusing. Aku … aku…” suara Lia terputus. “Bruukh!Wanita itu ambruk.***Samar-samar Lia membuka matanya. ha

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 150

    Riana tak tahu lagi apa yang telah terjadi. Tubuhnya lemas, batinnya menangis. Semua terasa bagaikan mimpi."Kamu menipuku, Doni!" hardik Riana tiba-tiba merasa jijik dengan pria paruh baya berkepala botak di hadapannya."Maafkan aku Riana. Tapi aku sudah berusaha benar untuk bikin kamu bahagia.""Kalau kamu memang berniat untuk membuat aku bahagia, masalah kayak gini nggak akan pernah terjadi, Doni!" hardik Riana kembali."Kamu benar-benar udah bikin aku kecewa, Doni! Kurang ajar banget!" sembari terisak, Riana melangkah pergi tanpa bisa Doni mencegahnya."Setelah anak ini lahir, kamu harus bertanggung jawab dengan anak dalam perutku Ini Doni!" ucap Riana sebelum benar-benar pergi."Iya Riana. Aku janji aku akan bertanggung jawab! Tapi please tetaplah bersamaku!" "Tidak! Aku akan datang padamu ketika anak ini nanti sudah lahir dan menyerahkannya sama mu!"***Beberapa bulan berlalu, Riana membawa bayinya menuju ke sebuah rumah di mana Doni tinggal. Riana mengetahuinya setelah diberi

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 149

    "Apa ini Nayla? Apa maksudmu?" Doni bangkit dari duduknya."Kurasa aku tak perlu menjelaskan untuk kedua kalinya sama kamu, Doni! Aku yakin barusan kamu sudah mendengar apa yang aku katakan Doni!" Nayla menyeringai."Tidak! Tidak, Nayla! Kau tidak sungguh-sungguh memecatku sekarang, kan? Kamu tidak bisa melakukan ini Nayla?""Kenapa tidak bisa?" Nayla bertanya balik.Terlihat muka Doni merah padam, tangannya mengepal dan giginya gemerutuk.Sedangkan Riana, masih kebingungan dan tidak mengerti apa maksud Nayla. Ia tidak percaya."Nayla, kau tidak berhak untuk memecat suamiku dari pekerjaannya! Jelas-jelas suamiku adalah seorang manajer disini. Dia punya kekuasaan yang tinggi. Dan dia punya kekuatan yang besar di sini. Lalu apa hakmu melemparkan surat pemecatan begitu saja? Siapa yang menyuruhmu? Sedangkan kamu hanya seorang ibu rumah tangga! Tahu apa kamu soal perusahaan? Ha ... haa..! Kau pikir kau akan mudah untuk memecat suamiku dari sini? Hanya karena kau mendendam sebab suamimu te

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 148

    Dengan nafas ngos-ngosan, Riana melempar tasnya ke atas ranjang. Pertemuannya dengan Nayla sama sekali tak memuaskan hati."Wanita aneh, didatangi sama selingkuhan suaminya malah anteng aja! Lihat aja kamu Nayla, beneran akan ku bujuk Mas Doni untuk cepat-cepat cerein kamu! Biar tahu rasa kamu nggak bisa apa-apa setelah kehilangan Mas Doni yang selama ini memanjakan ekonomi kamu!" janji Riana dalam hati.***"Mas, mapan Mas akan menceraikan Nayla? Aku udah nggak betah lagi sama dia Mas!" Riana berbicara dengan nada.Mendengar pertanyaan itu, tidak seperti biasa, Doni yang biasanya selalu murung jika ditanya soal perceraiannya dengan Nayla, tapi kali ini Doni terlihat sumringah seperti ada kabar baik yang ia bawa. "Kenapa Mas justru terlihat senang? Nggak kayak biasanya?" Riana heran."Sini dulu, Sayang! kebetulan banget Mas pengen bicara soal ini sama kamu."Keduanya berjalan menuju balkon."Mas bawa kabar apa? Kayaknya beneran emang ada yang istimewa nih." "Sangat istimewa, Sayang

