KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 37POV Naya"Kamu pucat. Apakah suami kamu memperlakukan kamu dengan baik?" tanya Pak Wira yang tiba-tiba membuatku terkejut. Aku menghentikan aktivitas mengambil sayur, termenung beberapa saat."Maaf, saya tidak bermaksud. Saya hanya khawatir," lirih Pak Wira lagi.Akhirnya aku berhasil menenangkan diri dari pertanyaan Pak Wira barusan. Aku kembali meraih sayur kemudian memasukkannya ke dalam keranjang.Aku menoleh sekilas ke arah Pak Wira, kemudian tersenyum simpul."Terimakasih, tapi saya baik-baik saja," jawabku tenang. Memang sebenarnya aku merasa sedikit pusing, tapi aku rasa wajar karena kecapekan."Biar saja yang gendong Daffa. Sepertinya dia bosan digendong kamu terus," pinta Pak Wira lagi."Tidak perlu, Pak. Saya bisa mengatasi ini sendiri. Lagipula saya akan ke lantai tiga, buat membeli perlengkapan acara ulang tahunnya Daffa," tolakku lembut. Aku tidak ingin terlalu dekat dengan laki-laki lain. Apalagi saat ini aku masih menjadi istri oran
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 38POV Naya"Kalian juga jangan terlalu keras dengan Naya, nanti dia bisa usir kalian dari sini. Lagian kita harus bisa rebut hatinya, biar dia bisa luluh." Mas Arman kembali berbicara.Ya Allah, jantungku rasanya berdetak lebih kencang dari biasanya. Nafasku memburu menahan amarah. Jadi selama ini kamu hanya akting, Mas? Kamu menganggap aku dan keluargaku sebagai pembohong. Aku meremas kuat kantong belanja yang dari tadi aku pegang. Awas saja kalian semua, aku tidak akan memaafkan kalian. Terutama kamu, Mas.Aku akan buat kalian kehilangan semuanya. Agar kalian tau bagaimana rasanya di sakiti. Mari kita berakting sama-sama.Setelah menenangkan hati yang terasa panas, aku kembali memutar badan. Sepatu yang tadinya sudah aku lepas, aku pakai kembali. Untungnya Daffa tertidur pulas, jika tidak bisa ketahuan mereka jika aku menguping.Setelah memakai sepatu, aku kembali menetralkan rasa amarah yang dari tadi membuncah. Kuhapus air mata yang mengalir di p
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 39POV Naya"Mas, aku mau ngomong," ucapku ketika kami sudah di dalam kamar. Mas Arman yang sedang memakai baju setelah mandi menoleh, kemudian melanjutkan ritualnya memakai baju."Ngomong apa, Sayang?" tanya Mas Arman lembut. Jika dulu dia memanggilku dengan sebutan sayang, aku akan sangat senang dan bahagia. Tetapi tidak dengan sekarang, aku sangat benci saat dia mengatakan itu. Apalagi setelah tau dia mengkhianati aku, sebenarnya bukan hanya aku yang Mas Arman bohongi, juga Abi dan Umi."Maksud Intan tadi pagi apa? Maksudnya momen apa yang tidak bisa dia lupakan?" tanyaku. Mas Arman mengehentikan aktivitasnya menyisir rambut, sedetik kemudian kembali melanjutkan.Setelah selesai, Mas Arman memelihara duduk di tepi ranjang. Sedangkan aku berbaring sambil mengecek pendapatan pada beberapa aplikasi menulis."Maafkan, Mas. Sebenarnya kemarin-kemarin itu Mas sering pergi ke kantor dengan Intan. Karena motornya rusak," ucapnya menjelaskan. Sebenarnya apa
