KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 30POV Naya"Kamu jangan dengarkan istri kamu, Mas. Kamu tau kan gimana susah payah Ibu kamu melahirkan dan membesarkan kamu sendirian tanpa sosok Ayah. Inilah saatnya kamu membalas jasanya," sahut Intan lagi sok bijak."Nah, Bu. Kalau menurutku ya, Ibu dan Lela nggak akan nyaman tinggal di tempatku. Pasti kita akan selalu bertengkar. Gimana kalau Ibu minta bantuan atau numpang dirumah Intan aja? Dia pasti akan cocok dengan Ibu dan Lela, ya kan Intan?" tanyaku pada Intan yang kini wajahnya tegang.Rasakan kamu, Intan. Makanya jangan sok bijak dengan masalah keluarga orang lain. Kamu itu hanya orang asing yang gagal menjadi menantu dirumah ini."Loh, kok aku sih. Yang menantu dirumah ini kan kamu," sanggah Intan dengan wajah pucat. Baru segitu saja sudah masam itu muka. Apalagi jika pernah berada di posisiku dulu."Jadi siapa lagi? Yang dianggap menantu sama Ibu itu kamu. Bukan aku, jadi kamu yang harusnya ada saat Ibu sudah," jawabku lagi yang membuat
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 31POV Naya Aku berpikir bahwa ada suatu hal yang lebih penting daripada sekadar percaya. Tindakan dunia ini penuh dengan pemimpi. Tidaklah banyak orang yang berani maju dan mulai mengambil langkah pasti untuk mewujudkan visi mereka.Sekarang aku baru sadar, jika semua perbuat baik atau buruknya kita di masa lalu. Itu akan membuahkan hasil pada kita di masa depan. Biarlah malam ini Ibu dan Lela tidur dirumah itu. Aku sudah tidak mau ambil pusing lagi pada mereka.Mas Arman masih setia dengan diamnya. Wajahnya pucat, mungkin dia pusing memikirkan semua permasalahan yang terjadi."Mas, kita makan dulu ya. Singgah di warung makan," ucapku ketika kami memasuki daerah yang banyak penjualnya."Iya, Nay. Mas juga lapar. Sepertinya lambung Mas kambuh," jawabnya masih fokus menyetir."Kalau gitu kita makan dulu. Kamu berhenti aja di warung Padang. Aku juga lapar," sahutku lagi.Tidak lama kemudian, mobil berhenti di parkiran warung nasi Padang. Mas Arman hany
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 32POV Naya"Itu yang buat aku kesal, Umi. Dia nggak bisa tegas, harusnya kan dia tegas. Apalagi itu bukan Ibunya," jawabku kesal."Tapi kan kita udah sepakat buat nutupin dulu kalau Arman udah tau siapa Ibu kandungnya," sahut Ibu.Ah aku lupa, ternyata Mas Arman semalam menahan semua kekesalannya demi menjauhkan aku dari ancaman peletnya Ibu."Tadi Mpok Atik nelpon, Umi.""Bilang apa Mpok Atik, Um?""Hhmm… dia bilang kalau si Jubaidah sama anaknya udah pindahin semua barang-barangnya ke dalam rumah kalian.""Astaghfirullah! Beneran, Umi? Kok bisa?" tanyaku beruntun. Aku gemetar mendengar berita yang di sampaikan oleh Mpok Atik. Bagaimana bisa Ibu dan Lela bisa masuk ke dalam rumah kami. Untung saja aku sudah mengamankan semua perhiasan dan uangku. Jika tidak, pasti akan dijarah oleh mereka berdua."Kamu yang sabar. Hadapi ini semua dengan kepala dingin, jangan gegabah. Ingat, kita punya Allah." Umi berusaha menenangkan aku yang sedang gelisah. Bagaim