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 147

    "Kamu bilang gitu karena kamu sedang berusaha kuat di hadapanku, kan?" Riana mencibir."Apakah jika kamu berada di losisiku kamu akan melakukan hal seperti itu, Riana? Kalau begitu, mentalmu tidak cukup kuat. Sudahlah, sekarang tidak ada lagi yang perlu kita bahas, ada baiknya kamu pulang!"Riana merasa terusir."Aku nggak nyangka ya, ternyata kamu ini orangnya cukup sombong, Nayla. Wajar kalau suamimu nggak betah hidup sama kamu dan memutuskan buat mencari istri yang kedua." sinis Riana."Riana, kamu boleh aja membuat berkesimpulan apapun yang kamu suka terhadapku sekarang. Taoi, yang pasti Doni bukannya nggak betah sama aku. Tapi memang kalian berdua yang mempunyai sifat yang sama. Oleh karena itu, emang kulihat kalian berdua cocok untuk menyatu. Dan nanti sekalian akan kubantu untuk menyatukan kalian sepenuhnya. Bagaimana? apa kau puas sekarang?" Nayla menyeringai tajam."Nayla, kalau cuma sekedar untuk menyatu dengan Mas Doni, kurasa aku nggak perlu bantuan dari kamu! Aku bisa saj

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 146

    "Kulihat kamu agak kaget dengan ucapanku, ada apa?" Nayla bertanya.Riana mendekat dan duduk di kursi tepat di hadapan Nayla."Apa kamu udah kenal sama aku sebelumnya?" tanya Riana."Bagaimana menurut kamu? Apakah aku nampak kenal sama kamu atau enggak?""Kudengar tadi kamu menyebut namaku? Tahu namaku dari mana?" Riana melanjutkan pertanyaannya.Terlihat Nayla tersenyum."Kalau aku tahu sama nama kamu lalu apa salahnya?""Hmm..." Riana mulai berfirasat tak baik."Lalu tadi kudengar juga Kamu nyebut aku sebagai Nyonya Doni. Apa maksudmu?""Ohoo, kamu bertanya soal itu rupanya. Apa kamu nggak ngerasa sebagai Nyonya Doni?"Riana kesal. Bukannya menjawab, malah Nayla selalu saja melontarkan pertanyaan balik.Riana mulai serba salah untuk menjawab pertanyaan tersebut."Sudahlah Riana! kamu nggak usah pusing memikirkan pertanyaanku. Kamu tenang saja, tak perlu takut, setelah ini kau akan bergelar Nyonya Doni secara seutuhnya! Bukankah itu yang kamu mau?"Huuufth!Terasa badan Riana panas d

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 145

    Dengan langkah percaya diri, Riana berjalan ke sebuah rumah yang cukup megah dan mewah.Perutnya yang membesar tidak menyusutkan rasa percaya diri yang ia miliki. Justru ia merasa patut merasa bangga dengan janin yang ada di rahimnya saat ini.Sejenak Riana mematung, mengagumi rumah di hadapannnya, namun keberadaan seorang satpam yang berjaga bergerak membukakan pintu, membuat Riana tersadar ia harus menjaga sikap untuk tidak boleh terlihat senorak itu."Maaf, Mbak, ada yang bisa saya bantu? Mbak ingin bertemu dengan siapa?""Pak Satpam, Saya ingin bertemu dengan mbak Nayla." jawab Riana."Oh, rupanya Mbak adalah tamunya nyonya besar di rumah ini, ya?"Riana menyeringai sinis mendengar satpam tersebut menyebut Nayla sebagai nyonya besar."Iya, Pak. Saya tamu spesialnya Nayla, istrinya Mas Doni. Benar, kan?"Satpam mengangguk."Baiklah Mbak, kebetulan Nyonya Nayla baru saja pulang dari perusahaan. Biar kuberitahu beliau terlebih dahulu!" jawab sang satpam berlalu setelah sebelumnya ter

DMCA.com Protection Status