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 40POV Naya"Diminum dulu, Pak tehnya," ucapku pada Pak Wira yang sudah duduk di sofa. Ibu dan Lela juga duduk di sofa dekat dengan Pak Wira. Entah mengapa Lela terlihat cengengesan dari tadi. Aku memilih untuk duduk di sofa yang berhadapan dengan Pak Wira. Sedangkan Mas Arman masih berdiri melihatku dengan penuh pertanyaan."Iya, terimakasih." Pak Wira mengambil gelas yang kuseduh tadi, kemudian meminumnya sedikit. Aku masih diam, menunggu penjelasan Pak Wira kenapa tiba-tiba datang. Apalagi aku tidak pernah memberitahukan alamat rumahku. Apa dia melihatnya dia biodata yang aku berikan saat pencetakan buku. Ah, mungkin iya dia tau melalu biodataku."Maaf saya bertamunya mendadak," ucap Pak Wira setelah beberapa menit aku suasana hening."Tidak apa-apa, Pak. Kami juga nggak sibuk," jawabku sambil tersenyum. Kemudian melihat ke arah Mas Arman yang masih setia berdiri. Aku takut jika Mas Arman marah dan memukul Pak Wira. Apalagi kejadian kemarin itu bel
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 41POV NayaSetelah kejadian tadi, Ibu dan Lela langsung pamit pulang ke rumah. Sepeda yang tadi dibawa juga dibawa pulang oleh mereka. Aku malas sekaligus malu jika harus ribut-ribut di sini. Apalagi ini warung, tempat Ibu-ibu.Karena hampir magrib, aku segera pamit pulang juga sama Mpok Atik dan beberapa Ibu-ibu di sana. Aku menggendong Daffa dan berjalan pelan pulang kerumah. Mas Arman juga tadi pamit pergi ke pasar, entah apa yang mau dia beli.Saat sampai dirumah, aku melihat mobil Mas Arman sudah terparkir di depan rumah. Itu tandanya dia sudah pulang, aku mempercepat langkah. Karena suara orang mengaji di mesjid mulai terdengar. Itu tandanya azan magrib sebentar lagi berkumandang."Nah itu dia orangnya pulang," ucap Lela saat aku baru saja masuk ke dalam rumah. Aku bingung karena baru saja masuk tapi wajah mereka menatapku marah."Sini kamu, Nay," panggil Mas Arman menyuruhku duduk di sampingnya. Sedangkan Ibu dan Lela duduk berhadapan dengan M
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 42POV ArmanJika ada sebutan bagai memakan buah simalakama. Itulah yang aku rasakan sekarang. Bagaimana tidak, aku harus dihadapkan dengan pilihan yang sulit. Menerima kenyataan jika orang yang selama ini aku panggil Ibu adalah orang yang telah membunuh orang tuaku sudah membuatku menderita.Selama ini tidak ada yang mengatakan kebenaran itu padaku. Aku selalu bertanya-tanya, kenapa baru sekarang Umi dan Abi mengungkapkannya. Kenapa tidak dari dulu ketika dia mengenalku dan akan melamar Naya. Jika saja aku tau kenyataan ini dari awal, aku dan Naya pasti tidak akan merasakan penderitaan yang lebih seperti ini.Saat itu aku menangis hingga lelah, agar gundah di hati hilang. Sejak pulang dari rumah Abi dan Umi, aku selalu mencari berita-berita tentang semua kebenaran itu. Bukan aku tidak percaya dengan semua ucapan Umi dan Abi. Hanya saja sulit bagiku untuk menerima semuanya.Hari pertama saat aku pamit ke kantor pada Naya dan Ibu, kenyataannya aku tida
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 43POV Naya"Arman sedang berjuang untuk kamu dan Daffa. Dia percaya kamu, dia percaya dengan Abi dan Umi. Kamu sakit hati, tapi Arman lebih sangat sakit hati. Orang tuanya dibunuh oleh orang yang selama ini sudah membesarkannya. Dia berusaha menyangkal, tapi tidak bisa karena itu memang kenyataannya. Hati dan otaknya berperang. Kemarin dia datang kerumah saya, menanyakan semua kebenaran. Lalu saya menceritakan semuanya, makanya dia berusaha baik dengan Ibu dan Lela. Agar bisa melindungi kamu dari ancaman Bu Junaidah yang akan menyantet kamu. Kamu ingat kenapa Arman tadi ijin ke pasar? Dia pergi kerumah dukun yang selama ini membantu Bu Jubaidah. Tapi nyatanya Alhamdulillah dukun itu sudah tidak ada. Sudah mati dibakar oleh penduduk di sana," jelas Mpok Atik yang membuatku ternganga.Aku melepaskan pelukan Abi, menatap Mas Arman yang masih setia dengan diamnya. Bahkan dia tidak melihatku dan kami semua. Pandangannya tertuju ke bawah, entah apa yang ad
