Kalila mengangguk saja, toh dia juga tidak mengenal siapa orang itu. “Itu dia mereka datang!” Ayah Arka mengembangkan senyumnya ketika sang putra mendekat bersama Kalila. “Yah, apa kabar?” sapa Kalila sambil balas tersenyum. “Beginilah, sini ayah mau gendong cucu.” Noah pun berpindah tangan dari Arka ke ayahnya. “Sania, kenalkan. Ini anakku Arka dan istrinya Lila.” Wanita yang menjadi tamu misterius tadi tersenyum ke arah Arka dan Kalila. “Makanlah yang banyak kalian,” pinta ayah Arka saat anak dan menantunya tiba di dapur. “Wah, wah, ada acara apa sebenarnya ini, Yah?” tanya Arka penasaran. “Nanti saja ayah ceritakan, sekarang makanlah dulu. Noah biar ayah gendong.” Kalila dengan sigap mengambilkan makanan untuk Arka setelah sebelumnya tersenyum ke arah Sania yang duduk santai di samping ayah mertua. “Itu anak kalian?” “Betul, Tante ....” “Masih muda, sudah punya momongan. Kalian kejar tayang, ya?” Kalila dan Arka saling pandang sejenak. “T
“Jadi dia mantan istri?” Soraya mengangguk membenarkan. “Tapi itu sudah masa lalu, Dano punya jalan hidupnya sendiri dan kamu adalah masa depannya ....” “Bu, aku belum memutuskan apa-apa!” sergah Gio. “Makanya cepat putuskan, Stevi ini memiliki kriteria yang lebih baik dari istri-istri kamu sebelumnya.” “Aku tidak mau buru-buru memilih pendamping, tolong ibu hargai keputusan aku.” Kalila memalingkan wajahnya tidak peduli, dan memilih untuk mengirim pesan kepada Arka dan memberi tahu jika dia sudah tiba di depan ruko. “Tante, tidak perlu memaksa Gio. Aku mungkin belum cukup pantas untuk menjadi pendampingnya,” ucap Stevi dengan wajah murung. “Kamu ini bicara apa, anak Tante ini hanya butuh dorongan saja. Dan, antar ibu sama Stevi pulang.” “Aku tidak bisa, Bu. Aku pesankan taksi saja, ya?” “Mana bisa begitu?” “Kan ibu sendiri yang tiba-tiba datang ke kafe dan minta aku untuk menyusul,” bantah Gio. “Nah, itu ada taksi. Ibu sama Stevi bisa pulang duluan, ak
“Kamu bilang Ibu menambah beban pekerjaan kamu? Ucapan macam apa itu?” Soraya semakin berang. “Temui Stevi sekarang, minimal jelaskan kalau kamu sedang sibuk!” Sebelum Gio sempat menjawab, Soraya sudah memutus pembicaraan. “Gio!” Stevi berdiri dari duduknya sambil tersenyum manis saat Gio akhirnya muncul. “Aku tidak ganggu kamu kan?” Jujur saja Gio merasa jengah dengan pertanyaan basa-basi dari Stevi. Sudah tahu dirinya sedang bekerja, kenapa masih saja datang? “Aku ada banyak pekerjaan, jadi mungkin aku tidak bisa ngobrol dengan siapa pun.” “Ah, baiklah—kebetulan aku hanya mampir saja ....” “Kalau begitu aku harus lanjut bekerja, bilang ibuku kalau dia tanya.” “Bilang apa?” “Bilang kalau aku sudah menemui kamu.” Stevi hanya bisa menganggukkan kepala, sementara Gio langsung pergi meninggalkannya tanpa kata. *** “Lil, ayahku mau menikah.” Kalila langsung membulatkan matanya saat mendengar pengakuan Arka. “Sama Tante Sania itu?” “Siapa lagi?” K
Kalila mengangguk pelan. “Ibu tenang saja, aku tidak pernah melakukan kewajiban aku kok. Tapi tidak sepagi ini juga, apalagi Noah masih menyusui ....” “Itu kodrat kamu, mungkin lebih baik kamu fokus saja di rumah dan tidak usah kerja. Jadi tidak ada alasan untuk terlalu capek lagi, bagaimana?” Rasa kantuk Kalila nyaris hilang setelah dia mendengarkan ucapan Sania. “Bu, maaf sekali sebelumnya. Tapi sejak awal Arka sudah menerimaku dalam kondisi seperti ini, aku bekerja, aku juga seorang ibu dan dia tidak mempermasalahkan hal itu. Aku tetap melakukan kewajibanku sebagai istri meskipun ada asisten yang membantuku.” Sania mengerutkan bibirnya. “Niat ibu baik, hanya ingin kamu jadi istri dan ibu seutuhnya. Apalagi anak kamu itu masih kecil ....” Kalila mengangguk saja. “Terima kasih untuk sarannya, Bu.” Diiringi seulas senyum tipis, Kalila terpaksa menutup pintu kamar bahkan sebelum Sania berlalu pergi. “Kenapa wajahmu begitu?” tegur Arka yang memperhatikan jika ekspres
Napas Stevi berubah menjadi lebih cepat, tapi Kalila tidak peduli. Bukan dia yang mencari perkara lebih dulu, melainkan wanita itu. “Nyonya, ini kopinya!” Bik Nuri muncul sambil membawa beberapa cup kopi dingin. “Tolong sekalian Bibik bagikan ke mereka, ya.” “Baik, ini saya juga beli untuk Nyonya sekalian.” “Terima kasih, Bik.” Kalila menerima satu cup kopi dingin favoritnya. “Tadi bilang tidak ada urusan sama Gio, tapi nyatanya juga beli kopi di tempat dia.” Stevi berkomentar. “Maaf, Anda siapa ya?” Bik Nuri menoleh dengan heran. “Nyonya saya beli kopi kan juga bayar.” “Tidak usah dipikirkan, Bik. Lebih baik kopinya dibagikan sekarang saja, kasihan mereka kehausan.” “Baik, Nyonya.” Stevi berbalik sambil menghentakkan kakinya kesal. “Itu tadi siapa sih, Nyonya?” tanya Bik Nuri penasaran ketika dia dan Kalila meluncur kembali ke outlet. “Calon istrinya Tuan Gio.” “Calon istri? Ya ampun, Nyonya rela kalau Noah mendapatkan ibu sambung seperti dia?”