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 33POV Naya"Kenapa ini?" tanya Mas Arman yang tiba-tiba masuk kedalam kamar."Ini, Mas. Mbak Naya ngusir aku. Padahal kan aku lagi enak tidur di sini sama Diki," rajuk Lela sok manja."Kamu apa-apaan sih Lela? Hargai privasi orang kalau numpang! Keluar kamu!" Mas Arman menyeret paksa Lela untuk keluar dari dalam kamar. Biarlah Diki dan Daffa tidur di atas kasur, asal bukan manusia tanpa akhlak itu.Lela yang semulanya sok manis malah terkejut mendengar bentakan Mas Arman. Dia pikir Mas Arman akan terpengaruh lagi seperti dulu. Tidak semudah itu, Lela. Aku juga bukan Naya yang dulu lagi yang bisa kalian injak-injak. Mulai hari ini rasakan pembalasan kami.Aku menidurkan Daffa di samping Diki, biarlah mereka tidur nyenyak. Aku menatap kedua wajah mungil, malaikat tak berdosa. Kasihan Diki, dia menjadi korban keegoisan Ayah dan Ibunya. Semoga saja Daffa memiliki nasib takdir yang lebih baik. Aku juga berjanji, akan menjaga Diki dan mendidik mereka berdu
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 34POV NayaMelihat Mas Arman yang tidak mungkin membelaku. Dengan sekuat tenaga aku tarik rambut Lela dan menjambaknya dengan kuat. Dia melepaskan tangannya dari jilbabku, kemudian berteriak kesakitan."Aaaa…."Tidak aku hiraukan teriakannya, aku memegang rambutnya kemudian kubenturkan kepalanya di tembok."Jangan apa-apakan anakku wanita Ib*Lis!" Ibu berteriak dan berlari menghampiri kami. Tapi dengan sigap Mas Arman menahan Ibu dengan badannya."Biarlah mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri, Bu," ucap Mas Arman santai."Awas kamu, bisa mati anakku nanti," bentak Ibu mendorong tubuh Mas Arman dengan kasar. Kemudian berjalan ke arah Lela yang masih tersungkur di lantai. Untung saja aku tidak kalap, jika tidak sudah hilang nyawa orang. Astaghfirullah."Kamu nggak papa, Lela. Mana sini Ibu lihat ada yang benjol atau tidak," tanya Ibu sambil meraba-raba kepala Lela. Sedangkan orang yang ditanya Ibu masih diam, mungkin dia syok dan tidak menyangka
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 35POV Naya"Nayaaaaaaaa! Kamu apakan bajuku. Kenapa ada di tanah begini? Mana dekat sama taik ayam lagi!" pekik Lela dari belakang.Aku hanya tertawa cekikikan di dapur, membayangkan wajah Lela yang kesal karena bajunya aku buang dekat dengan kandang ayam tetangga. Cari ribut sih."Ada apa sih ribut-ribut. Ganggu orang tidur aja!" gerutu Ibu keluar dari kamar dengan rambut acak-acakan. Dia menguap beberapa kali, dan dengan seenaknya mencomot telur yang aku rebus untuk Daffa. Padahal Ibu sama sekali belum mencuci wajah. Jorok sekali, ya Allah.Sepertinya aku harus berpikir dua kali untuk menyuruh Ibu melakukan ini itu. Apalagi memasak, aku tidak ingin sampai diare cuma karena cara masaknya yang kotor. Aku bergidik ngeri membayangkan jika Ibu yang memasak untuk kami semua."Hei, ditanyain juga malah bengong!" ketus Ibu sambil menggaruk kepalanya. Aku hanya mengendikkan bahuku, biar saja nanti Ibu tau sendiri cerita dari Lela."Dasar!" bentak Ibu kemudi
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 36POV Naya "Kalau udah ditolak, jangan dipaksa. Malu!" tegasku pada Intan yang masih menunggu Mas Arman."Tapi, Mas. Aku masih kangen satu mobil sama kamu. Apalagi kalau aku ingat momen itu," ucap Intan sok manja pada Mas Arman. Mataku memperhatikan sikap Mas Arman yang semakin salah tingkah."Momen apa?" tanyaku was-was, karena sebenarnya aku takut mendengar jawaban dari Intan dan Mas Arman. Takut jika nanti jawaban yang mereka berikan kembali melukai hatiku. Apalagi saat ini aku sedang berjuang menyelamatkan rumah tangga kami.Mungkin jika kesalahan yang dilakukan selama ini oleh Mas Arman bisa aku maafkan. Apalagi jika mengingat selama ini sikap Mas Arman berubah karena pengaruh Ibu dan Lela. Tapi jika seandainya ada kesalahan lain yang dilakukan oleh Mas Arman. Aku tidak tau bisa atau tidak memaafkan dia.Mengingat selama ini Mas Arman selalu setia. Mungkin dia jahat dan pilih kasih selama ini, tapi dia tidak pernah melirik wanita lain. Itulah s