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 44POV Naya"Silahkan diminum, Mas." Aku menyodorkan satu gelas teh hangat pada Mas Arman.Akhirnya setelah pertimbangan Abi dan Umi, Mas Arman dibiarkan ikut bersama kami ke sini. Meskipun begitu, aku tetap ingin sendiri dulu. Jadi aku memutuskan untuk tidur di kamar terpisah dengan Mas Arman. Dia tidur di salah satu bilik asrama putra yang kosong. Sedangkan aku dan Daffa tidur di kamarku yang dulu.Jika ada yang bertanya mengapa Mas Arman tinggal terpisah denganku. Kami akan menjawab jika Mas Arman sedang menjalani pengobatan spiritual khusus. Tetapi Mas Arman tetap bekerja seperti hari-hari biasanya.Tanpa sepengetahuan Mas Arman, diam-diam aku menerima tawaran Pak Wira untuk menjadi salah satu editor dikantornya. Rencananya aku akan bekerja kembali. Lagian Daffa juga sudah besar, tidak ada salahnya aku menggapai cita-citaku. Umi juga mengatakan jika dia bersedia menjaga Daffa, syukurlah Daffa juga sangat nyaman dengan Umi."Mas, aku ingin bicara,"
"Tidaak! Jangan kubur anak saya. Dia masih hidup!" Tiba-tiba Ibu datang dan berteriak dari jauh. Kami semua terkejut dan melihat Ibu yang datang dengan penampilan yang sangat berantakan.Wajahnya merah, bahkan Ibu tidak memakai jilbab. Padahal tadi Umi sudah menyerahkan satu set gamis beserta jilbab. Agar Ibu bisa menutup aurat di acara pemakaman Lela."Stop. Kalian semua pembunuh. Jangan kubur Lela, dia masih hidup. Lelaaa!" teriak Ibu sambil terisak. Terpaksa acara pemakaman Lela dihentikan. Pak Hartono yang dari tadi terdiam, berjalan menghampiri Ibu yang sedang berontak karena dipegang oleh beberapa santri."Cukup, Jubaidah! Jangan buat masalah lagi. Lela sudah tenang, relakan," tegas Pak Hartono sambil memegang kedua bahu Ibu."Tidak. Lela anakku masih hidup. Kalian semua pembunuh," sungut Ibu yang membuat suasana semakin menegang.Beberapa pelayat ada yang bingung dengan kejadian ini. Ada di antara mereka yang langsung pulang karena proses pemakaman terlalu lama."Diam. Tolong
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 72POV Naya"Ibu mertuamu dimana, Nay? Apa dia tidak ingin mencium Lela untuk terakhir kalinya?" tanya Umi padaku. Saat ini jenazah Lela sudah dirumah Umi dan Abi. Tadi saat di rumah sakit Ibu berkali-kali pingsan karena tidak sanggup kehilangan Lela.Dia berbicara antara sadar dan tidak sadar. Ibu terus meracau memanggil nama Lela. Sesekali Ibu tertawa sendiri, kemudian kembali menangis. Makanya tadi saat dirumah sakit, aku memutuskan untuk naik mobil ambulans menemani jenazah Lela.Sedangkan Ibu, pulang bersama Mas Arman. Ibu lebih tenang jika berada di dekat Mas Arman daripada Pak Putra dan Pak Hartono. Padahal mereka adalah keluarga kandung Ibu. Mungkin karena efek sudah lama tidak bertemu dan bersama. Makanya Ibu juga merasa asing dengan mereka. Begitu juga sebaliknya, walaupun ada gurat kecewa di wajah Pak Putra.Apalagi saat Ibu mengatakan jika dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Wajah Pak Putra dan Pak Hartono langsung memerah