"Kamu bilang Ibu menambah beban pekerjaan kamu? Ucapan macam apa itu?" Soraya semakin berang. "Temui Stevi sekarang, minimal jelaskan kalau kamu sedang sibuk!" Sebelum Gio sempat menjawab, Soraya sudah memutus pembicaraan. "Gio!" Stevi berdiri dari duduknya sambil tersenyum manis saat Gio akhirnya muncul. "Aku tidak ganggu kamu kan?" Jujur saja Gio merasa jengah dengan pertanyaan basa-basi dari Stevi. Sudah tahu dirinya sedang bekerja, kenapa masih saja datang? "Aku ada banyak pekerjaan, jadi mungkin aku tidak bisa ngobrol dengan siapa pun." "Ah, baiklah—kebetulan aku hanya mampir saja ...." "Kalau begitu aku harus lanjut bekerja, bilang ibuku kalau dia tanya." "Bilang apa?" "Bilang kalau aku sudah menemui kamu." Stevi hanya bisa menganggukkan kepala, sementara Gio langsung pergi meninggalkannya tanpa kata. ** "Lil, ayahku mau menikah." Kalila langsung membulatkan matanya saat mendengar pengakuan Arka. "Sama Tante Sania itu?" "Siapa lagi?" Kalila tetap menyeduh kopi unt
"Aku beruntung menikah sama kamu." "Maka jagalah keberuntungan itu." Satu bulan kemudian, ayah Arka dan Sania meresmikan hubungan mereka di depan penghulu dan tamu yang sengaja diundang terbatas. "Tuh lihat, om kamu saja menikah lagi. Kamu kapan?" bisik Soraya di telinga Gio. "Memangnya kenapa sih, Bu? Om Sandy sudah siap menikah lagi, kalau aku belum kepikiran ke arah sana." Soraya memberengut, dia sangat jengkel jika Gio membantah ucapannya. Setelah ijab qobul selesai, para tamu menikmati suguhan yang telah tersedia sembari memberikan selamat kepada sepasang pengantin. "Arka, kamu punya ibu lagi!" Soraya berkomentar saat berpapasan dengan Arka. "Iya Tante, terima kasih sudah datang." "Tentu saja, apa pun itu ...." Alih-alih memberi ucapan selamat, Gio lebih memilih untuk mendatangi Noah. "Aku pinjam Noah sebentar," kataku kepada Kalila. Tanpa menjawab, Kalila mengizinkan mantan suaminya menggendong anak mereka. "Jadi kapan secepatnya kalian pindah? Ayah dengar kontraka
Bab 1-Pertunangan yang Ditolak "Ayah sudah menyiapkan calon suami untuk kalian berdua," kata Henry sembari memandang kedua putrinya bergantian. Kissia yang baru saja lulus sekolah memandang ayah tirinya dengan kedua mata mengerjab tak percaya. Detik berikutnya dia menoleh memandang ibu kandungnya yang bernama Isabelle, wajah keduanya sama-sama melukiskan keterkejutan yang nyata. "Siapa mereka, Yah?" tanya kakak tiri Kissia yang bernama Feli dengan wajah tertarik. "Pastikan aku tidak perlu menolak ide perjodohan ini." Henry mengotak-atik ponselnya dan sesaat kemudian mengulurkan benda pipih itu kepada Feli. "Kamu bodoh kalau menolak berjodoh dengan salah satu dari mereka," komentar Henry lambat-lambat. Feli menyibakkan rambut pendeknya ke belakang bahu, kemudian dia mengambil ponsel yang diulurkan ayahnya. Sementara itu Kissia melirik saudara tirinya dengan wajah bertanya-tanya. “Ini kan ...” Feli menyipitkan matanya dan memperhatikan dua sosok pria yang tertampil di ponsel s