KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 43POV Naya"Arman sedang berjuang untuk kamu dan Daffa. Dia percaya kamu, dia percaya dengan Abi dan Umi. Kamu sakit hati, tapi Arman lebih sangat sakit hati. Orang tuanya dibunuh oleh orang yang selama ini sudah membesarkannya. Dia berusaha menyangkal, tapi tidak bisa karena itu memang kenyataannya. Hati dan otaknya berperang. Kemarin dia datang kerumah saya, menanyakan semua kebenaran. Lalu saya menceritakan semuanya, makanya dia berusaha baik dengan Ibu dan Lela. Agar bisa melindungi kamu dari ancaman Bu Junaidah yang akan menyantet kamu. Kamu ingat kenapa Arman tadi ijin ke pasar? Dia pergi kerumah dukun yang selama ini membantu Bu Jubaidah. Tapi nyatanya Alhamdulillah dukun itu sudah tidak ada. Sudah mati dibakar oleh penduduk di sana," jelas Mpok Atik yang membuatku ternganga.Aku melepaskan pelukan Abi, menatap Mas Arman yang masih setia dengan diamnya. Bahkan dia tidak melihatku dan kami semua. Pandangannya tertuju ke bawah, entah apa yang ad
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 44POV Naya"Silahkan diminum, Mas." Aku menyodorkan satu gelas teh hangat pada Mas Arman.Akhirnya setelah pertimbangan Abi dan Umi, Mas Arman dibiarkan ikut bersama kami ke sini. Meskipun begitu, aku tetap ingin sendiri dulu. Jadi aku memutuskan untuk tidur di kamar terpisah dengan Mas Arman. Dia tidur di salah satu bilik asrama putra yang kosong. Sedangkan aku dan Daffa tidur di kamarku yang dulu.Jika ada yang bertanya mengapa Mas Arman tinggal terpisah denganku. Kami akan menjawab jika Mas Arman sedang menjalani pengobatan spiritual khusus. Tetapi Mas Arman tetap bekerja seperti hari-hari biasanya.Tanpa sepengetahuan Mas Arman, diam-diam aku menerima tawaran Pak Wira untuk menjadi salah satu editor dikantornya. Rencananya aku akan bekerja kembali. Lagian Daffa juga sudah besar, tidak ada salahnya aku menggapai cita-citaku. Umi juga mengatakan jika dia bersedia menjaga Daffa, syukurlah Daffa juga sangat nyaman dengan Umi."Mas, aku ingin bicara,"
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 45POV Maya"Maaf, Mbak. Saya lupa hilang jika Pak Wira sedang ada tamu. Silahkan tunggu dulu di ruang tunggu," ucapnya yang aku balas dengan anggukan.Aku memilih duduk di ruang tunggu. Salah satu pekerja OG di sini juga sudah menyeduhkan teh hangat untukku. Aku mengucapkan terimakasih dengan sedikit tersenyum. Sebenarnya aku masih penasaran dengan siapa Pak Wira bertengkar sepagi ini. Padahal ini masih sangat pagi untuk bertengkar.Aku memainkan ponselku sembari menunggu tamu Pak Wira itu pulang. Hanya saja sudah tiga puluh menit aku menunggu, sepertinya tamu Pak Wira itu enggan keluar.Sebenarnya aku sedikit bosan, karena dalam pikiranku Pak Wira tidak bisa profesional. Karena yang aku dengar dari pertengkaran mereka tadi membahas tentang masalah pribadi.Aku memilih berdiri dan mengecek apakah tamu Pak Wira sudah pulang atau belum. Karena ruang tunggu ini berada sedikit jauh dari ruangan kerja Pak Wira. Ketika aku hampir sampai di depan, terlihat