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 37POV Naya"Kamu pucat. Apakah suami kamu memperlakukan kamu dengan baik?" tanya Pak Wira yang tiba-tiba membuatku terkejut. Aku menghentikan aktivitas mengambil sayur, termenung beberapa saat."Maaf, saya tidak bermaksud. Saya hanya khawatir," lirih Pak Wira lagi.Akhirnya aku berhasil menenangkan diri dari pertanyaan Pak Wira barusan. Aku kembali meraih sayur kemudian memasukkannya ke dalam keranjang.Aku menoleh sekilas ke arah Pak Wira, kemudian tersenyum simpul."Terimakasih, tapi saya baik-baik saja," jawabku tenang. Memang sebenarnya aku merasa sedikit pusing, tapi aku rasa wajar karena kecapekan."Biar saja yang gendong Daffa. Sepertinya dia bosan digendong kamu terus," pinta Pak Wira lagi."Tidak perlu, Pak. Saya bisa mengatasi ini sendiri. Lagipula saya akan ke lantai tiga, buat membeli perlengkapan acara ulang tahunnya Daffa," tolakku lembut. Aku tidak ingin terlalu dekat dengan laki-laki lain. Apalagi saat ini aku masih menjadi istri oran
"Tidaak! Jangan kubur anak saya. Dia masih hidup!" Tiba-tiba Ibu datang dan berteriak dari jauh. Kami semua terkejut dan melihat Ibu yang datang dengan penampilan yang sangat berantakan.Wajahnya merah, bahkan Ibu tidak memakai jilbab. Padahal tadi Umi sudah menyerahkan satu set gamis beserta jilbab. Agar Ibu bisa menutup aurat di acara pemakaman Lela."Stop. Kalian semua pembunuh. Jangan kubur Lela, dia masih hidup. Lelaaa!" teriak Ibu sambil terisak. Terpaksa acara pemakaman Lela dihentikan. Pak Hartono yang dari tadi terdiam, berjalan menghampiri Ibu yang sedang berontak karena dipegang oleh beberapa santri."Cukup, Jubaidah! Jangan buat masalah lagi. Lela sudah tenang, relakan," tegas Pak Hartono sambil memegang kedua bahu Ibu."Tidak. Lela anakku masih hidup. Kalian semua pembunuh," sungut Ibu yang membuat suasana semakin menegang.Beberapa pelayat ada yang bingung dengan kejadian ini. Ada di antara mereka yang langsung pulang karena proses pemakaman terlalu lama."Diam. Tolong
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 72POV Naya"Ibu mertuamu dimana, Nay? Apa dia tidak ingin mencium Lela untuk terakhir kalinya?" tanya Umi padaku. Saat ini jenazah Lela sudah dirumah Umi dan Abi. Tadi saat di rumah sakit Ibu berkali-kali pingsan karena tidak sanggup kehilangan Lela.Dia berbicara antara sadar dan tidak sadar. Ibu terus meracau memanggil nama Lela. Sesekali Ibu tertawa sendiri, kemudian kembali menangis. Makanya tadi saat dirumah sakit, aku memutuskan untuk naik mobil ambulans menemani jenazah Lela.Sedangkan Ibu, pulang bersama Mas Arman. Ibu lebih tenang jika berada di dekat Mas Arman daripada Pak Putra dan Pak Hartono. Padahal mereka adalah keluarga kandung Ibu. Mungkin karena efek sudah lama tidak bertemu dan bersama. Makanya Ibu juga merasa asing dengan mereka. Begitu juga sebaliknya, walaupun ada gurat kecewa di wajah Pak Putra.Apalagi saat Ibu mengatakan jika dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Wajah Pak Putra dan Pak Hartono langsung memerah
