Hari ini Lisa benar-benar menikmati harinya bersama Sean dan Nania. Mereka menikmati beberapa wahana permainan menyenangkan. Hidup Lisa kini terasa berwarna, seolah menemukan kebahagiaan yang sudah lama hilang.Nania bahkan tak sungkan merangkul dan menggenggam tangannya. Ketiganya seolah tak merasa lelah, apa lagi melihat tawa riang Sean yang selalu menggemaskan. Hingga akhirnya Nania menunjukkan rasa lelahnya.“Sepertinya aku sudah tua. Kita istirahat sebentar, ya,” pinta Nania dengan napas tersengal, tetapi senyumannya terus mengukir.Sean ingin protes, tetapi melihat wajah neneknya yang benar-benar kelelahan, dia pun akhirnya memutuskan untuk menurut. Kemudian Lisa menawarkan mereka untuk beristirahat di salah satu restoran. Mereka perlu minuman segar untuk mengurangi rasa lelah dan mengisi tenaga.“Kamu mau pesan apa, Sayang?” tanya Lisa seraya menunjukkan daftar menu pada Sean.“Eskrim ini sepertinya enak,” jawabnya menunjuk gambar eskrim yang menggugah seleranya.Lisa pun menga
Setelah Gabriel berpamitan, Lisa terlihat kebingungan. Tak mungkin Gabriel berbohong, tetapi kenapa Ryan berbohong. Rasanya kepalanya berdenyut keras memikirkan hal itu.“Nanti aku coba tanyakan pada Ryan.”Lisa hampir lupa jika tujuannya untuk ke toilet. Namun, hal tadi sangat mengganggunya. Dia pun membasuh wajahnya agar lebih tenang dan wajahnya sedikit lebih segar.Tidak mungkin juga Lisa menanyakan langsung tentang hal tersebut. Itu bisa membuat Ryan salah paham dan mengira dirinya masih memikirkan Jason. Kepala Lisa berdenyut lagi.Dia pun segera mengeringkan wajahnya dengan tisu. “Lupakan! Ibuku dan Sean pasti sudah menungguku,” ucapnya.Setelah mematikan penampilannya terlihat baik, Lisa langsung bergegas kembali. Benar saja, Nania dan Sean menunggunya. Lisa tersenyum tipis dengan raut wajah bersalah.“Hampir saja aku akan menyusulmu,” kata Nania saat Lisa duduk di sebelahnya. “Eskrimku juga hampir mencair karena menunggumu, Bu,” Sean berkata dengan raut wajah merajuk. “Maaf
Lisa memasuki kamar Ryan, tetapi isinya sangat rapi. Tak ada yang mencurigakan di sana, hingga dia menghela napas berat.“Apa yang kamu pikirkan, Lisa? Kamu mencurigai Ryan, orang yang menolongmu dengan tulus,” katanya pada diri sendiri seolah menegur tindakannya adalah salah.Kemudian Lisa memutuskan untuk berbalik. Akan tetapi saat dia hendak melangkah, tatapannya tertuju pada tempat sampah di sudut ruangan. Banyak sekali gulungan kertas kusut.Rasa penasaran dan curiganya membuat Lisa menghampirinya. Dia mengambil beberapa kertas yang tampaknya diremas sebelum dibuang. Sangat kusut sekali saat Lisa mencoba membukanya.“Hanya data-data yang tak kumengerti,” gumamnya berat.Tatapan Lisa kembali tertuju pada tempat sampah tadi. Di paling bawah seperti sobekan kertas foto. Lisa menoleh sejenak ke arah pintu, cemas jika Ryan tiba-tiba saja pulang.Namun, tak ada tanda Ryan akan segera pulang. Dia pun mengambil sobekan kertas itu dan menyusunnya, seolah itu adalah kepingan puzzle. Kedua
“Jennifer Molley dan Richard Carrey. Katanya Anda pasti mengenalnya.”Ryan terdiam sejenak mendengar jawaban dari telepon. Tak lama wajah penuh amarahnya memudar. Dia pun lantas tersenyum tipis.“Tempatkan mereka di ruang tunggu tamu dan layani dengan baik! Aku akan segera menemui mereka!” perintah Ryan dan langsung menutup sambungan teleponnya.Dia lantas menatap semua anak buahnya. Sontak saja mereka langsung menunduk tunduk dan takut padanya. Ryan bangkit dari duduknya seraya merapikan jas mewahnya.“Aku masih memberikan kalian toleransi! Tapi, ingat jangan ada kesalahan seperti ini lagi! Teruskan tugas kalian dan laporkan semua padaku. Mengerti!” “Dimengerti, Tuan!” sahut mereka dengan suara lantang dan kompak.Setelah mereka pergi Ryan memasuki kamar mandi, memastikan wajah dan penampilannya tetap terlihat penuh wibawa. Jennifer Molley adalah model yang dikhianati Tina, dia pasti datang untuk membuktikan ucapannya dan membalas dendam. Sementara Richard Carrey adalah pengusaha su