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 46POV NayaBegitu sampai di depan pagar, aku melihat kedua benalu itu sedang berusaha masuk ke dalam rumah. Lela mendorong-dorong tubuh Pak Ali dengan kuat yang membuat Pak Ali kewalahan. Sedangkan Ibu juga berusaha masuk ke dalam rumah. Untung saja pembeli belum datang, jika tidak aku pastikan mereka tidak akan jadi membeli rumah ini.Aku dan Mas Arman segera turun untuk melihat dan mencegah perbuatan Ibu dan Lela."Ada apa ini? Kenapa ribut di depan rumah orang!" hardikku pada Ibu dan Lela. Mereka berhenti meronta dan menatapku dengan tajam. Tapi aku tidak takut, juga membalas tatapan itu dengan sinis."Akhirnya kamu datang juga hama kecil," ucap Ibu mencebik. Aku hanya sedikit terkejut melihat keadaan Ibu yang sangat berbeda dari dulu. Biasanya wajah itu penuh dengan make up dan lipstik. Sekarang wajah keriput Ibu sudah mulai terlihat, apa Ibu tidak punya uang lagi untuk ke dukun dan memakai susuk.Baju yang dia pakai juga sangat lusuh dan sedikit
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 47POV NayaSetelah meminumkan air yang aku berikan, Lela tertidur dengan wajah yang sangat pucat. Darah berceceran di teras rumah, membuatku bergidik ngeri. Sebenarnya penyakit apa yang diderita oleh Lela. Kenapa dia bisa muntah darah seperti tadi, apalagi di dalam darahnya ada belatung dan rambut. Aku mual memikirkan bagaimana rasa sakit yang Lela derita."Mas, sebaiknya kamu ambil air biar kita bersihkan lantai ini," ucapku pada Mas Arman yang masih berdiri mematung melihat Lela yang dipangku oleh Ibu."Eh, iya. Sebentar Mas ke dalam dulu," jawabnya lalu mengambil kunci rumah kemudian masuk mengambil air. Untung saja pembelinya belum datang, jadi aku bisa membersihkan dulu sisa darah yang berceceran di lantai."Ini, Nay." Mas Arman menyodorkan satu ember air beserta alat pel. Aku mengambil pelajaran kemudian Mas Arman yang menuangkan airnya ke lantai. Aku berusaha membersihkannya hingga tidak ada yang tersisa."Mas, sebaiknya kamu bawa pergi Ibu da
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 48POV ArmanSetelah Naya memberikan aku kesempatan kedua, rasanya duniaku kembali lagi. Memang banyak sekali kesalahan yang sudah aku lakukan pada Naya dan Daffa. Inilah saatnya aku memperbaiki semuanya. Semoga saja aku masih diberikan kesempatan agar bisa membahagiakan Naya dan Daffa.Karena setelah beberapa hari aku tinggal di rumah Abi dan Umi aku mengikuti beberapa pengajian dan kajian di pesantren. Banyak sekali hal yang bisa aku ambil hikmah. Terutama bagaimana caranya agar kita bisa menjadi imam yang baik bagi Istri.Makanya jika sekarang Naya bersikap cuek dan acuh padaku. Dengan sekuat hati aku mencoba untuk memahaminya. Aku juga tidak pernah lagi memaksakan kehendak pada Naya. Juga lebih sering menggendong Daffa. Karena akhir-akhir ini aku tau, jika mengasuh bukan hanya kewajiban Istri. Tapi juga aku sebagai suami.Aku harus sabar menghadapi tingkah Naya sekarang. Apalagi ketika Naya bilang dia akan bekerja. Sebenarnya aku tidak bisa mengij
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 49POV Naya"Kami pergi dulu, Bu. Semoga Lela cepat sembuh," pamit Mas Arman saat kami akan pulang.Saat Ibu dan Lela sudah berada di rumah kontrak yang baru. Rumahnya memang tidak besar, tapi juga tidak terlalu kecil. Rumah ini memiliki dua kamar, satu dapur, satu kamar mandi dan ada ruang tamunya juga. Jadi jika ada yang berkunjung bisa duduk di sana.Rumah ini setahun sewanya sebanyak lima juta. Hanya saja kami mengambil rumah ini hanya setengah tahun saja. Jadi sisa uangnya bisa Ibu gunakan untuk membuka usaha. Terserah mau jualan apa, karena aku lihat di daerah sini juga banyak anak-anak. Ada teras rumah juga yang bisa dibuat untuk membuka kios.Aku dan Mas Arman sudah berjanji untuk menyewa orang memindahkan semua barang-barang Ibu dari rumah lamanya kesini. Jadi untuk bahan-bahan rumah dan peralatan dapur tidak harus membeli lagi.Sebenarnya jika kami pergi begitu saja bisa. Hanya saja hati nuraniku menolak untuk membalas semua yang telah merek