Ketika Istri Berhenti PeduliPak Putra mengambil kembali ponselnya dari tanganku. Sedangkan aku masih berdiri di sampingnya karena syok. Bagaimana bisa ada dua orang yang sangat mirip tapi tidak kembar."Dia Widya. Tapi kamu tenang saja, saya tau kamu sudah menikah dan memiliki anak," ucap Pak Putra dengan nada suara yang lebih tenanSetelahg. Sepertinya dia sudah jauh lebih baik dari tadi."Apakah Widya memiliki orang tua atau keluarga?" tanyaku pada Pak Putra yang sedang menyimpan ponselnya di dalam saku jaket kulit miliknya."Iya, dia sama seperti kamu. Anak tunggal, hanya saja kedua orangtuanya sudah pindah ke luar negeri setelah dia meninggal," jawab Pak Putra menjelaskan."Kenapa kami bisa sangat mirip, padahal kami tidak memiliki hubungan darah," aku terus memikirkan bagaimana wajahku bisa sangat mirip dengan wanita itu."Entahlah, kuasa Allah. Tidak ada yang tidak mungkin bukan?" jawab Pak Putra yang membuatku beristighfar.Kenapa aku tidak berpikir seperti Pak Putra. Padahal j
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 71POV NayaKami masih menangis di depan kamar Lela. Sedangkan di dalam ada dokter dan beberapa perawat yang sedang melakukan pemeriksaan. Walaupun kami tau jika Lela sebenarnya sudah tiada. Tapi Dokter pasti akan tetap melakukan pemeriksaan lebih lanjut.Mataku sembab dan terasa sangat lelah. Mas Arman masih menangis sesenggukan di sampingku. Sedangkan Pak Putra hanya diam dengan wajah datarnya. Dia sama sekali tidak terlihat sedih atau merasa kehilangan. Ya wajar menurutku, karena dia tidak pernah dekat dengan Adiknya itu. Bahkan dia malah membencinya karena sikap Lela tempo hari.Tapi jauh di dalam sini, aku berucap pada diriku sendiri. Jika aku sudah memaafkan semua kesalahan Lela padaku. Semua dendam yang pernah tertanam di dalam hati. Kini sudah hilang, tidak ada lagi dendam ataupun kebencian pada Lela.Kini aku malah teringat dengan Diki, dia telah menjadi yatim di usia balita. Mau menghubungi Herman juga aku tidak mempunyai nomor teleponnya. B
"Maksudnya gimana ya, Pak?" tanya Mas Arman tersenyum aneh. Aku juga merasa aneh dengan sikap mereka dari tadi."Jadi dulu, setelah dia melahirkan Putra. Dia pamit karena suatu urusan. Dan setelah itu dia tidak pernah kembali lagi pada kami. Di menghilang bak ditelan bumi. Saya pikir dia sudah meninggal, karena tidak kunjung kembali. Tapi nyatanya, dia masih hidup. Walaupun kami dipertemukan dengan cara seperti ini. Tapi itu cukup membuat saya bahagia. Ternyata anak saya masih hidup dan sudah mempunyai anak di tempat lain. Kamu adalah cucu saya juga." Pak Hartono menjelaskan semuanya sehingga membuat aku dan Mas Arman terkejut. Berarti Ibu masih mempunyai keluarga. Dan tidak main-main, dia punya keluarga yang sangat kaya raya."Anda sedang tidak bercanda kan, Pak?" tanya Mas Arman memastikan."Saya serius. Kamu bisa tanyakan lagi nanti sama Ibu. Dia akan siuman sebentar lagi. Tadi terpaksa dokter menyuntikkan obat penenang. Karena dia terus menangis memanggil anaknya," jelas Pak Hart
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 70POV NayaKami berlari mengejar langkah dokter yang semakin menjauh. Perutku rasanya sedikit nyeri bagian bawah karena berlari menyusuri lorong rumah sakit. Ternyata Lela sudah dibawa kembali ke ruang operasi.Aku dan Mas Arman menunggunya dengan harap-harap cemas. Jujur, jika ditanyakan apakah aku membenci Lela. Jawabannya iya, karena dari dulu dia menginginkan aku berpisah dari Mas Arman. Dia selalu menghasut supaya Mas Arman menceraikan aku. Apalagi setelah kejadian kemarin, ketika dia ingin menjualku pada laki-laki hidung belang. Rasa benciku semakin bertambah-tambah rasanya.Tapi jika sekarang ada yang menanyakan, apakah aku mencemaskan Lela. Jawabannya juga iya, aku sangat mencemaskan dia. Jujur, saat ini aku sungguh menginginkan dia untuk sembuh kembali. Walaupun setelah dia sembuh dan sehat dia akan menggangu hidupku. Rasanya aku rela, karena melihat penderitaan yang dia alami sekarang membuatku sadar. Jika doaku selama ini mungkin telah dik