Tina terkejut saat pintu ruangan tersebut diketuk dan Nick langsung membukanya. Napas Tina seolah terhenti dan kedua bola matanya melotot. Jennifer dan Richard muncul dengan senyuman lebar.Bibirnya bergetar ingin mengucapkan sesuatu, tetapi lidahnya terasa kelu. Dia lantas menatap Nick dengan penuh tanya. Nick yang tak memahami suasana tersebut hanya tersenyum, mengira ekpresi terkejutnya Tina karena tak bahagia.“Mereka adalah orang baik yang memberimu pekerjaan.” Nick berkata dengan senang.“Tidak mungkin!” ucap Tina panik.Senyuman Jennifer terlihat puas dan penuh kemenangan. Dia melangkah maju dan menghampiri Tina, lalu duduk di kursi sebelahnya. “Hai, Tina. Lama kita tak berjumpa. Bagaimana kabarmu?” tanyanya mencibir.“Oh, apakah kalian saling mengenal?” tanya Nick antusias.“Diam kau!” geram Tina dengan napas memburu.Nick terkejut dengan reaksi Tina. Kemudian Tina meraih berkas di hadapannya, kontrak kerja yang baru saja ditandatangani. Dia memeriksa dengan cepat dan membaca
Tina pantang menyerah. Dia bersujud di hadapan Jenifer, memohon belas kasihan. Namun, rasa sakit hati Jenifer sudah terlalu dalam.“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Jenifer sinis. Tak ada rasa iba dalam tatapannya.“Hukum aku dengan apapun yang kamu, Jenifer. Tapi, jangan kirim aku menjadi relawan. Aku tak akan sanggup.” Tina memohon sembari menangis. Air matanya mengalir deras.Jelas sekali Tina ketakutan. “Tolong batalkan kontraknya. Aku mohon!” “Percuma saja kamu memohon, Nona! Itu adalah hukuman yang tepat untukmu.” Richard berseru membuat Tina semakin tak berdaya.“Dulu kamu membuat Jenifer dipenjara tanpa rasa bersalah. Bahkan kamu tak menunjukkan rasa penyesalan karena sudah menghancurkan Jenifer. Terus memfitnahnya, hingga bertahun-tahun dia dipenjara,” ucap Richard sinis. “Lebih baik persiapkan dirimu dari sekarang menjadi relawan di sana dan nikmati penjaramu, Katrina Wilde.”Jenifer tersenyum puas. Dia berterima kasih sekali pada Richard yang selalu mendukungnya. Kemud
Maria terdiam. Wajahnya tampak bingung. Tentu saja, dia menyadari jika wajah Sean sama dengan Jason. “Lisa dan Ryan sudah cukup lama bersama. Kenapa tiba-tiba kamu bertanya seperti itu?” Maria seolah mengalihkan pembicaraan. Dia takut salah menjawab dan akan memperkeruh suasana. Dalam hati, Maria berharap Ryan bisa membahagiaan Lisa. Hanya saja, tak mungkin dia mengatakan pada Jason, setelah melihat perjuangannya.Jason hanya mengangguk. Ekspresi Maria seolah menjawab semuanya. Dia bisa memahami kenapa Maria terkesan membela Ryan. Lisa dan Ryan tumbuh bersama di panti asuhan itu, pasti keduanya lebih didukung.“Aku hanya penasaran saja,” ucap Jason pelan sekali dan nyaris tak terdengar.Maria menepuk pundaknya. “Nak, aku mengajakmu berbincang agar kamu bisa menghadapi dosa-dosamu meminta maaf pada Lisa. Dengan begitu, hidupmu tak akan terbebani dengan rasa bersalah. Akan tetapi, jika kamu merasa tak ingin mengganggu kebahagiaan Lisa ... itu adalah hak kamu.”“Aku sudah melihat kalau