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 50POV Naya"Kamu harus percaya sama aku, Mas. Kalaupun aku nanti tergoda sama dia, aku akan jujur juga sama kamu," jawabku asal.Ciittt!"Aduh, Mas. Kamu kok ngerem mendadak sih? Kepalaku hampir kejedot ini!" teriakku ketika Mas Arman menginjak rem tiba-tiba.Tapi wajah Mas Arman malah datar dan terkesan masam. Apa aku salah bicara?Mas Arman tidak menjawab pertanyaanku, dia langsung membuang muka ke arah jalanan. Kemudian kembali mengemudikan mobil seperti biasa. Aku hanya bisa mengelus kepalaku dengan tangan karena sakit. Padahal tadi aku hanya bercanda, tapi asik juga sih lihat wajah Mas Arman yang tegang karena cemburu. Aku tertawa jahat di dalam hati."Mas, aku berencana untuk buat rumah aja di samping rumah Abi dan Umi. Kan di sana ada halaman yang luas, jadi kita minta tanah itu aja untuk kita," ucapku pada Mas Arman yang dari tadi masih terdiam."Aku ikut aja, yang penting kamu dan Daffa senang dan bahagia. Lagian biar ada yang jagain Daffa j
"Tidaak! Jangan kubur anak saya. Dia masih hidup!" Tiba-tiba Ibu datang dan berteriak dari jauh. Kami semua terkejut dan melihat Ibu yang datang dengan penampilan yang sangat berantakan.Wajahnya merah, bahkan Ibu tidak memakai jilbab. Padahal tadi Umi sudah menyerahkan satu set gamis beserta jilbab. Agar Ibu bisa menutup aurat di acara pemakaman Lela."Stop. Kalian semua pembunuh. Jangan kubur Lela, dia masih hidup. Lelaaa!" teriak Ibu sambil terisak. Terpaksa acara pemakaman Lela dihentikan. Pak Hartono yang dari tadi terdiam, berjalan menghampiri Ibu yang sedang berontak karena dipegang oleh beberapa santri."Cukup, Jubaidah! Jangan buat masalah lagi. Lela sudah tenang, relakan," tegas Pak Hartono sambil memegang kedua bahu Ibu."Tidak. Lela anakku masih hidup. Kalian semua pembunuh," sungut Ibu yang membuat suasana semakin menegang.Beberapa pelayat ada yang bingung dengan kejadian ini. Ada di antara mereka yang langsung pulang karena proses pemakaman terlalu lama."Diam. Tolong
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 72POV Naya"Ibu mertuamu dimana, Nay? Apa dia tidak ingin mencium Lela untuk terakhir kalinya?" tanya Umi padaku. Saat ini jenazah Lela sudah dirumah Umi dan Abi. Tadi saat di rumah sakit Ibu berkali-kali pingsan karena tidak sanggup kehilangan Lela.Dia berbicara antara sadar dan tidak sadar. Ibu terus meracau memanggil nama Lela. Sesekali Ibu tertawa sendiri, kemudian kembali menangis. Makanya tadi saat dirumah sakit, aku memutuskan untuk naik mobil ambulans menemani jenazah Lela.Sedangkan Ibu, pulang bersama Mas Arman. Ibu lebih tenang jika berada di dekat Mas Arman daripada Pak Putra dan Pak Hartono. Padahal mereka adalah keluarga kandung Ibu. Mungkin karena efek sudah lama tidak bertemu dan bersama. Makanya Ibu juga merasa asing dengan mereka. Begitu juga sebaliknya, walaupun ada gurat kecewa di wajah Pak Putra.Apalagi saat Ibu mengatakan jika dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Wajah Pak Putra dan Pak Hartono langsung memerah
