KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 26"Nay, aku masuk ya," ucapku ketika sudah berada di depan pintu kamar yang sedikit terbuka. Tidak ada jawaban. Tapi aku tetap memilih masuk."Berhenti, Mas. Jangan masuk!" tekan Naya padaku sambil mengangkat tangannya. Langkahku terhenti."Aku mau bicara," ucapku lagi sambil melangkah lagi untuk bicara lebih dekat. Naya bangun dari tidurnya, kulihat Daffa tertidur pulas di sampingnya."Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, Mas. Aku mau kita pisah, aku rasa hubungan kita sudah tidak sehat. Aku tidak sanggup lagi bertahan, jadi tolong ceraikan aku. Biarkan aku melepaskan diri dari kalian."Naya berucap tanpa melihat ke arahku. Dia bahkan mengacuhkan aku yang berusaha mendekatinya. Bukannya minta maaf, tapi malah ini yang dia katakan."Sadar, Nay. Sadar. Yang barusan kamu ucapkan itu tidak baik," ucapku sambil menarik tangan Naya yang semula mendekap tubuhnya."Lepas, Mas. Aku sadar, yang nggak sadar itu kamu," bentak Naya yang membuatku kaget. Semaki
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 27POV Arman"Sudah saatnya Mas Arman tau, Umi. Agar dia tidak masuk terlalu dalam ke jurang hitam," balas Naya yang membuatku semakin bingung."Wanita yang menggendong kamu di situ adalah Ibu kandungmu. Wanita yang mengandung dan melahirkan kamu," jawab Umi yang membuat dadaku bergemuruh hebat.Badanku terasa kaku dan sama sekali tidak bisa digerakkan. Kenyataan apa lagi ini, kenapa kejadian dan kenyataan ini seperti drama yang sering ditonton oleh Naya ketika dirumah.Ibuku? Lalu yang selama ini aku panggil Ibu siapa?"Tolong jelaskan maksud Umi gimana? Aku benar-benar bingung sekarang," ucapku gamang. Bagaimana tidak, umurku sudah tiga puluh tapi aku baru tahu kenyataan tentang diriku."Dengar baik-baik. Wanita dalam foto ini namanya Narsih. Dia adalah Ibu kandung kamu. Dan wanita yang selama ini kamu panggil Ibu, adalah Ibu tiri kamu," jelas Umi sambil menunjuk kearah wanita yang ada di dalam foto. Wanita yang dikatakan oleh Umi adalah Ibu kandung
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 28POV Naya"Siapa, Mas?" tanyaku karena melihat Mas Arman tidak menjawab panggilan tersebut."Nomor asing. Aku nggak tau siapa," jawabnya yang kembali menyimpan ponsel di atas meja.Ddrrtt!Ponselnya kembali bergetar, ternyata nomor itu menelpon lagi."Angkat saja dulu, siapa tau penting," ucap Umi yang membuat Mas Arman terpaksa harus menerima panggilan itu."Halo,""....""Apa? Astaghfirullah, aku pulang sekarang." Mas Arman tiba-tiba saja berteriak yang membuatku dan Umi menoleh kearahnya."Kenapa, Mas?" tanyaku penasaran."Rumah Ibu, disita sama rentenir," jawab Mas Arman yang membuatku terkejut. "Disita? Kok bisa?" tanyaku lagi. Karena selama ini yang aku tahu rumah itu atas nama Mas Arman."Mas nggak tau. Sekarang Mas mau pulang, kamu mau ikut nggak?" tanya Mas Arman padaku. Sebenarnya aku malas ikut, tapi bagaimanapun kan rumah itu miliknya Mas Arman. Dan otomatis rumah itu menjadi haknya Daffa."Ikutlah, biar Umi yang jagain Daffa," ucap Umi
