Share

Part30

Aku dan Bik Inah kembali saling menoleh. Aku mengunci rapat mulutku sendiri. Sama sekali tak berani lagi bicara apa pun. Itu baru meja yang digeprek. Kalau sampai salah bicara lagi, mungkin bisa berterbangan semua barang-barang di dapur ini.

Akhirnya aku menemani Mama sarapan dengan penuh kesunyian. Untuk mengatakan bahwa Mas Raka menelepon dan mengabarkan kesehatan Mbak Silvi pun aku tak berani.

Usai sarapan, Mama kembali lagi ke kamar. Sedangkan aku membersihkan meja sisa sarapan tadi.

"Mbak Delima yang sabar ya, Mbak," ucap Bik Inah. "Bibik turut prihatin dengan apa yang terjadi sama Mbak."

"Iya, Bik. Delima nggak apa-apa kok. Malah akhirnya Delima bersyukur dengan ketidak adilan Mas Raka. Delima jadi masih seperti gadis saja saat ini."

"Tapi, Mbak Delima nurut aja sama Ibuk, ya. Ibuk itu aslinya baik banget, lho. Nggak tegaan sama orang. Lagipula, benar kata Ibuk. Kasian Buenya Mbak Delima di kampung."

Aku pun mengangguk saja.

*

Karena tak jadi pulang ke kampung, aku mulai berad
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status