Ketika Istri Berhenti PeduliPak Putra mengambil kembali ponselnya dari tanganku. Sedangkan aku masih berdiri di sampingnya karena syok. Bagaimana bisa ada dua orang yang sangat mirip tapi tidak kembar."Dia Widya. Tapi kamu tenang saja, saya tau kamu sudah menikah dan memiliki anak," ucap Pak Putra dengan nada suara yang lebih tenanSetelahg. Sepertinya dia sudah jauh lebih baik dari tadi."Apakah Widya memiliki orang tua atau keluarga?" tanyaku pada Pak Putra yang sedang menyimpan ponselnya di dalam saku jaket kulit miliknya."Iya, dia sama seperti kamu. Anak tunggal, hanya saja kedua orangtuanya sudah pindah ke luar negeri setelah dia meninggal," jawab Pak Putra menjelaskan."Kenapa kami bisa sangat mirip, padahal kami tidak memiliki hubungan darah," aku terus memikirkan bagaimana wajahku bisa sangat mirip dengan wanita itu."Entahlah, kuasa Allah. Tidak ada yang tidak mungkin bukan?" jawab Pak Putra yang membuatku beristighfar.Kenapa aku tidak berpikir seperti Pak Putra. Padahal j
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 71POV NayaKami masih menangis di depan kamar Lela. Sedangkan di dalam ada dokter dan beberapa perawat yang sedang melakukan pemeriksaan. Walaupun kami tau jika Lela sebenarnya sudah tiada. Tapi Dokter pasti akan tetap melakukan pemeriksaan lebih lanjut.Mataku sembab dan terasa sangat lelah. Mas Arman masih menangis sesenggukan di sampingku. Sedangkan Pak Putra hanya diam dengan wajah datarnya. Dia sama sekali tidak terlihat sedih atau merasa kehilangan. Ya wajar menurutku, karena dia tidak pernah dekat dengan Adiknya itu. Bahkan dia malah membencinya karena sikap Lela tempo hari.Tapi jauh di dalam sini, aku berucap pada diriku sendiri. Jika aku sudah memaafkan semua kesalahan Lela padaku. Semua dendam yang pernah tertanam di dalam hati. Kini sudah hilang, tidak ada lagi dendam ataupun kebencian pada Lela.Kini aku malah teringat dengan Diki, dia telah menjadi yatim di usia balita. Mau menghubungi Herman juga aku tidak mempunyai nomor teleponnya. B
"Maksudnya gimana ya, Pak?" tanya Mas Arman tersenyum aneh. Aku juga merasa aneh dengan sikap mereka dari tadi."Jadi dulu, setelah dia melahirkan Putra. Dia pamit karena suatu urusan. Dan setelah itu dia tidak pernah kembali lagi pada kami. Di menghilang bak ditelan bumi. Saya pikir dia sudah meninggal, karena tidak kunjung kembali. Tapi nyatanya, dia masih hidup. Walaupun kami dipertemukan dengan cara seperti ini. Tapi itu cukup membuat saya bahagia. Ternyata anak saya masih hidup dan sudah mempunyai anak di tempat lain. Kamu adalah cucu saya juga." Pak Hartono menjelaskan semuanya sehingga membuat aku dan Mas Arman terkejut. Berarti Ibu masih mempunyai keluarga. Dan tidak main-main, dia punya keluarga yang sangat kaya raya."Anda sedang tidak bercanda kan, Pak?" tanya Mas Arman memastikan."Saya serius. Kamu bisa tanyakan lagi nanti sama Ibu. Dia akan siuman sebentar lagi. Tadi terpaksa dokter menyuntikkan obat penenang. Karena dia terus menangis memanggil anaknya," jelas Pak Hart
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 70POV NayaKami berlari mengejar langkah dokter yang semakin menjauh. Perutku rasanya sedikit nyeri bagian bawah karena berlari menyusuri lorong rumah sakit. Ternyata Lela sudah dibawa kembali ke ruang operasi.Aku dan Mas Arman menunggunya dengan harap-harap cemas. Jujur, jika ditanyakan apakah aku membenci Lela. Jawabannya iya, karena dari dulu dia menginginkan aku berpisah dari Mas Arman. Dia selalu menghasut supaya Mas Arman menceraikan aku. Apalagi setelah kejadian kemarin, ketika dia ingin menjualku pada laki-laki hidung belang. Rasa benciku semakin bertambah-tambah rasanya.Tapi jika sekarang ada yang menanyakan, apakah aku mencemaskan Lela. Jawabannya juga iya, aku sangat mencemaskan dia. Jujur, saat ini aku sungguh menginginkan dia untuk sembuh kembali. Walaupun setelah dia sembuh dan sehat dia akan menggangu hidupku. Rasanya aku rela, karena melihat penderitaan yang dia alami sekarang membuatku sadar. Jika doaku selama ini mungkin telah dik
