Share

Part28

Pagi harinya aku membantu Bik Inah beres-beres di dapur. Selesai Bik Inah membuat sarapan, aku mencucikan piringnya.

"Mama masih nggak mau keluar ya, Bik?" tanyaku.

"Iya, Mbak. Kayaknya tadi malam Ibuk ndak makan malam," sahut Bik Inah.

"Delima jadi khawatir, Bik. Emang Mama sering gitu ya. Kalau sakit gimana? Delima bawain sarapan aja ke kamar, ya?" Aku merasa cemas.

"Bukan Mama yang harus kamu kuatirkan, Delima." Tiba-tiba Mama muncul. Dengan cepat aku menarik kursi dan mempersilahkannya duduk di kursi makan.

"Mama mau sarapan? Minum teh ya, Ma. Masih hangat. Baru aja mau Delima antar ke kamar." Aku merasa sedikit tenang karena akhirnya Mama keluar dari persembunyiannya.

"Duduk!" perintah Mama. Menunjuk kursi di depannya dengan anggukan kepala. Aku pun menurut.

"Bagaimana perasaan kamu sekarang?" tanya Mama.

Jujur saja, aku tak lagi merasakan apa pun. Tak ada rasa kecewa, atau menyesal karena meninggalkan rumah itu. Yang kupikirkan sekarang hanyalah tentang kepulanganku ke kampung
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status