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 29POV NayaDunia ini ibarat bayangan, kalau kamu berusaha menangkapnya maka ia akan lari. Tapi jika kamu membelakanginya, maka ia tidak punya pilihan lain selain mengikutimu. Itulah kata-kata yang selalu melekat di pikiran juga hatiku.Makanya aku tidak terlalu berharap bisa hidup bahagia di dunia ini. Apalagi berharap jika kebahagiaan itu datang dari manusia. Termasuk anak ataupun suami. Karena dulu aku pernah berharap pada manusia, tapi bukannya bahagia. Tapi malah kekecewaan yang mendalam. Membawa luka hati yang remuk redam.Seperti pemandangan saat ini, aku melihat Lela menangis meraung meratapi nasibnya yang malang. Laki-laki yang bergelar suami sekarang pergi meninggalkannya dalam keadaan kecewa. Laki-laki tempat bertumpu bahagianya sekarang pergi dengan wanita lain.Pemandangan yang menyayat hati bagi semua perempuan. Termasuk aku, apalagi Lela harus menghidupi anak semata wayangnya. Berapapun pelukan kekuatan yang diberikan oleh orang lain, t
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 30POV Naya"Kamu jangan dengarkan istri kamu, Mas. Kamu tau kan gimana susah payah Ibu kamu melahirkan dan membesarkan kamu sendirian tanpa sosok Ayah. Inilah saatnya kamu membalas jasanya," sahut Intan lagi sok bijak."Nah, Bu. Kalau menurutku ya, Ibu dan Lela nggak akan nyaman tinggal di tempatku. Pasti kita akan selalu bertengkar. Gimana kalau Ibu minta bantuan atau numpang dirumah Intan aja? Dia pasti akan cocok dengan Ibu dan Lela, ya kan Intan?" tanyaku pada Intan yang kini wajahnya tegang.Rasakan kamu, Intan. Makanya jangan sok bijak dengan masalah keluarga orang lain. Kamu itu hanya orang asing yang gagal menjadi menantu dirumah ini."Loh, kok aku sih. Yang menantu dirumah ini kan kamu," sanggah Intan dengan wajah pucat. Baru segitu saja sudah masam itu muka. Apalagi jika pernah berada di posisiku dulu."Jadi siapa lagi? Yang dianggap menantu sama Ibu itu kamu. Bukan aku, jadi kamu yang harusnya ada saat Ibu sudah," jawabku lagi yang membuat
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 31POV Naya Aku berpikir bahwa ada suatu hal yang lebih penting daripada sekadar percaya. Tindakan dunia ini penuh dengan pemimpi. Tidaklah banyak orang yang berani maju dan mulai mengambil langkah pasti untuk mewujudkan visi mereka.Sekarang aku baru sadar, jika semua perbuat baik atau buruknya kita di masa lalu. Itu akan membuahkan hasil pada kita di masa depan. Biarlah malam ini Ibu dan Lela tidur dirumah itu. Aku sudah tidak mau ambil pusing lagi pada mereka.Mas Arman masih setia dengan diamnya. Wajahnya pucat, mungkin dia pusing memikirkan semua permasalahan yang terjadi."Mas, kita makan dulu ya. Singgah di warung makan," ucapku ketika kami memasuki daerah yang banyak penjualnya."Iya, Nay. Mas juga lapar. Sepertinya lambung Mas kambuh," jawabnya masih fokus menyetir."Kalau gitu kita makan dulu. Kamu berhenti aja di warung Padang. Aku juga lapar," sahutku lagi.Tidak lama kemudian, mobil berhenti di parkiran warung nasi Padang. Mas Arman hany
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 32POV Naya"Itu yang buat aku kesal, Umi. Dia nggak bisa tegas, harusnya kan dia tegas. Apalagi itu bukan Ibunya," jawabku kesal."Tapi kan kita udah sepakat buat nutupin dulu kalau Arman udah tau siapa Ibu kandungnya," sahut Ibu.Ah aku lupa, ternyata Mas Arman semalam menahan semua kekesalannya demi menjauhkan aku dari ancaman peletnya Ibu."Tadi Mpok Atik nelpon, Umi.""Bilang apa Mpok Atik, Um?""Hhmm… dia bilang kalau si Jubaidah sama anaknya udah pindahin semua barang-barangnya ke dalam rumah kalian.""Astaghfirullah! Beneran, Umi? Kok bisa?" tanyaku beruntun. Aku gemetar mendengar berita yang di sampaikan oleh Mpok Atik. Bagaimana bisa Ibu dan Lela bisa masuk ke dalam rumah kami. Untung saja aku sudah mengamankan semua perhiasan dan uangku. Jika tidak, pasti akan dijarah oleh mereka berdua."Kamu yang sabar. Hadapi ini semua dengan kepala dingin, jangan gegabah. Ingat, kita punya Allah." Umi berusaha menenangkan aku yang sedang gelisah. Bagaim