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 69POV Naya"Baik, Pak. Kami akan segera ke sana. Terimakasih banyak informasinya." Entah dengan siapa Mas Arman bicara di telepon. Sepertinya sangat serius, terlihat jelas raut wajah Mas Arman yang seperti tegang atau terkejut.Aku kembali menyiapkan makan siang. Hari ini aku sengaja membuat menu sederhana makanan kesukaan Mas Arman. Katanya dia sudah lama sekali tidak makan beberapa sayuran dengan lalapan terasi. Dulu ketika kami masih duduk di rumah yang sudah terjual. Aku sering membuatkan Mas Arman makanan kampung seperti ini.Tapi semenjak Daffa lahir, aku jadi jarang ada waktu untuk bersuka ria di dapur. Umi dan Abi tadi pagi pamit untuk pergi ke acara khitanan anak saudara Abi. Sekalian mereka mengajak Daffa ikut serta. Padahal hari ini rencananya aku akan mengajak Mas Arman dan Daffa untuk jalan-jalan ke pantai. Hanya saja Daffa lebih memilih pergi bersama Kakek dan Neneknya.Aku hanya bisa pasrah saat melihat Daffa lebih memilih Umi daripada
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 68POV Putra"Wira, Lo bisa ngerjain ini nggak? Soalnya mendadak ada telepon dari pihak hotel." Aku yang sedang repot dengan semua pekerjaan di kantor terpaksa meninggalkannya pada Wira–sahabatku."Kok mendadak?" tanya Wira saat aku sedang bersiap-siap."Iya, barusan Kakek telpon. Katanya di gudang belakang hotel itu terjadi penyekapan pada seorang wanita gitu. Dan kondisinya parah banget, mana gudang itu milik Kakek juga," jawabku pada Wira yang menunggu penjelasan."Astaghfirullah, yaudah Lo hati-hati ya. Biar ini Gue yang urus," balas Wira mengambil alih pekerjaanku."Tengkiyu, Bro. Nanti kalau udah siap Gue langsung balik sini lagi," pamitku seraya melangkah keluar dari ruangan Wira."Santai aja, Bro." Aku berjalan dengan sedikit tergesa, karena ini adalah masalah besar yang harus aku hadapi sendiri. Untung saja ini hari Minggu, jadi aku bisa keluar dari kantor. Karena akan diadakan event ulang tahun kantor, makanya aku dan Wira harus berkerja le
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 67"Lela!" teriakku saat melihat tubuh Lela yang tergeletak begitu saja di lantai. Seluruh tubuhnya terlihat lebam-lebam, bahkan beberapa bagian tubuhnya mengeluarkan darah segar. Segera aku buka ikatan tangan dan kaki Lela. Aku sangat panik, bagaimana jika Lela sudah meninggal. Tidak, dia tidak boleh meninggalkan aku sendirian di dunia ini. Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi."Tolooong!""Tolong!" Aku berteriak sekuat tenaga, hingga akhirnya beberapa polisi datang dan langsung menolong kami.Segera aku membuka sweater yang menempel ditubuh kemudian menutup bagian tubuh Lela yang sensitif. Air mataku terus mengalir tanpa henti. Rasanya aku sudah sangat lelah hari ini."Hati-hati, Pak. Dia tidak memakai baju," ucapku lirih pada beberapa anggota polisi yang sudah masuk. Mereka menggangguk paham, kemudian salah satu di antara mereka melepaskan jaket. Kembali menempelkan jaket tersebut pada tubuh Lela yang masih terlihat polos.Salah satu anggota pol