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 69POV Naya"Baik, Pak. Kami akan segera ke sana. Terimakasih banyak informasinya." Entah dengan siapa Mas Arman bicara di telepon. Sepertinya sangat serius, terlihat jelas raut wajah Mas Arman yang seperti tegang atau terkejut.Aku kembali menyiapkan makan siang. Hari ini aku sengaja membuat menu sederhana makanan kesukaan Mas Arman. Katanya dia sudah lama sekali tidak makan beberapa sayuran dengan lalapan terasi. Dulu ketika kami masih duduk di rumah yang sudah terjual. Aku sering membuatkan Mas Arman makanan kampung seperti ini.Tapi semenjak Daffa lahir, aku jadi jarang ada waktu untuk bersuka ria di dapur. Umi dan Abi tadi pagi pamit untuk pergi ke acara khitanan anak saudara Abi. Sekalian mereka mengajak Daffa ikut serta. Padahal hari ini rencananya aku akan mengajak Mas Arman dan Daffa untuk jalan-jalan ke pantai. Hanya saja Daffa lebih memilih pergi bersama Kakek dan Neneknya.Aku hanya bisa pasrah saat melihat Daffa lebih memilih Umi daripada
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 68POV Putra"Wira, Lo bisa ngerjain ini nggak? Soalnya mendadak ada telepon dari pihak hotel." Aku yang sedang repot dengan semua pekerjaan di kantor terpaksa meninggalkannya pada Wira–sahabatku."Kok mendadak?" tanya Wira saat aku sedang bersiap-siap."Iya, barusan Kakek telpon. Katanya di gudang belakang hotel itu terjadi penyekapan pada seorang wanita gitu. Dan kondisinya parah banget, mana gudang itu milik Kakek juga," jawabku pada Wira yang menunggu penjelasan."Astaghfirullah, yaudah Lo hati-hati ya. Biar ini Gue yang urus," balas Wira mengambil alih pekerjaanku."Tengkiyu, Bro. Nanti kalau udah siap Gue langsung balik sini lagi," pamitku seraya melangkah keluar dari ruangan Wira."Santai aja, Bro." Aku berjalan dengan sedikit tergesa, karena ini adalah masalah besar yang harus aku hadapi sendiri. Untung saja ini hari Minggu, jadi aku bisa keluar dari kantor. Karena akan diadakan event ulang tahun kantor, makanya aku dan Wira harus berkerja le
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 67"Lela!" teriakku saat melihat tubuh Lela yang tergeletak begitu saja di lantai. Seluruh tubuhnya terlihat lebam-lebam, bahkan beberapa bagian tubuhnya mengeluarkan darah segar. Segera aku buka ikatan tangan dan kaki Lela. Aku sangat panik, bagaimana jika Lela sudah meninggal. Tidak, dia tidak boleh meninggalkan aku sendirian di dunia ini. Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi."Tolooong!""Tolong!" Aku berteriak sekuat tenaga, hingga akhirnya beberapa polisi datang dan langsung menolong kami.Segera aku membuka sweater yang menempel ditubuh kemudian menutup bagian tubuh Lela yang sensitif. Air mataku terus mengalir tanpa henti. Rasanya aku sudah sangat lelah hari ini."Hati-hati, Pak. Dia tidak memakai baju," ucapku lirih pada beberapa anggota polisi yang sudah masuk. Mereka menggangguk paham, kemudian salah satu di antara mereka melepaskan jaket. Kembali menempelkan jaket tersebut pada tubuh Lela yang masih terlihat polos.Salah satu anggota pol