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 33POV Naya"Kenapa ini?" tanya Mas Arman yang tiba-tiba masuk kedalam kamar."Ini, Mas. Mbak Naya ngusir aku. Padahal kan aku lagi enak tidur di sini sama Diki," rajuk Lela sok manja."Kamu apa-apaan sih Lela? Hargai privasi orang kalau numpang! Keluar kamu!" Mas Arman menyeret paksa Lela untuk keluar dari dalam kamar. Biarlah Diki dan Daffa tidur di atas kasur, asal bukan manusia tanpa akhlak itu.Lela yang semulanya sok manis malah terkejut mendengar bentakan Mas Arman. Dia pikir Mas Arman akan terpengaruh lagi seperti dulu. Tidak semudah itu, Lela. Aku juga bukan Naya yang dulu lagi yang bisa kalian injak-injak. Mulai hari ini rasakan pembalasan kami.Aku menidurkan Daffa di samping Diki, biarlah mereka tidur nyenyak. Aku menatap kedua wajah mungil, malaikat tak berdosa. Kasihan Diki, dia menjadi korban keegoisan Ayah dan Ibunya. Semoga saja Daffa memiliki nasib takdir yang lebih baik. Aku juga berjanji, akan menjaga Diki dan mendidik mereka berdu
"Tidaak! Jangan kubur anak saya. Dia masih hidup!" Tiba-tiba Ibu datang dan berteriak dari jauh. Kami semua terkejut dan melihat Ibu yang datang dengan penampilan yang sangat berantakan.Wajahnya merah, bahkan Ibu tidak memakai jilbab. Padahal tadi Umi sudah menyerahkan satu set gamis beserta jilbab. Agar Ibu bisa menutup aurat di acara pemakaman Lela."Stop. Kalian semua pembunuh. Jangan kubur Lela, dia masih hidup. Lelaaa!" teriak Ibu sambil terisak. Terpaksa acara pemakaman Lela dihentikan. Pak Hartono yang dari tadi terdiam, berjalan menghampiri Ibu yang sedang berontak karena dipegang oleh beberapa santri."Cukup, Jubaidah! Jangan buat masalah lagi. Lela sudah tenang, relakan," tegas Pak Hartono sambil memegang kedua bahu Ibu."Tidak. Lela anakku masih hidup. Kalian semua pembunuh," sungut Ibu yang membuat suasana semakin menegang.Beberapa pelayat ada yang bingung dengan kejadian ini. Ada di antara mereka yang langsung pulang karena proses pemakaman terlalu lama."Diam. Tolong
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 72POV Naya"Ibu mertuamu dimana, Nay? Apa dia tidak ingin mencium Lela untuk terakhir kalinya?" tanya Umi padaku. Saat ini jenazah Lela sudah dirumah Umi dan Abi. Tadi saat di rumah sakit Ibu berkali-kali pingsan karena tidak sanggup kehilangan Lela.Dia berbicara antara sadar dan tidak sadar. Ibu terus meracau memanggil nama Lela. Sesekali Ibu tertawa sendiri, kemudian kembali menangis. Makanya tadi saat dirumah sakit, aku memutuskan untuk naik mobil ambulans menemani jenazah Lela.Sedangkan Ibu, pulang bersama Mas Arman. Ibu lebih tenang jika berada di dekat Mas Arman daripada Pak Putra dan Pak Hartono. Padahal mereka adalah keluarga kandung Ibu. Mungkin karena efek sudah lama tidak bertemu dan bersama. Makanya Ibu juga merasa asing dengan mereka. Begitu juga sebaliknya, walaupun ada gurat kecewa di wajah Pak Putra.Apalagi saat Ibu mengatakan jika dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Wajah Pak Putra dan Pak Hartono langsung memerah