Ryan baru saja menerima laporan dari anak buahnya. Wajahnya sangat puas dan bahagia. Ryan pun menerima kabar dari Jenifer, jika Tina sudah tersingkir. “Tuan, aku mendapatan informasi penting tentang Katrina Wilde dan Raymond Jordan.” Anak buahnya melapor. “Saya bertemu dengan pemilik penginapan tempat mereka berada sebelum Raymond ditemukan tewas di danau.”“Benarkah? Tina yang membunuhnya?” tanya Ryan semakin antusias.Dia langsung menerima tab pemberian anak buahnya. Semua buktinya ada di sana. “Penginapan itu sangat kecil dan jauh sekali dari pusat kota, tak ada CCTV saat saya ke sana.” Anak buahnya menjelaskan.“Sepertinya memang sudah direncanakan. Tina tahu di sana tak ada CCTV dan mengira akan lolos. Namun, kamera mobil pemilik penginapan itu merekamnya dengan sangat jelas.”Senyuman Ryan mengembang sempurna. Dia melihat video dalam tab tersebut. Video dari dasbor mobil memperlihatkan Tina yang merangkul Raymond dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil.Wajah Tina sangat jelas
Lisa hendak membuka mulutnya, tetapi Ryan menggeleng, isyarat dia belum selesai dengan ucapannya. Namun, Jason menyela. “Ryan, kamu tak perlu melakukan ini semua! Kamu berlebihan dan hanya akan membuat semua ini tak nyaman. Kita juga pernah membahas ini, bukan? Jangan membebani Lisa!”“Tidak, Jason! Justru aku harus melakukan ini semua. Kalian masih saling mencintai dan aku tak ingin terjebak dengan rasa bersalah di sisa hidupku.” Suara Ryan tegas tanpa keraguan.“Aku sadar, kalau kalian sebenarnya saling berkorban, menjaga hati agar orang yang kalian cintai tak terluka. Namun, itu tidak benar! Aku tak ingin terlihat egois, Jason. Lisa tak akan bahagia jika terus bersamaku. Di dalam hatinya Lisa hanya ada kamu ... Jason Abraham!” Ryan menambahkan dengan tegas dan penuh keyakinan. “Kamu tahu kebahagiaanku adalah me
Ryan terdiam dan termenung setelah Alexandra pergi. Tentu saja semua ucapan Alexandra memang benar. Beberapa ingatan mencuat seolah memberikan dukungan dengan semua ajakan Alexandra.Terutama tentang Lisa. Ryan menemukan sebuah obat yang merupakan alat kontrasepsi darurat. Saat itu dia berpikir Lisa memang belum siap untuk hamil atau memang karena mereka belum menikah.“Sepertinya itu alasan hatinya Lisa. Dia pasti masih belum melangkah maju dari Jason,” gumam Ryan mencoba menyimpulkan.Dulu, dirinya dirundung ambisi yang tinggi untuk mendapatkan Lisa. Apa lagi saat tahu jika Lisa yang selama ini dicintainya, ternyata disakiti oleh lelaki lain. Tujuan awalnya yang hanya ingin melindungi berubah menjadi ambisi.Semuanya berubah setelah melihat bagaimana Lisa m
“Biarkan dia masuk!”Ryan yang sudah berada di kantornya terlihat ragu dan bingung saat sekretarisnya mengatakan seorang wanita ingin bertemu dengannya. Wanita itu mengatakan ingin membahas tentang Lisa. Dia pun melihat rupa wanita itu dari CCTV, tetapi tak mengenalnya.“Mungkin itu teman masa kecil Lisa atau memang dulu mengenalnya?” gumam Ryan meyakinkan dirinya.Bukan tanpa alasan, sejak Lisa tinggal di panti asuhan, dia selalu terbuka padanya. Wajar saja jika Ryan mengenal siapa saja yang mengenal Lisa dengan baik. Seingatnya, Lisa tak banyak memiliki teman.“Silahkan masuk!” seru Ryan mendengar pintu ruangan kerjanya diketuk.Wanita cantik anggun dan berkelas melangkah tanpa ragu
“Bukan tentang Sean, tetapi tentang kamu.” Olivia menjawab dengan wajah serius.Lisa tampak terkejut dan bingung. Namun, dia tak punya pilihan untuk menolak mendengar penjelasan Olivia. Mereka berbincang sebentar di dalam mobil sesuai permintaan Olivia.“Sejujurnya ini semua berawal dari keegoisanku, Lisa. Seharusnya aku memperlakukanmu dengan baik dan lebih sering memberikan ucapan terima kasih,” kata Olivia memulai pembahasan berat.Olivia terdiam sejenak, menghirup napas dalam, mengingat pembahasan dengan Lisa akan sangat panjang. Lisa pun hanya diam dan menyimak. Dia memberikan kesempatan pada Olivia menjelaskan semua isi hatinya.Tak tahu apa intinya perbincangannya, yang jelas Lisa merasa was-was. Jantungnya terasa berdebar kencang, te