Ketika Istri Berhenti PeduliPak Putra mengambil kembali ponselnya dari tanganku. Sedangkan aku masih berdiri di sampingnya karena syok. Bagaimana bisa ada dua orang yang sangat mirip tapi tidak kembar."Dia Widya. Tapi kamu tenang saja, saya tau kamu sudah menikah dan memiliki anak," ucap Pak Putra dengan nada suara yang lebih tenanSetelahg. Sepertinya dia sudah jauh lebih baik dari tadi."Apakah Widya memiliki orang tua atau keluarga?" tanyaku pada Pak Putra yang sedang menyimpan ponselnya di dalam saku jaket kulit miliknya."Iya, dia sama seperti kamu. Anak tunggal, hanya saja kedua orangtuanya sudah pindah ke luar negeri setelah dia meninggal," jawab Pak Putra menjelaskan."Kenapa kami bisa sangat mirip, padahal kami tidak memiliki hubungan darah," aku terus memikirkan bagaimana wajahku bisa sangat mirip dengan wanita itu."Entahlah, kuasa Allah. Tidak ada yang tidak mungkin bukan?" jawab Pak Putra yang membuatku beristighfar.Kenapa aku tidak berpikir seperti Pak Putra. Padahal j
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 71POV NayaKami masih menangis di depan kamar Lela. Sedangkan di dalam ada dokter dan beberapa perawat yang sedang melakukan pemeriksaan. Walaupun kami tau jika Lela sebenarnya sudah tiada. Tapi Dokter pasti akan tetap melakukan pemeriksaan lebih lanjut.Mataku sembab dan terasa sangat lelah. Mas Arman masih menangis sesenggukan di sampingku. Sedangkan Pak Putra hanya diam dengan wajah datarnya. Dia sama sekali tidak terlihat sedih atau merasa kehilangan. Ya wajar menurutku, karena dia tidak pernah dekat dengan Adiknya itu. Bahkan dia malah membencinya karena sikap Lela tempo hari.Tapi jauh di dalam sini, aku berucap pada diriku sendiri. Jika aku sudah memaafkan semua kesalahan Lela padaku. Semua dendam yang pernah tertanam di dalam hati. Kini sudah hilang, tidak ada lagi dendam ataupun kebencian pada Lela.Kini aku malah teringat dengan Diki, dia telah menjadi yatim di usia balita. Mau menghubungi Herman juga aku tidak mempunyai nomor teleponnya. B
"Maksudnya gimana ya, Pak?" tanya Mas Arman tersenyum aneh. Aku juga merasa aneh dengan sikap mereka dari tadi."Jadi dulu, setelah dia melahirkan Putra. Dia pamit karena suatu urusan. Dan setelah itu dia tidak pernah kembali lagi pada kami. Di menghilang bak ditelan bumi. Saya pikir dia sudah meninggal, karena tidak kunjung kembali. Tapi nyatanya, dia masih hidup. Walaupun kami dipertemukan dengan cara seperti ini. Tapi itu cukup membuat saya bahagia. Ternyata anak saya masih hidup dan sudah mempunyai anak di tempat lain. Kamu adalah cucu saya juga." Pak Hartono menjelaskan semuanya sehingga membuat aku dan Mas Arman terkejut. Berarti Ibu masih mempunyai keluarga. Dan tidak main-main, dia punya keluarga yang sangat kaya raya."Anda sedang tidak bercanda kan, Pak?" tanya Mas Arman memastikan."Saya serius. Kamu bisa tanyakan lagi nanti sama Ibu. Dia akan siuman sebentar lagi. Tadi terpaksa dokter menyuntikkan obat penenang. Karena dia terus menangis memanggil anaknya," jelas Pak Hart
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 70POV NayaKami berlari mengejar langkah dokter yang semakin menjauh. Perutku rasanya sedikit nyeri bagian bawah karena berlari menyusuri lorong rumah sakit. Ternyata Lela sudah dibawa kembali ke ruang operasi.Aku dan Mas Arman menunggunya dengan harap-harap cemas. Jujur, jika ditanyakan apakah aku membenci Lela. Jawabannya iya, karena dari dulu dia menginginkan aku berpisah dari Mas Arman. Dia selalu menghasut supaya Mas Arman menceraikan aku. Apalagi setelah kejadian kemarin, ketika dia ingin menjualku pada laki-laki hidung belang. Rasa benciku semakin bertambah-tambah rasanya.Tapi jika sekarang ada yang menanyakan, apakah aku mencemaskan Lela. Jawabannya juga iya, aku sangat mencemaskan dia. Jujur, saat ini aku sungguh menginginkan dia untuk sembuh kembali. Walaupun setelah dia sembuh dan sehat dia akan menggangu hidupku. Rasanya aku rela, karena melihat penderitaan yang dia alami sekarang membuatku sadar. Jika doaku selama ini mungkin telah dik