Ketika Istri Berhenti PeduliPak Putra mengambil kembali ponselnya dari tanganku. Sedangkan aku masih berdiri di sampingnya karena syok. Bagaimana bisa ada dua orang yang sangat mirip tapi tidak kembar."Dia Widya. Tapi kamu tenang saja, saya tau kamu sudah menikah dan memiliki anak," ucap Pak Putra dengan nada suara yang lebih tenanSetelahg. Sepertinya dia sudah jauh lebih baik dari tadi."Apakah Widya memiliki orang tua atau keluarga?" tanyaku pada Pak Putra yang sedang menyimpan ponselnya di dalam saku jaket kulit miliknya."Iya, dia sama seperti kamu. Anak tunggal, hanya saja kedua orangtuanya sudah pindah ke luar negeri setelah dia meninggal," jawab Pak Putra menjelaskan."Kenapa kami bisa sangat mirip, padahal kami tidak memiliki hubungan darah," aku terus memikirkan bagaimana wajahku bisa sangat mirip dengan wanita itu."Entahlah, kuasa Allah. Tidak ada yang tidak mungkin bukan?" jawab Pak Putra yang membuatku beristighfar.Kenapa aku tidak berpikir seperti Pak Putra. Padahal j
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 71POV NayaKami masih menangis di depan kamar Lela. Sedangkan di dalam ada dokter dan beberapa perawat yang sedang melakukan pemeriksaan. Walaupun kami tau jika Lela sebenarnya sudah tiada. Tapi Dokter pasti akan tetap melakukan pemeriksaan lebih lanjut.Mataku sembab dan terasa sangat lelah. Mas Arman masih menangis sesenggukan di sampingku. Sedangkan Pak Putra hanya diam dengan wajah datarnya. Dia sama sekali tidak terlihat sedih atau merasa kehilangan. Ya wajar menurutku, karena dia tidak pernah dekat dengan Adiknya itu. Bahkan dia malah membencinya karena sikap Lela tempo hari.Tapi jauh di dalam sini, aku berucap pada diriku sendiri. Jika aku sudah memaafkan semua kesalahan Lela padaku. Semua dendam yang pernah tertanam di dalam hati. Kini sudah hilang, tidak ada lagi dendam ataupun kebencian pada Lela.Kini aku malah teringat dengan Diki, dia telah menjadi yatim di usia balita. Mau menghubungi Herman juga aku tidak mempunyai nomor teleponnya. B
"Maksudnya gimana ya, Pak?" tanya Mas Arman tersenyum aneh. Aku juga merasa aneh dengan sikap mereka dari tadi."Jadi dulu, setelah dia melahirkan Putra. Dia pamit karena suatu urusan. Dan setelah itu dia tidak pernah kembali lagi pada kami. Di menghilang bak ditelan bumi. Saya pikir dia sudah meninggal, karena tidak kunjung kembali. Tapi nyatanya, dia masih hidup. Walaupun kami dipertemukan dengan cara seperti ini. Tapi itu cukup membuat saya bahagia. Ternyata anak saya masih hidup dan sudah mempunyai anak di tempat lain. Kamu adalah cucu saya juga." Pak Hartono menjelaskan semuanya sehingga membuat aku dan Mas Arman terkejut. Berarti Ibu masih mempunyai keluarga. Dan tidak main-main, dia punya keluarga yang sangat kaya raya."Anda sedang tidak bercanda kan, Pak?" tanya Mas Arman memastikan."Saya serius. Kamu bisa tanyakan lagi nanti sama Ibu. Dia akan siuman sebentar lagi. Tadi terpaksa dokter menyuntikkan obat penenang. Karena dia terus menangis memanggil anaknya," jelas Pak Hart
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 70POV NayaKami berlari mengejar langkah dokter yang semakin menjauh. Perutku rasanya sedikit nyeri bagian bawah karena berlari menyusuri lorong rumah sakit. Ternyata Lela sudah dibawa kembali ke ruang operasi.Aku dan Mas Arman menunggunya dengan harap-harap cemas. Jujur, jika ditanyakan apakah aku membenci Lela. Jawabannya iya, karena dari dulu dia menginginkan aku berpisah dari Mas Arman. Dia selalu menghasut supaya Mas Arman menceraikan aku. Apalagi setelah kejadian kemarin, ketika dia ingin menjualku pada laki-laki hidung belang. Rasa benciku semakin bertambah-tambah rasanya.Tapi jika sekarang ada yang menanyakan, apakah aku mencemaskan Lela. Jawabannya juga iya, aku sangat mencemaskan dia. Jujur, saat ini aku sungguh menginginkan dia untuk sembuh kembali. Walaupun setelah dia sembuh dan sehat dia akan menggangu hidupku. Rasanya aku rela, karena melihat penderitaan yang dia alami sekarang membuatku sadar. Jika doaku selama ini mungkin telah dik