Tina ditemukan meninggal esok harinya. Dia bunuh diri menegak cairan pembersih toilet. Tak ada yang menangisi kematiannya.Mike, ayahnya bahkan merutuki perbuatan bodoh Tina. “Kenapa kamu menjadi lemah, Tina? Seharusnya kamu berpikir mencari cara agar bisa bebas.”“Sepertinya aku terlalu memanjakannya sehingga Tina tak bisa menjadi pintar.”Namun, Mike tetap berpura-pura merasa sedih dan menangis kencang saat polisi mengizinkan melihat jasad Tina untuk yang terakhir. Mike meminta agar kematian Tina diusut dan mencari penyebab bunuh dirinya, tetapi permintaannya tak dikabulkan. Padahal dia berpikir, mungkin saja bisa meringankan hukuman untuknya.“Tak ada keanehan pada Katrina Wilde. Dia pasti merasa tertekan dan putus asa karena semua kejaha
“Untuk apa kau menemuiku? Apa belum puas melihatku menderita?” Suara Tina sinis dan ketus. Wajahnya lemas dan penuh keputusasaan.Jenifer menuntut Tina menipu dan menapuasi kontrak. Tentu saja Jenifer bisa melakukannya sebab uang pembayaran untuk Tina sudah diterima. Dengan bukti yang tersiar secara langsung saat jumpa pers Tina, membuat tuntutan kuat dan tak terbantahkan.Tina juga terjerat tuntutan Nania, sebagai kaki tangan Mike pada kasus penipuan. Semuanya membuat Tina tak akan bisa lolos dari jerat hukum. Dia juga dibenci dan dihujat para penggemarnya.Nama Tina langsung meredup. Semua usahanya sia-sia dan dia kini sendirian dalam kesengsaraan. Nania pun memastikan Tina tak berada dalam gedung yang sama di penjara. Terakhir dari Ryan.Sesuai yang direnc
“Jasmine Walley pelakunya. Sekretarismu, Nania.”Nania sangat terkejut mendengar penjelasan Clark. Dia baru saja tiba di kantor polisi, tetapi Clark memilih menjelaskan semuanya. Clark berpikir, Nania harus bisa menenangkan dirinya dahulu sebelum menemui pelaku tersebut.“Berani sekali dia mengkhianatiku, Clark? Jasmine sudah bekerja padaku lebih dari 20 tahun dan aku sangat percaya padanya. Aku memberikan apapun yang dia mau, bahkan aku mengenal baik seluruh keluarganya,” kata Nania kecewa. “Bagiku, karyawanku sudah seperti keluarga. Kami mencari uang di tempat yang sama dan keluarga harus saling membantu.”Air mata Nania mengalir deras. Dia sungguh tak menyangka dengan pengkhianatan ini. Clark menepuk pundaknya, mencoba menenangkan dan memberikan dukungan.
“Dia cucuku, benarkan?” Christian menunjuk Sean dengan tatapan menuntut.Wajah Lisa semakin cemas dan kesal. Dia menatap pada mantan ayah mertuanya marah. Alex tak tinggal diam, dia menahan tubuh Christian yang hendak mengejar Sean.“Paman, kendalikan dirimu! Jangan membuat keributan di sini!” Suara Alex tegas dan lugas.Kemudian Alex menoleh pada Lisa dan memberinya isyarat untuk segera pergi. “Jangan hiraukan aku! Biarkan aku yang menangani ayahnya Jason!” ucapnya penuh pengertian.“Terima kasih, Alex! Aku menghargai bantuanmu,” kata Lisa tulus.Lisa langsung berbalik dan langsung menghampiri Ryan yang menggenggam tangan Sean. Mereka mengabaikan Christian yang berteriak
Ini bukan wewenangnya menjawab pertanyaan Sean, pikir Ryan. Dia lantas tersenyum mencoba memberikan ketenangan . Sean pasti akan terus merasa penasaran jika pertanyaannya tak mendapatkan jawaban yang tepat.“Bagaimana jika kamu memiliki dua ayah? Aku dan paman baik yang menjadi ayahmu ... jadi, kamu bisa memanggilku dan paman baik dengan sebutan ayah.” Ryan menjelaskan dengan lembut, menyembunyikan rasa cemasnya. Dia mencoba memberi pengertian dan mengalihkan rasa penasaran Sean.Melihat Sean yang tumbuh dengan baik, Ryan merasa tak rela jika dia ditinggalkan. Ryan ingin menjadi bagian dari hidup Sean dan juga Lisa, walaupun tahu jika yang pantas di posisi itu adalah Jason. Bukankah dia yang dulu merawatnya?Kali ini dia tak membenci Jason. Apalagi dengan semua perjuangan Jason Ryan hanya ingin Sea