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 69POV Naya"Baik, Pak. Kami akan segera ke sana. Terimakasih banyak informasinya." Entah dengan siapa Mas Arman bicara di telepon. Sepertinya sangat serius, terlihat jelas raut wajah Mas Arman yang seperti tegang atau terkejut.Aku kembali menyiapkan makan siang. Hari ini aku sengaja membuat menu sederhana makanan kesukaan Mas Arman. Katanya dia sudah lama sekali tidak makan beberapa sayuran dengan lalapan terasi. Dulu ketika kami masih duduk di rumah yang sudah terjual. Aku sering membuatkan Mas Arman makanan kampung seperti ini.Tapi semenjak Daffa lahir, aku jadi jarang ada waktu untuk bersuka ria di dapur. Umi dan Abi tadi pagi pamit untuk pergi ke acara khitanan anak saudara Abi. Sekalian mereka mengajak Daffa ikut serta. Padahal hari ini rencananya aku akan mengajak Mas Arman dan Daffa untuk jalan-jalan ke pantai. Hanya saja Daffa lebih memilih pergi bersama Kakek dan Neneknya.Aku hanya bisa pasrah saat melihat Daffa lebih memilih Umi daripada
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 68POV Putra"Wira, Lo bisa ngerjain ini nggak? Soalnya mendadak ada telepon dari pihak hotel." Aku yang sedang repot dengan semua pekerjaan di kantor terpaksa meninggalkannya pada Wira–sahabatku."Kok mendadak?" tanya Wira saat aku sedang bersiap-siap."Iya, barusan Kakek telpon. Katanya di gudang belakang hotel itu terjadi penyekapan pada seorang wanita gitu. Dan kondisinya parah banget, mana gudang itu milik Kakek juga," jawabku pada Wira yang menunggu penjelasan."Astaghfirullah, yaudah Lo hati-hati ya. Biar ini Gue yang urus," balas Wira mengambil alih pekerjaanku."Tengkiyu, Bro. Nanti kalau udah siap Gue langsung balik sini lagi," pamitku seraya melangkah keluar dari ruangan Wira."Santai aja, Bro." Aku berjalan dengan sedikit tergesa, karena ini adalah masalah besar yang harus aku hadapi sendiri. Untung saja ini hari Minggu, jadi aku bisa keluar dari kantor. Karena akan diadakan event ulang tahun kantor, makanya aku dan Wira harus berkerja le
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 67"Lela!" teriakku saat melihat tubuh Lela yang tergeletak begitu saja di lantai. Seluruh tubuhnya terlihat lebam-lebam, bahkan beberapa bagian tubuhnya mengeluarkan darah segar. Segera aku buka ikatan tangan dan kaki Lela. Aku sangat panik, bagaimana jika Lela sudah meninggal. Tidak, dia tidak boleh meninggalkan aku sendirian di dunia ini. Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi."Tolooong!""Tolong!" Aku berteriak sekuat tenaga, hingga akhirnya beberapa polisi datang dan langsung menolong kami.Segera aku membuka sweater yang menempel ditubuh kemudian menutup bagian tubuh Lela yang sensitif. Air mataku terus mengalir tanpa henti. Rasanya aku sudah sangat lelah hari ini."Hati-hati, Pak. Dia tidak memakai baju," ucapku lirih pada beberapa anggota polisi yang sudah masuk. Mereka menggangguk paham, kemudian salah satu di antara mereka melepaskan jaket. Kembali menempelkan jaket tersebut pada tubuh Lela yang masih terlihat polos.Salah satu anggota pol