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 69POV Naya"Baik, Pak. Kami akan segera ke sana. Terimakasih banyak informasinya." Entah dengan siapa Mas Arman bicara di telepon. Sepertinya sangat serius, terlihat jelas raut wajah Mas Arman yang seperti tegang atau terkejut.Aku kembali menyiapkan makan siang. Hari ini aku sengaja membuat menu sederhana makanan kesukaan Mas Arman. Katanya dia sudah lama sekali tidak makan beberapa sayuran dengan lalapan terasi. Dulu ketika kami masih duduk di rumah yang sudah terjual. Aku sering membuatkan Mas Arman makanan kampung seperti ini.Tapi semenjak Daffa lahir, aku jadi jarang ada waktu untuk bersuka ria di dapur. Umi dan Abi tadi pagi pamit untuk pergi ke acara khitanan anak saudara Abi. Sekalian mereka mengajak Daffa ikut serta. Padahal hari ini rencananya aku akan mengajak Mas Arman dan Daffa untuk jalan-jalan ke pantai. Hanya saja Daffa lebih memilih pergi bersama Kakek dan Neneknya.Aku hanya bisa pasrah saat melihat Daffa lebih memilih Umi daripada
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 68POV Putra"Wira, Lo bisa ngerjain ini nggak? Soalnya mendadak ada telepon dari pihak hotel." Aku yang sedang repot dengan semua pekerjaan di kantor terpaksa meninggalkannya pada Wira–sahabatku."Kok mendadak?" tanya Wira saat aku sedang bersiap-siap."Iya, barusan Kakek telpon. Katanya di gudang belakang hotel itu terjadi penyekapan pada seorang wanita gitu. Dan kondisinya parah banget, mana gudang itu milik Kakek juga," jawabku pada Wira yang menunggu penjelasan."Astaghfirullah, yaudah Lo hati-hati ya. Biar ini Gue yang urus," balas Wira mengambil alih pekerjaanku."Tengkiyu, Bro. Nanti kalau udah siap Gue langsung balik sini lagi," pamitku seraya melangkah keluar dari ruangan Wira."Santai aja, Bro." Aku berjalan dengan sedikit tergesa, karena ini adalah masalah besar yang harus aku hadapi sendiri. Untung saja ini hari Minggu, jadi aku bisa keluar dari kantor. Karena akan diadakan event ulang tahun kantor, makanya aku dan Wira harus berkerja le
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 67"Lela!" teriakku saat melihat tubuh Lela yang tergeletak begitu saja di lantai. Seluruh tubuhnya terlihat lebam-lebam, bahkan beberapa bagian tubuhnya mengeluarkan darah segar. Segera aku buka ikatan tangan dan kaki Lela. Aku sangat panik, bagaimana jika Lela sudah meninggal. Tidak, dia tidak boleh meninggalkan aku sendirian di dunia ini. Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi."Tolooong!""Tolong!" Aku berteriak sekuat tenaga, hingga akhirnya beberapa polisi datang dan langsung menolong kami.Segera aku membuka sweater yang menempel ditubuh kemudian menutup bagian tubuh Lela yang sensitif. Air mataku terus mengalir tanpa henti. Rasanya aku sudah sangat lelah hari ini."Hati-hati, Pak. Dia tidak memakai baju," ucapku lirih pada beberapa anggota polisi yang sudah masuk. Mereka menggangguk paham, kemudian salah satu di antara mereka melepaskan jaket. Kembali menempelkan jaket tersebut pada tubuh Lela yang masih terlihat polos.Salah satu anggota pol